bagian 28

414 36 0
                                    

***

Danu menghela napas. Ini kali kedua Kanaya meninggalkannya saat marah. Ternyata kemarahan seorang wanita itu lebih mengerikan karena banyak diam.

Walaupun sambil berbaring, mata pria itu terus menatap pintu. Tadi, istrinya mengangguk saat ia bilang cepat kembali, tetapi sudah ada 1 jam, wanita itu belum juga muncul. Ingin menyusul, Danu merasa tidak punya nyali, takut juga kalau ia keluar dan tidak menemukan istri bahkan anaknya.

"Naya," panggilnya lirih.

Danu menghela napas lagi. Entah apa yang membuat istrinya itu marah. Tadi, saat makan malam, semua masih baik-baik saja.

"Kamu kenapa? Mas binggung kalau ngga ada penjelasan kayak gini." Lagi, Danu berbicara pelan.

Danu sekilas melihat ponsel di atas nakas. Tiba-tiba ia teringat tadi istrinya sempat mengatakan kalau ada chat masuk. Pria itu segera duduk dan mengambil ponselnya.

Matanya membulat setelah melihat isi chat yang jika siapapun membacanya akan salah paham. Danu meringis. Rumah tangganya sedang di ujung tanduk.

Dia tahu pasti Tasya pemilik nomer baru ini. Entah maksudnya apa wanita itu mengirim chat tidak masuk akal seperti ini.

"Sialan!" umpat Danu kesal. Ia bahkan memukul pahanya. Segera Danu menghubungi nomer itu.

Dua kali panggilan tidak Tasya terima. Barulah panggilan ketiga di jawab.

"Danu, kamu itu--"

"Tasya, tolong jangan sangkut pautkan masalah Dewi dengan saya. Saya setia sama keluarga saya. Saya tidak ada hubungan lagi sama Dewi. Apa yang menimpanya itu atas kemauan dia. Gara-gara kamu, rumah tangga bahagia saya sedang dalam masalah besar." Danu mengucapkan dengan penuh penekanan. Sakit sekali hatinya.

"Loh, Danu, kamu kok--"

"Apa? Kamu tauu, chat kamu, istri saya yang baca. Kami bertengkar dan kalau sampai saya ditinggal istri saya, kamu akan saya tuntut!"

"Danu, kalau kamu ditinggal istri kamu, Dewi siap--"

"Ngga ada yang bisa menggantikan istri saya. Cukup  ya, Tasya. Saya dan Dewi hanya masa lalu. Sekarang saya sudah mempunyai hidup baru. Saya cinta istri saya, anak-anak saya dan saya tidak mau diganggu sama masa lalu. Tolong jangan egois. Salam buat Dewi, semoga dia cepat sembuh."

Danu memutuskan komunikasi. Melempar ponsel ke kasur dan mengusap mukanya kasar. Kepalanya mendadak nyeri, tetapi ia harus berpikir keras untuk meluluhkan hati sang istri dari kesalahpahaman ini.

"Naya, jangan tinggalin mas," ucap Danu lirih sembari menjambak rambutnya.

Krieet!

Pintu kamar terbuka. Kanaya masuk dengan wajah yang sendu. Danu langsung berdiri dan menghampiri. Penampilan suaminya itu terlihat berantakan. Matanya berkaca-kaca. Dengan sekali kedip, air mata pria itu mengalir. Kanaya mengigit bibir bawahnya menahan gejolak untuk memeluk dan meminta maaf karena sudah salah paham.

Tadi, setelah mendengar umpatan Danu, Kanaya tersadar dari lamunan. Ia langsung menyeka air mata. Segera keluar kamar anaknya dan berdiri di depan kamarnya. Membuka pelan pintu dan mendengar pembicaraan suaminya yang marah-marah. Seketika Kanaya luluh hatinya. Suaminya setia.

Kanaya menghela napas. Sebelum masuk, ia teringat perkataan Kintan yang menyuruhnya untuk siaga karena masa lalu abangnya datang. Hari ia harus siaga ternyata sudah datang.

"Nay," panggil Danu.

Kanaya tarik napas, mengembuskan secara perlahan. Ia menatap wajah kusut suaminya. Air matanya mengalir. Ia mencintai pria itu, ingin hidup bersama. Sepertinya ia harus kembali berjuang lagi seperti dulu saat Ayu mengusik rumah tangganya. Keluarga bahagianya tidak boleh bubar.

Kanaya(Season 2 nya Kawin Paksa) (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang