***
"Nay, masak apa?" tanya Kintan. Gadis itu memutuskan ke rumah Kanaya.
"Ada ayam goreng," jawab Kanaya sembari memakaikan Kaanu jaket. Ia dan anak tampannya itu mau menjemput Kania.
"Elo mau jemput Kania?" tanya Kintan dari arah dapur.
"Iya."
"Kenapa ngga suruh bang Danu beli mobil lagi, terus cari supir buat antar jemput elo atau Kania." Kintan membawa piring berisi nasi dan ayam goreng ke sofa ruang tamu. Duduk, makan sambil menonton.
"Ngga, ah. Menurut aku romantisan kayak gini. Kalau mobil dua, kemungkinan besar aku dan mas Danu akan jarang semobil."
"Tapi waktu jemput Kania, kan bisa elo gunain buat santai atau tidur siang."
Kanaya menatap Kintan. "Kau belum tau rasa betapa bahagianya seorang ibu yang bisa menjemput anaknya pas pulang sekolah, sih. Lagian, itu bonus perhatian dan kasih sayang buat anak penurut seperti Kania dan nanti adik Kaanu juga akan mendapatkan giliran." Kanaya mencubit hidung anak tampannya.
Kintan menghela napas. Ia menoleh pada Kanaya. "Nay, kalau elo patah hati, apa yang elo lakuin?"
Kanaya menatap Kintan lagi. Ia yang berjongkok di depan sofa, beralih duduk si sisi iparnya.
"Udah lupa, setelah masalah mbak Ayu kelar, mas Danu ngga ngebiarkan aku buat patah hati."Kintan menghela napas lagi. Kemudian kembali menatap televisi dan makan.
"Emang kenapa?" tanya Kanaya.
"Ngga ad--"
"Assalamualaikum." Suara yang memberi salam membuat mata Kintan membulat. Ia menoleh ke arah pintu dan melihat Danang berdiri dengan masih memakai pakaian pasien, bahkan tanpa alas kaki.
"Waalaikumsalam. Danang, loh, kamu--" Kanaya menghentikan ucapannya saat Kintan berdiri dan masuk ke kamar Kaanu. Menutup pintu cukup keras. Wanita itu pun melihat wajah Danang yang murung.
"Kalian bertengkar?" Kanaya tahu bagaimana awal jadian mereka, tetapi melihat gelagat Kintan dan Danang akhir-akhir ini, ia tahu sudah ada cinta sesungguhnya.
Danang mengangguk.
Kanaya melirik jam tangannya. Ia langsung berdiri dan menggendong Kaanu. Kemudian berjalan ke arah pintu.
"Kamu tungguin aja, tapi tunggunya di teras. Jangan masuk. Nanti digerebek. Mbak mau jemput anak mbak dulu," ucap Kanaya pada Danang."Iya, Mbak." Danang mengangguk. Ia langsung duduk lesehan di samping pintu. Kanaya menggeleng pelan. Kemudian pergi.
**
"Mama, beli es krim dulu, ya," ucap Kania. Mereka bertiga sudah berada di taksi, perjalanan pulang.
"Kan, es krim semalam masih ada," ucap Kanaya.
"Mau beli yang rasa lain, Ma."
"Ya udah." Kanaya mengusap puncak kepala Kania. Ia akan membelikan makanan apapun buat anaknya yang penting di makan. Toh, jika anaknya bahagia dan kenyang, ia merasa senang.
"Pak, singgah bentar di mini market terdekat, ya."
"Baik, Mbak." Supir tua langganan Kanaya itu menjawab sopan. Kanaya menjadi langganan karena merasa kasian. Setua ini masih saja terus bekerja keras. Bukan hanya ongkos yang dilebihkan, setiap akhir bulan Kanaya memberinya sembako. Pak Tejo, nama Supir itu, awalnya selalu menolak, hanya Kanaya selalu memaksa. Akhirnya Pak Tejo menerima dan membalas budi dengan mengabdi menjadi Supir yang baik dan sopan, karena hanya itu yang bisa ia lakukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kanaya(Season 2 nya Kawin Paksa) (TAMAT)
Romansalangsung baca yuk. jangan lupa tinggalin jejak ya.