Bagian 16

511 44 0
                                    

***

"Nay," panggil Danu sembari melepas pelukan Dewi. Hatinya berdenyut nyeri saat ia yang melangkah maju, malah sang istri mundur dua langkah. Kemudian berbalik, berlari menuju ke luar restoran.

Kenapa istrinya harus pergi? Apa marah? Cemburu? Tidak percayakah kalau insiden ini hanya salah paham? Ya Allah. Pikiran Danu berkecamuk. Hatinya cemas melihat kepergian istrinya. Ia sangat mengerti perasaan Kanaya sekarang, pasti hatinya sakit sekali, seperti hal yang selalu ia rasa kalau wanita tercinta itu bersama pria lain. 'Nay, tolong percaya kalau mas setia,' ucapnya dalam hati.

"Nu, istri elo," ucap pria yang memakai kemeja biru.

"Ya. Saya kejar dulu."

"Oke." Pria pengertian itu mengangguk mantap.

Danu melangkah, tetapi ucapan Dewi membuatnya berhenti.

"Nu, kamu mau ke mana? Kita baru bertemu. Kamu ... mau ninggalin aku lagi?" tanyanya dengan tetapan sendu. Wajahnya memelas. Ia berharap kali ini tidak akan terpisah lagi dengan dia yang tercinta.

Danu menghela napas. "Maaf, saya harus ngejar istri saya. Semuanya, permisi. Saya duluan." Danu melangkah pergi setelah berucap. Ia tidak membutuhkan jawaban dari siapapun.

"Istri? Ya Allah." Dewi menutup wajahnya dan menangis sesunggukkan.

**

Kanaya berjalan cepat ke arah mobil. Sepertinya, hal yang membuat ia enggan untuk masuk tadi adalah momen seperti ini. Ia tidak marah pada Danu, hanya hatinya nyeri saat suaminya dipeluk wanita lain.

Kanaya menyeka air matanya yang lolos. Ternyata seperti ini yang suaminya rasakan saat merasa cemburu? Sakit ternyata. Pantas saja Danu sering posesif, ternyata dia tidak mau merasakan sakitnya rasa cemburu.

"Nay," panggil Danu di belakang Kanaya.

Kanaya menyeka air matanya. Momen pelukan antara suaminya dan wanita tadi terlintas, membuatnya kesal. Baru saja ditinggal beberapa menit, tetapi pria itu sudah bisa mengait tubuh teman wanitanya. Menyebalkan.

Seketika Kanaya merasa Danu egois. Ia dikekang, tetapi suaminya bisa melakukan apapun yang diinginkan. Danu selalu cemburu pada Bian, padahal tidak pernah ada kontak fisik diantara mereka, tetapi suaminya ... sungguh menyebalkan.

"Mas bisa jelaskan." Danu meraih tangan Kanaya. Namun, wanita itu menepis.

"Sayang, yang kamu liat tadi--"

"Aku mau pulang!"

Danu menghela napas. "Ya, kita pulang."

"Aku mau pulang sendiri." Setelah berucap, Kanaya melangkah cepat ke arah jalan raya. Namun, Danu menahan lengannya. Menarik, membuat wanita yang cemburu itu berbalik dan berhadapan dengan sang suami.

"Pulang sama mas. Kita bisa bicarakan baik-baik masalah ini, Sayang." Danu memelas. Tatapannya memohon. Ia benar-benar merasa takut kalau istrinya salah paham.

"Aku mau pulang sendiri. Silahkan Mas lanjutkan acara reuninya." Kanaya ingin melepas tangannya dari cengkeraman Danu, sayangnya tenaganya tidak sebanding. Ia pun mengalihkan pandangan ke jalan raya. Kembali, ingatan tentang pelukan suaminya itu terlintas. Nyeri terus saja menyerang hatinya membuat air matanya kembali mengalir.

"Sayang, jangan nangis. Ini salah paham." Danu mau menyeka air mata Kanaya, tetapi ditepis. "Sayang jangan gini," keluh Danu.

"Aku mau pulang, Mas." Kanaya berbicara tanpa menatap suaminya. Ia menyeka air matanya berulang-ulang. Tadi, ia harusnya mendengar kata-kata Kintan. Meluangkan waktu buat bertanya pada iparnya itu tentang hal apa-apa saja yang biasa terjadi direunian yang kadang membuat pasangan cemburu supaya ia bisa menyiapkan mental.

Kanaya(Season 2 nya Kawin Paksa) (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang