***
Kintan datang pagi-pagi ke rumah Danu. Ia langsung menuju dapur, ikut sarapan bersama. Kali ini suasana rumah menurutnya sangat mencekam. Mereka yang tengah makan hanya diam tanpa ada yang memulai pembicaraan.
"Bang, nanti gue pinjem Kanaya. Mau gue ajak ke butik. Gue ditarik ke perusahaan Papa. Mau beli baju buat kerja."
"Ya."
Kintan menautkan alis matanya. Ia merasa aneh dengan anggukkan Abangnya yang secepat ini. Biasanya akan ada drama larangan atau pesan bahkan kritik juga saran, tapi sekarang ....
Gadis itu menatap Kanaya yang sibuk dengan piringnya dan dua anaknya. Wanita yang selalu hangat pada suaminya itu terkesan dingin pagi ini.
"Kalian lagi ada masalah?" tanya Kintan.
"Ngga!" Suami istri itu menjawab bersamaan. Saling tatap. Kemudian Kanaya membuang muka. Sedangkan Danu menatap memelas.
"Horor tau ngga kayak gini. Kalian kenapa?" tanya Kintan lagi.
"Kanaya lagi marah sama abang." Akhirnya Danu terbuka. Ia menatap pada istrinya yang melotot. Kode kalau wanita itu semakin kesal.
"Marah kenapa?"
"Cemburu."
"Cemburu? Kok bisa? Kok sekarang kebalik? Cerita gih, penasaran gue." Kintan tambah nasi, lauk juga sayur. Makan sambil dengar curhatan itu enak.
"Abang manggil dia ratu, eh ... salah paham."
"Terus?"
"Abang dipunggungin semalaman."
"Terus?"
"Kurang semangat pagi ini. Demi minta maaf, hari ini ngebebasin Kanaya jalan sama kamu. Jagain."
"Ngebebasin aku biar bisa deket sama Ratu kan? Dasar!" Kanaya berucap sadis. Ia melirik tajam sembari menambahkan nasi ke piringnya.
"Tuh, kan. Salah paham lagi." Danu berucap lirih sembari menghela napas.
Kintan menatap Kanaya. "Nay, elo bersikap kayak gini itu tumben. Apa udah ada NaDa junior dalam perut elo?" Aunty yang mendambakan keponakan lagi itu bertanya penuh semangat.
Kanaya menatapnya kesal. "Batu juga lepas kabe seminggu yang lalu, terus baru rutin bikin, masak udah hamil. Paling ngga nunggu sebulan baru tau."
Kintan tertawa pelan. Kanaya terlihat imut saat ngambek. Ia kini menatap Danu.
"Kena kan lo, Bang. Biasanya cemburuan pakek banget, sekarang gimana rasanya dicemburui?" bisik Kintan.
"Ngga enak."
"Masakan aku ngga enak? Ya udah, ngga usah di makan." Kanaya menatap kesal pada suaminya. Ia segera menarik piring pria itu dan menaruhnya di tempat cucian piring. Kemudian kembali duduk dan menampakkan wajah tidak berdosa.
"Nay, kok--" Danu kehabisan kata-kata. Pria itu menghela napas dan pergi meninggalkan meja makan tanpa berpamitan. Bukan marah pada istrinya, tetapi pada dirinya sendiri yang tidak bisa meluluhkan hati wanita itu.
"Nay," panggil Kintan. Membuyarkan lamunan wanita yang sedang menatap kepergian suaminya dengan tatapan sedih. Bahkan matanya kini memerah, buliran air mata pun mengalir perlahan.
"Hm?" jawab Kanaya. Ia menyeka air matanya.
"Udah, ngga usah nangis. Entar luluh sendiri, Kok. Ikut gue ke butik, ya."
"Ya, tapi mau antar Kakak dulu ke sekolah."
"Oke. Sekalian jalan aja nanti."
Kanaya hanya menganggu. Kemudian melanjutkan makan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kanaya(Season 2 nya Kawin Paksa) (TAMAT)
Romansalangsung baca yuk. jangan lupa tinggalin jejak ya.