***
"Kamu ngga nyesel?" tanya Danu pada Kanaya yang berada di sisinya. Mata Istrinya itu fokus menatap ke depan. Melihat Kintan dengan senyuman manis. Ada rasa tidak enak menyerang hati pria itu saat adiknya yang berjalan di depan mereka berdua memakai kebaya tradisional tipis dengan kain batik dan bagian luarnya menggunakan toga, make up natural, model sanggul modern dengan kepangan atas menyamping, terlihat cantik dan dewasa. Kintan baru saja Wisuda dan mendapat predikat lulusan terbaik, itu sangat membanggakan bagi keluarga besar Pradipta. Kini nama panjangnya adalah Kintan Ananda, S. Akt. Sedangkan Kanaya, Istrinya yang seumuran dengan Adiknya ini hanya menjadi ibu rumah tangga.
"Ngga, Pa," jawab Kanaya. Ia semakin tersenyum manis. Gadis itu senang dengan kelulusan Kintan.
"Kamu ngga iri?" tanya Danu lagi setelah memperbaiki tubuh Kaanu dalam gendongannya. Muhammad Kaanu Praditpa, anak pertamanya dengan Kanaya yang berumur 3 tahun.
Kanaya menoleh, beradu tatap dengan wajah Danu yang menurutnya aneh. Terlihat sedih padahal ini adalah hari bahagia. Selain ini hari kelulusan Kintan, mereka sekeluarga akan makan di restoran mahal untuk merayakan harinya Kintan dan pertanyaan suamimya itu benar-benar terdengar aneh.
"Papa kenapa?" tanya Kanaya lembut. Ia memasukkan tangan di bawah ketiak Danu, memeluk lengan kekar pria yang 5 tahun lalu menikahinya. Menatapnya manis, tetapi menuntut.
Danu menghela napas. "Harusnya kamu bisa kayak--"
"Pa." Kanaya menghentikan ucapan Suaminya. Ia tahu apa yang pria tercintanya maksud. Ia menghela napas. Tersenyum selebar mungkin. "Aku ngga iri apalagi menyesal telah memilih menjadi ibu rumah tangga. Senang tau, Mas, bisa jadi istrinya seorang Danu Pradipta dan semakin senang telah menjadi ibu dari Kania dan Kaanu." Kanaya mengakhiri ucapannya dengan senyuman lebar. Ia benar-benar tidak menyesal. Disayang, dicinta, diperhatiin Danu lebih dari cukup untuk hidupnya.
Danu menghela napas. Ia tersenyum. Istrinya selalu bisa meluluhkan hatinya. Ia merangkul pinggang Kanaya dan berbisik, "Mas sayang kamu."
"Aku juga." Kanaya menyengir setelah menjawab.
"Adek Aanu juga cayang Mama cama Papa," suara Kaanu itu membuat Kanaya dan Danu tertawa pelan. Anak kecil yang tampan itu memeluk leher Papanya, mengecup pipi pria itu.
"Mama juga sayang adek Kaanu," ucap Kanaya sembari mencybit pipi gembil Kaanu.
"Papa juga. Sayang banget sama Adek." Danu mengecup balik pipi Kaanu.
"Mama sama Papa ngga lupa Kakak Nia, kan?" tanya Kania yang kini sudah berusia 6 tahun. Gadis kecil itu wajahnya mirip sekali dengan Kanaya, bukan terlihat seperti anak tiri, tetapi kandung.
Mendengar kasak kusuk dari arah belakang, Kania yang berjalan digandeng Kintan, menoleh. Papa, Mama dan Adiknya tengah bercanda gurau. Saling mengungkapkan kalimat sayang. Ia yang kesal segera memprotes dan ucapannya sukses membuat semua langkah terhenti.
Pradipta, Karin, kirana, Fito dan Kintan mengikuti arah tatapan Kania. Menatap tiga tersangka di belakang mereka yang menyengir.
Danu dan Kanaya saling tatapan. Kemudian tersenyum lebar. Anak satunya cemburu dan itu sangat lucu.
Danu memberikan Kaanu pada Kanaya dan ia maju untuk mengendong Kania. Walaupun berat karena gadis kecil itu bertubuh montok, ia tetap menggendong demi meluluhkan si tukang cemburu itu.
"Papa sama ngga lupa. Kami juga sayang sama Kakak Kania." Danu berucap lembut. Setelahnya mengecup pipi Kania.
"Iya, Sayang. Mama sayang Kakak Nia, dong. Kan, Kakak Nia anak mama dan Papa yang paling cantik." Ucapan Kanaya dan Danu membuat Kania menghela napas. Wajah cemberut itu berganti senyum. Ia memeluk leher Danu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kanaya(Season 2 nya Kawin Paksa) (TAMAT)
عاطفيةlangsung baca yuk. jangan lupa tinggalin jejak ya.