***
Ceklek!
Pintu kamar Kania terbuka, membuat perhatian Danu dan Kanaya yang masih menonton televisi teralih menatap Kintan yang keluar dengan wajah kusut.
"Kenapa? Ngga bisa tidur?" tanya Kanaya yang menghentikan elusan tangan ke rambut Danu yang berbaring berbantal pahanya.
"Gue laper lagi," ucap Kintan sembari berjalan ke arah dapur. Membuka tudung saji, duduk di kursi, menyiapkan piring, mengambil nasi dan lauk pauk. Kemudian segera melahap. Tenaganya habis setelah mimpi mengubur Danang, pria brondong yang meresahkan.
"Yang, Kintan ada masalah apa?" tanya Danu. Pria itu mengambil tangan Kanaya yang mengelus kepalanya, membawa ke atas dadanya.
"Masalah cowok."
"Kenapa cowoknya? Dia diputusin?"
Kanaya menggeleng. "Itu ... nanti di kamar aja kita cerita, ya. Kasian kalau sampai dia dengar."
Danu terdiam sesaat. Kemudian dia beranjak duduk.
"Ayo ke kamar." Pria itu penasaran dengan masalah Kintan."Mas, Kintan baru aja keluar kamar," ucap Kanaya. Ia merasa tidak enak hati meninggalkan iparnya yang sedang makan. Mungkin setelah ini gadis itu butuh jasanya untuk mendengarkan curahan hati.
"Ya udah." Danu kembali berbaring di paha istrinya. Ia menatap televisi. Ia tidak kesal, malah akan bertanya sendiri pada Kintan.
Tidak lama, Kintan keluar dari dapur. Ia berniat mau ke kamar lagi, tetapi Danu memanggilnya, menyuruh duduk di sofa depannya dan Kintan. Pria itu duduk, memandang serius pada Adiknya. Ia punya andil untuk tau masalah yang sedang gadis tersayangnya hadapi.
"Kamu kenapa?" tanya Danu.
"Kintan pusing, Bang."
"Kenapa?"
Kintan menghela napas. "Janji jangan ketawa."
"Janji." Dengan cepat Danu menjawab. Sudah merasa tidak sabar dengan masalah yang membuat mood Kintan hancur. Padahal, adiknya itu tipe gadis ceria.
"Kintan ngga sengaja cium orang dan dia minta tanggung jawab."
Danu terdiam. Satu kalimat Kintan belum membuatnya mengerti.
Kintan tarik napas. Kemudian mengembuskan perlahan. "Kejadiannya ngga sengaja. Maunya cuma kayak ngebisiki, malah kesandung, jatuh di atasnya, bibir kami bertemu dan dia ... pingsan." Kintan memberi jeda, setelahnya mengucapkan kata Pingsan sembari memejamkan mata. Malu rasanya.
Danu berdiri, ia berpamitan ke kamar mandi dan berjalan tergesa-gesa. Pria itu tadi sudah berjanji tidak alan tertawa, nyatanya cerita adiknya mengelirik perutnya. Alhasil ia memilih tertawa di kamar mandi.
Setelah puas, Danu keluar. Kembali duduk di sisi Kanaya, di hadapan Kintan.
"Elo ketawakan, Bang?" tanya Kintan.
"Engga." Bohong Danu.
"Nyebelin," gumam Kintan. Kemudian gadis itu menghela napas. Ia kesal, tetapi tidak bisa menyalahkan orang yang tertawa setelah mendengar ceritanya. Bukan hanya Danu, 2 temannya pun tertawa saat ia menceritakannya.
"Terus, bentuk tanggung jawab apa yang dia minta?" tanya Danu. "Biaya rumah sakit? Biaya oprasi bibir atau--"
"Gue disuruh nikahin dia."
Mata Danu membulat.
"Katanya ciuman pertama hanya untuk istrinya. Gue juga ngga habis pikir tuh anak pakek prinsip mengerikan seperti itu." Kintan memijit pelipisnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kanaya(Season 2 nya Kawin Paksa) (TAMAT)
Romansalangsung baca yuk. jangan lupa tinggalin jejak ya.