"Total semua satu juta empat ratus lima ribu. Ibu mau bayar tunai atau kartu debit?" tanya Nasha dengan sangat ramah tidak lupa menyunggingkan senyum lebar pada customer yang membayar usai belanja di tempat kerjanya. Salah satu departement store yang berada di sebuah mall.
"Bayar tunai," ujar ibu itu cuek seraya menyerahkan beberapa lembar uang dengan tidak sopan, membuangnya begitu saja.
Meski jengah dengan sikap pongah ibu-ibu yang fokus dengan ponselnya tersebut, tapi Nasha tetap bersikap sopan dan ramah. Kalau saja bukan karena tuntutan pekerjaan, sudah pasti Nasha melempar kembali uang tersebut pada ibu itu.
Setelah melakukan pembayaran, Nasha menyerahkan belanjaan ibu tersebut. Tidak lupa dengan senyum manisnya. Langsung pudar ketika ibu itu berlalu pergi. Menggerutu pelan. Menyumpah serapahi ibu itu.
Menunduk untuk menatap ponselnya, menekan tombol kunci. Masih ada sekitar tujuh menit lagi shift-nya akan habis. Mudah-mudahan saja tidak ada lagi yang ingin membayar sebelum masa shift-nya habis...
Tapi ternyata ada.
Meski kesal Nasha tetap tersenyum manis. Untung saja customer ini tidak seperti ibu tadi.
Setelah masa shift-nya habis, ia meraih ponselnya lalu menepuk pundak temannya yang menggantikan dirinya.
"Selamat begadang!" seru Nasha mengejek membuat teman kerjanya itu cemberut.
"Resek lo!"
Nasha tertawa, berlari menuju ke ruang staff. Berdiri di depan lokernya. Membuka pintunya lalu meraih cardigan rajut miliknya. Membungkus pakaian seragam khas tempatnya bekerja. Kemudian melepas sepatu hak dari kedua kakinya yang mungil. Meraih sandal jepit lalu memakainya.
Sebelum pergi, tidak lupa ia mengunci loker miliknya.
Berjalan layaknya seorang model. Menatap mengejek teman-teman satu kerjanya yang berada di shift malam. Karena bagi karyawan yang berada di shift malam begitu melelahkan. Apalagi di saat malam minggu. Bagi yang memiliki kekasih tentu tersiksa karena tidak bisa keluar pacaran.
Menggunakan motor matic miliknya yang baru lunas tiga bulan lalu selama lima tahun menyicil. Sungguh sangat membanggakan bagi Nasha. Setelah lulus sekolah, hidup mandiri. Tidak lagi dibiayai oleh orang tuanya yang memang hidup pas-pasan, apalagi saat itu orang tuanya membiayai kakaknya yang kuliah. Tapi malah jadi pengangguran setelah lulus kuliah.
Rasanya Nasha ingin menempeleng kakaknya. Harusnya cari kerja karena memiliki gelar. Malah malas-malasan.
Nasha berhenti memikirkan kakaknya yang pemalas itu. Ia saat ini harus fokus.
Sampai di kos, ia langsung mandi. Sebersih-bersihnya. Setelah mandi, mengeringkan rambutnya. Untung saja ada temannya yang kaya jadi hair dryer yang ia gunakan sekarang ini gratis.
Setelah rambutnya kering, ia menyetrika gaun yang dibelinya bulan lalu. Gaun spesial untuk acara anniversary yang ke sembilan tahun hubungannya dengan Bara. Setahun lagi barulah satu dekade mereka pacaran tanpa adanya drama putus nyambung. Apalagi drama Bara yang selingkuh ataupun dirinya karena bosan.
Menabung hampir setahun demi menyewa salah satu private room di restoran mewah, lengkap dengan iringan pemain biola yang menambah kesan romantis untuk makan malam mereka.
Sengaja hanya dirinya yang menyiapkan hal ini, tidak ingin Bara ikut membayar meski gaji Bara jauh lebih besar darinya. Karena gaji Bara biarlah ditabung untuk rumah serta pernikahan mereka nanti.
Membayangkan menikah dengan Bara membuat Nasha tersenyum bahagia. Apalagi jika Bara melamarnya dengan suasana romantis.
Nasha berdebar tidak karuan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bittersweet Promise
Romance•Bittersweet Series 3• _____________ Berjanji untuk saling setia. Berjanji untuk saling menjaga. Berjanji untuk saling mengerti. Apalah jadinya jika itu hanya sebuah kata 'janji'. _____________ start: 17/08/21 end: 04/10/21 _____________ Copyright...