45

350 27 2
                                    

***

Setelah sarapan pagi, Kanaya, Danu, Kania dan Kaanu ke ruang tamu. Melakukan aktifitas masing-masing seperti biasa.

Kanaya merapikan dasi Danu, setelahnya mendapat kecupan hangat di kening dari sang suami tercinta.

"Pa, ayang juga," ucap Kaanu yang melihat keromantisan kedua orang tuanya.

"Adek Aanu sama kakak Nia aja."

Muuach!

Kania mengecup kening Kaanu setelah gadis kecil itu memakai sepatu. Kanaya dan Danu saling tatap, tersenyum manis. Kemudian kembali menatap dua anaknya lagi. Senang melihat Kakak adik yang bukan kandung itu saling menyayangi.

"Nanti jadi ketemu sama Bian, Mas?" tanya Kanaya.

"Iya."

Kanaya mengangguk. Tersenyum lebar. Berharap pertemuan nanti membuat suaminya tidak lagi merasa cemburu dengan sahabat kecilnya.

"Kenapa senyum?" tanya Danu dengan wajah curiga.

"Emang ngga boleh senyum?" Kanaya menantang. Wanita itu mengalihkan perhatian pada Kania dan Kaanu yang sedang menonton kartu pagi

"Senyum itu buat mas atau Bian?" tanya Danu lagi.

Kanaya kembali menatap suaminya. Nampak jelas raut cemburu dari wajah pria tercinta. "Mas, kita sudah punya anak, aku bahkan sedang hamil, coba cemburunya itu kurangin. Biasanya mood ibu hamil yang berantakan loh, kenapa ini malah yang berantakan adalah mood suami yang istrinya lagi hamil? Aneh tau ngga."

"Ngga ada yang aneh selama itu menunjukkan rasa sayang."

Kanaya menghela napas. "Ya udah, aku minta maaf. Ngga bakalan senyum lagi." Kanaya berbalik. Mood buruk mulai menyapa. Saat akan melangkah pergi, Danu memegang tangannya.

"Sayang, maksud mas bukan kayak gitu," ucap Danu dengan suara yang memelas. Dia sadar telah membuat mood pagi bumil berantakan. Entah, dia sangat susah mengontrol rasa cemburu.

"Aku mau ke kamar mandi. Kebelet," ucap Kanaya menepis tangan Danu.

"Sayang, maaf," ucap Danu pelan. Membuat Kanaya mengghentikan langkah. Wanita itu tidak menoleh, hanya mengangguk. Kemudian kembali melangkah pergi.

**

Karin beradu tos dengan Kintan. Dua wanita itu duduk di teras dengan suka cita setelah mengantar kepergian Praditpa ke kantor dan Kirana-Fito ke ... entahlah. Wanita bucin itu tidak mengatakan tujuannya, hanya berjalan keluar rumah mengandeng anaknya.

"Rencananya gimana?" tanya Karin.

"Kita kirim surat undangan ke rumah perempuan-perempuan yang berhubungan dengan Ramzi. Biar mereka datang ke acara akad. Nanti jam-nya kita cepetin jadi pas mereka datang, pas acara di mulai. Jadi ada kemungkinan mbak Kirana ngga jadi nikah sama penipu itu, Ma."

Tadi, Kintan sengaja mengirim chat di ponsel Kirana untuk Ramzi. Bertanya tentang kapan mau ke butik buat nyari gaun pengantin, tidak menyangka Ramzi memberinya semua informasi yang dicari. Dari tanggal pernikahan dan tempat akad.

"Boleh juga. Terus kita gimana?" tanya Karin.

"Nanti Kintan dan Danang yang pantau, Ma. Mama dan lainnya di rumah aja. Kita pura-pura ngga tau. Nanti pas mbak Kirana datang dan nangis, baru bertindak, memberi semangat."

Karin mengangguk setuju. "Masalah dia yang tinggal di gudang?" Karin tidak akan tega kalau sampai hal itu terjadi. Walaupun sekesal apapun,seorang ibu tidak aka mampu melihat anaknya bersedih dan menderita.

Kanaya(Season 2 nya Kawin Paksa) (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang