***
Keluarga behagia Danu sedang makan malam. Tenang dan menikmati. Kanaya menyendokkan nasi lagi buat suaminya mau nambah.
"Ayamnya juga, Mas?" tanyanya lembut.
"Iya, Sayang."
Kanaya tersenyum. Mood baik suaminya berpengaruh besar pada keharmonisan hubungan mereka.
"Ma," panggil Kania.
Kanaya menatapnya dan tersenyum. "Iya, Kak?" Wanita itu selalu berucap sopan, memberi pelajaran buat anak-anaknya.
"Nanti nama adek kita jangan Nada, ya. Gimana kalau Dana, huruf depannya 'D' biar Papa ada temannya."
Ucapan itu membuat Danu tersedak.
Uhuk!
Dengan cepat Kanaya memberinya minum. Danu pun menatap Kania. Kemudian tersenyum manis sembari mengusap kepala anaknya. Gadis kecil itu sangat pengertian. Ia tidak mau inisial 'K' mengeroyoknya.
Kanaya menghela napa. Topik adek bayi lagi. Padahal belum juga ada tanda-tanda proses pembuahan itu terjadi.
"Ma," panggil Kania karena Mamanya abai.
"Kakak, kita bahasnya jangan sekarang, ya," ucap Kanaya.
"Kenapa, Ma. Atau pakek perpaduan nama kita aja. Kania dan Kaanu, jadinya NiaNu."
Kanaya menatap Danu yang tersenyum. Sebenarnya perutnya pun tergelitik, rasanya juga ingin tertawa, hanya takut, harapan anak-anaknya akan menjadi kekecewaan kalau seandainya ia belum juga hamil dalam waktu dekat.
"Pa, Kania dan Kaanu mikirin itu lama banget, loh. Tolonglah para orang tua, dengarkan saran dari anak-anak ini," ucap Kania bagai seseorang yang tengah demo dan meminta dihargai keputusannya.
Danu makin tersenyum. Anak-anaknya lucu sekali.
"Kamu katanya mau punya adik kembar, kok cuma usulkan satu nama?" tanya Danu.
"Kalau Mama mau Nainu, nanti kembarannya Nunai."
Danu terbahak.
**
"Mas, tolong kalau mereka membuka topik tentang adek mereka, jangan ditanggapi," ucap Kanaya pelan sembari menatap Kania dan Kaanu yang serius menonton film kartun malam. Mereka tengah di ruang tamu. Kania dan Kaanu duduk bersisian di sofa yang berbeda dari orang tuanya. Di pangkuan mereka ada setoples popcorn, teman menonton.
"Kenapa emangnya, Sayang?" Danu merangkul pinggang Kanaya. Mengecup pipi mulus istrinya. Kemudian menatapnya dalam jarak dekat.
"Mas, bulan depan aku belum tentu hamil. Aku takut mereka kecewa."
Danu tersenyum. Ia mengecup kening istrinya. Kemudian kembali menatap. "Ketidaksabaran mereka menunggu adek bayi, harusnya membuat kita semangat untuk membuat si adek. Butuh banyak waktu kebersamaan di ranjang. Tolong, atur jadwal dengan baik, Sayang. Mas mah selalu siap kapanpun." Danu mengedipkan sebelah matanya. Menggoda dengan nakal. Sedangkan Kanaya hanya menghela napas. Ia kembali menatap Kaanu dan Kania, ia benar-benar takut membuat anak-anaknya kecewa.
Tring!
Ponsel Kanaya di atas meja bergetar. Bukan siempunya yang mengambil, melainkan Danu. Melihat, membaca chat masuk dan membalas tanpa melirik istrinya, setelahnya menaruh ponsel kembali ke meja.
"Siapa, Mas?"
"Wiwin. Dia nanyak besok kamu ada waktu ngga?" Danu berucap sembari menatap depan.
"Terus Mas balas apa?"
"Ngga ada." Danu menatap Kanaya. Wajah pria itu datar. Ekspresi tanda kalau sedang menahan kesal. "Mas bilang kamu mau ikut mas ke kantor. Kenapa? Kamu ngga terima mas balas kayak gitu?" Danu kebali menatap depan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kanaya(Season 2 nya Kawin Paksa) (TAMAT)
Roman d'amourlangsung baca yuk. jangan lupa tinggalin jejak ya.