***
Kanaya, Kania dan Kaanu kini tengah berada di mini market dekat sekolah Kania. Tadi ia meminta izin suami untuk berbelanja setelah mejemput anak gadisnya. Seperti biasa, ada drama penolakan dari suaminya, tetapi wanita itu berhasil meyakinkan kalau setelah membeli keperluan, akan langsung pulang.
"Kakak sama Adek mau beli apa aja?" tanya Kanaya sembari mendorong troli yang ada Kaanu di dalamnya. Sedangkan Kania berjalan di sisinya.
"Cemilan, Ma. Dot bayi sekalian. Pakaian bayi juga, Ma. Sama--"
"Kakak, persiapan buat adek bayi, belinya pas mama udah mau lahiran aja ya, Sayang." Kanaya berucap lembut. Ia mengusap puncak kepala Kania. Gadis kecil itu begitu menginginkan adik lagi membuat Kanaya galau kalau nantinya usaha tiap malam bersama suami akan gagal.
"Gitu ya, Ma."
"Iya, Sayang."
"Ya udah, Kakak mau beli cemilan aja."
Kanaya tersenyum. Kemudian mengangguk. Mereka pun berjalan menghampiri rak makanan ringan. Mengambil snack dalam jumlah banyak dan berjalan menuju kasir. Niat Kanaya memang hanya membeli isi kulkas dan cemilan untuk anak-anaknya.
"Mbak Nay." Panggilan itu membuat langkah Kanaya berhenti. Ia menoleh. Danang berjalan ke arahnya. Pria itu membawa keranjang yang berisi banyak mie instant.
"Danang? Beli mie instan?" tanya Kanaya.
"Iya, Mbak. Mbak borong cemilan?" Danang bertanya setelah melihat isi troli Kanaya.
Wanita itu tersenyum dan mengangguk. "Kami sekeluarga doyan ngemil. Kamu jangan kebanyakan mie instan. Ngga baik."
"Iya, Mbak. Makasih atas perhatiannya. Em ... Mbak ada waktu, kah? Danang pengen cerita."
Kanaya terdiam sesaat. Entah ia harus menjawab apa. Menolak? Tidak enak. Terlihat wajah Danang serius. Pasti masalah yang mau diceritakan sangat penting. Menerima? Ia sudah berjanji pada suaminya, setelah belanja, ia akan segera pulang.
"Mbak," panggil Danang.
"Eh! Ya." Kanaya gelagapan.
"Gimana? Bisa? Mbak ada wkatu?" Sorot mata Danang penuh pengharapan.
"Em ... ada, tapi kita sambil belanja, ya. Mbak masih ada yang mau dibeli." Dengan begini, Kanaya merasa tidak ingkar janji.
"Boleh."
Kanaya, Kania, Kaanu dan Danang berjalan lagi mengelilingi rak-rak produk yang dijual. Bercerita sambil mengambil tiap produk walaupun tidak diperlukan.
"Aku ada masalah sama mama." Danang memulai cerita.
"Masalah apa?" Kanaya menatap Danang. Pria itu terlihat lesu.
"Mama mau nikah lagi, Mbak. Aku ngga setuju dengan calon suaminya. Terlihat sekali dia pria bermuka dua. Suka morotin mama."
"Kok gitu?"
"Entah kapan dan di mana mereka bertemu. Baru menjalin hubungan serius selama dua bulan, pria itu sudah ngajak nikah. Yang paling aku ngga rela, mama banyak ngeluarin uang buat dia. Beli jam tangan, dompet bahkan mobil terbaru. Makan pun, mama yang bayarin."
Kanaya menghentikan langkah. "Mama kamu reaksinya gimana?"
"Ngga tau, Mbak. Mama kayak orang gila karena cinta. Buta segalanya. Ngotot banget tetap nikah."
"Terus, mau mu gimana?" tanya Kanaya. Ia mulai berjalan lagi.
"Pengen selidiki pria itu. Cuma ngga semangat kalau ngga ada teman. Baru, tuh Om-om juga kayak tau kalau aku ikutin dia berlaku yang baik-baik. Padahal, aku yakin dia bukan orang baik."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kanaya(Season 2 nya Kawin Paksa) (TAMAT)
Roman d'amourlangsung baca yuk. jangan lupa tinggalin jejak ya.