34

391 32 0
                                    

#Kanaya2
34

***

"Baru pulang?" tanya Kirana dengan senyum menyebalkan. Seperti mengejek kehadiran Kintan. Bukan, menertawakan dalam hati karena Adiknya itu juga sedang dibodohi cinta.

"Seperti yang elo liat." Kintan melewati Kirana yang berada di depan pintu. Ia berniat ke kamar. Istirahat. Setelah bangun tadi malam, ia tidak bisa tidur. Duduk main ponsel, menatap punggung Danang, main ponsel lagi, menatap punggung Danang lagi dan menghela napas karena entah hatinya merasa sepi saat bocil itu cuek. Bahkan, saat pria labil itu membuka mata di pagi hari, ia ke kamar mandi. Kemudian sarapan bubur tanpa minta bantuan, tidak juga mengajaknya bicara. Ia yang kesal, memilih pulang.

"Gimana rasanya punya pacar?" Pertanyaan Kirana membuat langkah Kintan berhenti.

"Maksud elo?" tanya gadis itu tanpa menoleh.

"Enakkan jatuh cinta?"

"Maksud elo apa?" Kintan berbalik. Ia lelah hati setelah menghadapi Danang, kini Kakaknya mau menambah masalah.

Kirana pun berbalik. Membuat adik-kakak itu saling tatap. Mama Fito memamerkan senyuman manis, tetapi mengerikan buat Kintan.

"Punya pacar enak, kan? Jatuh cinta itu indah, kan?"

"Pertanyaan ngga mutu," ucap Kintan. Entah apa maksud Kakaknya, tetapi untuk saat ini dia sedang tidak mau diajak berbicara. Gadis itu kemvali berbalik. Ia butuh air untuk menguyur seluruh tubuhnya. Mendinginkan rasa panas yang menjalar dalam dada.

"Kamu kan sudah rasa pacaran itu enak, jatuh cinta itu indah, jadi kamu tahu gimana radanya mencintai dan dicintai, kan? Terus, kenapa kamu bersekongkol dengan Kanaya menghancurkan hati Mbak yang sedang kasmaran ini?"

Langkah Kintan berhenti. Ia menghela napas. "Ngga ada persekongkolan kalau calon elo itu baik, Mbak. Gue ngga mau rumah tangga elo gagal untuk kedua kalinya." Kintan menjawab tanpa menoleh.

"Loh, Kintan udah pulang? Gimana keadaan Danang?" tanya Karin yang keluar dari arah dapur. Kemarin sore anaknya mengabarkan kalau tidak bisa pulang karena di suruh menjaga pacarnya, amanat dari calon mertua, Karin dan Pradipta setuju.

"Sudah, Ma. Ke kamar dulu, ya."

"Iya, Sayang."

Jawaban Karin membuat Kintan kembali melangkah ke kamarnya.

"Rana, kenapa?" Karin menatap Kirana yang berdiri mematung dengan mata berkaca-kaca.

"Kenapa Kanaya dan Kintan tega melakukan ini sama aku, Ma? Sedikit lagi aku mau bahagia, tapi mereka ... mereka malah membuat kesedihan yang mendalam." Kirana berucap tanpa ekspresi. Air matanya mengalir deras.

Karin menghela napas. Menghampiri anak keduanya yang sedang patah hati. Mengusap lembut lengannya. "Kasih kesempatan buat adikmu itu mencari bukti. Dia tidak akan menentang kalau--"

"Bukti apa, Ma? Mama kenapa ngga percaya sama aku kalau mas Ramzi itu baik. Dia pria terbaik yang pernah aku kenal." Kirana memelas. Ia menepis tangan Karin dan melenggang masuk ke kamar.

"Kirana-Kirana, dulu juga kamu bilang Ridwan pria yang terbaik, nyatanya nyakiti kamu," ucap Karin pelan.

***

"Mas, nanti aku mau mampir mini market, buat beli cemilan dan buah-buahan, ya, setelah jemput kakak Nia," ucap Kanaya. Wanita itu sedang melakukan video call dengan suaminya.

"Jemput aja si kakak, ke mini Marketnya, nanti barengan sama mas."

"Mas pulang kerja itu pasti capek, pengennya langsung istirahat, biar aku--"

Kanaya(Season 2 nya Kawin Paksa) (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang