Bagian 13

528 46 2
                                    

***

"Aku izin sama mas Danu dulu," ucap Kanaya saat Kintan mengajaknya makan di Restoran. Iparnya itu datang-datang, tarik tangannya dan merengek minta ditemani pergi. Katanya, Danang meminta bertemu dan dia tidak bisa menolak.

"Buruan, ya." Kintan memejamkan mata. Memijit pelipisnya yang berdenyut nyeri, setelahnya menghela napas berulang-ulang. Ia yang mau tidur siang harus emosi karena Danang mengirim chat alamat Restoran dan menyuruhnya untuk cepat datang. Menyebalkan.

Kanaya pun sedikit sakit kepalanya. Pasalnya ia kaget saat tidak sengaja hampir terlelap di sofa saat menonton, Kintan masuk dan menariknya hingga berdiri. Seketika ia linglung.

Wanita itu mengotak atik ponselnya. Kemudian menaruh benda pipih itu di telinga kanan.

"Hallo, Mas," ucapnya.

"Ya, Sayang. Assalamualaiku. Ada apa nih, istri tercinta nelpon di jam kerja. Apa sudah rindu? Mau mas pulang dulu?"

Pipi Kanaya merona. Danu masih saja menggodanya.

"Waalaikumsalam. Naya mauu minta izin makan di luar sama anak-anak, nemani Kintan. Dia mau ketemuan sama Danang."

"Di restoran mana?"

"Tempatnya ngga jauh dari Mall."

"Ya udah, setelah sampe langsung serlok. Mas ke sana. Berangkatnya hati-hati. Salam buat Kaanu dan Kania juga pada penghuni baru di perutmu."

"Assalamualaikum." Kanaya ingin segera mengakhiri komunikasi. Malas menanggapi ucapan ngawur suaminya.

"Walaikumsalam, Sayang."

Komunikasi berakhir. Kanaya menatap Kintan yang ternyata juga menatapnya.

"Boleh," ucap Kanaya.

"Bagus."

"Mas Danu mau ikut juga."

"Lebih bagus. Hayuk berangkat." Kintan berdiri. Memegang lengan Kanaya dan menarikanya.

"Kin, kamu ngga lupa, kan?" tanya Kanaya saat mereka berhenti di depan pintu.

"Astagfirullah! Kania, Kaanu, ayo kita ke restoran!" Teriak Kintan.

***

Kania, Kaanu dan Kintan sudah masuk ke dalam Restoran. Sedangkan Kanaya berdiri di sisi pintu masuk menunggu suaminya yang katanya sudah melakukan perjalanan menghampiri.

"Sayang," panggil Danu. "Capek berdiri?" tanyanya.

Kanaya tersenyum, menggeleng. Kemudiam mencium tangan suaminya dengan takjim. "Menunggu Mas itu kan ibadah. Ibadah ngga boleh capek," ucapnya.

Danu tersenyum. Ia mengecup kening istrinya tanpa peduli tatapan orang, setelah menggenggam tangannya dan menariknya masuk.

"Mereka di mana?"

"Tuh!" Kanaya menunjuk meja pojok.

Danu kembali menarik tangan istrinya, menghampiri 3K dan satu pria yang masih muda.

"Akhirnya," ucap Kintan yang merasa lega setelah kedatangan Abang dan Iparnya.

Danang menoleh. Ia manatap Kanaya dan Danu bergantian.

"Mbak Nay," ucapnya. Pria muda itu berdiri, keluar dari kursi dan berjalan ke arah Kanaya. Memeluk membuat mata Danu membulat sempuran, Kintan berdiri dan menatap bingung. Sedangkan Kaanu dan Kania tetap makan dengan lahap.

Danu menghela napas. Ia harus menahan emosi. Jari telunjuk pria itu di tarus ke kening Danang si bocah ingusan. Mendorong hingga membuat tubuh itu mundur, menjauh, otomatis pelukan ke tubuh istrinya terlepas.

Kanaya(Season 2 nya Kawin Paksa) (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang