Bagian 17 : Mual Terus

5.5K 560 13
                                    

"Asik! Gimana nih pengantin baru? Berapa banyak gaya pas malam pertama?"

Nasha mendelik kesal pada June yang tertawa menggodanya, ia melepas sandal lalu melempar pria itu yang langsung menghindar.

"Lo dateng sendiri? Bara mana?" tanya Odit yang sedang membuat salad buah. Saat ini mereka sedang berkumpul di rumah Odit. Apalagi Salena akan pulang nanti malam.

"Gak tau," ujar Nasha malas seraya menatap meja makan di hadapannya. "Kok gak ada makanan?"

"Dihabisin Vio," sahut June hendak tertawa, tapi tidak jadi karena melihat Viora yang keluar dari dapur. Segera ia berdiri lalu berlari keluar dari sana. Memilih bergabung bersama dengan Rasya yang menemani Shalita dan Zidny bermain.

"Tadi kita cuma makan sushi aja, Sha. Kita kira lo gak mau dateng makanya gak pesenin lo juga," ujar Odit mulai mencampurkan beberapa buah dengan mayonais.

"Lo mau apa, Sha? Ayam goreng?" ujar Salena pada Nasha.

"Oke deh. Itu aja." Nasha menyengir. Hanya itu sahabatnya yang peka. Odit dan Viora malah sibuk bertengkar. Odit yang memaksa Viora mencoba salad buatannya.

"Sini biar gue cobain," Nasha menginterupsi mereka. Berdiri di antara dua tiang tersebut sehingga ia terlihat begitu mungil.

Nasha merasa mual hanya karena mencium aroma salad buah tersebut. Segera berlari menuju kamar mandi untuk muntah.

"Nah kan gue bilang juga apa. Salad buatan lo gak enak," cibir Viora pada Odit yang mendengus kesal.

"Nasha kenapa?" tanya June yang kembali bergabung dengan mereka. Melihat Nasha berlari menuju ke kamar mandi.

"Mau muntah. Jun cobain salad gue. Enak kok." Odit tersenyum lebar seraya mengacungkan sesendok salad buah ke hadapan June.

June meringis pelan, karena tidak ingin membuat Odit sedih, ia pun mencoba salad tersebut.

Kernyitan di wajah June mengartikan jika rasa salad buah Odit aneh, itulah yang ditangkap Viora.

"Gimana? Enak gak?" tanya Odit antusias melihat June yang mengunyah.

"Em.." June mengangguk saja. Odit tersenyum lebar lalu menyuruh Salena yang selesai menggoreng ayam untuk mencobanya juga. Salena mencoba dan komentar Salena selalu jujur.

"Kebanyakan mayonais, Dit," ujar Salena.

Odit menatap June yang menyengir. "June suka mayonaisnya banyak, ya?" Memberikan salad tersebut untuk June.

"Baunya gak enak banget. Mending gak usah lo makan deh," sahut Nasha. Mengkerutkan hidungnya tidak suka menatap salad buah buatan Odit.

"Kalian jahat banget sih. Gue berusaha bikin salad itu!" ujar Odit kesal menatap teman-temannya. Setiap kali ia masak, pasti teman-temannya mencibir masakannya. Padahal Odit butuh dukungan dari mereka, agar Odit belajar terus menerus biar masakannya enak.

"Sensi banget lo. Nini mau punya adik lagi?" ejek Nasha seraya menyentuh perut Odit.

"Apaan sih lo?!" Odit merengut kesal.

"Yang hamil siapa? Yang sensi siapa?" ujar Viora seraya menggeleng pelan.

"Gue gak hamil!" sentak Odit kesal.

"Kan?" sahut Viora membuat yang Nasha dan Salena tertawa, kecuali Odit yang ekspresinya kesal, sedangkan June memicing menatap Odit.

"Sha, bukannya lo mau makan? Nih," sahut Salena menunjukkan ayam yang sudah ia goreng pada Nasha.

"Duh, tiba-tiba gue kenyang. Perasaan gue gak enak." Nasha duduk di kursi seraya mengusap kedua pelipisnya. Tadi saat ke sini, ia merasa baik-baik saja. Tapi, setelah merasa mual, perasaannya menjadi tidak enak.

"Butuh minyak angin? Atau minyak kayu putih?" ujar Salena hendak mengambilnya, tapi Nasha menggeleng.

"Gue gak suka aromanya. Bikin gue makin mual." Menghela nafas pelan, ia menatap Salena dan Odit. "Lo berdua waktu hamil kayak gini gak sih. Seingat gue enggak, kan?"

"Gue dulu gak bisa makan. Nyium aroma menyengat juga gak bisa. Sampe gue dirawat di rumah sakit," sahut Odit.

"Kalau gue baik-baik aja. Gak sensi sama aroma apapun," ujar Salena.

"Masa gue juga gak suka aromanya Bara. Kalian gitu juga gak dulu?" Nasha memicing kesal saat semua tatapan temannya berubah menggoda. "Astaga! Gue cuma ngomong. Gak ada niat buat inget dia ya?!"

"Ya santai aja Mbak! Gak ada yang ngomong kalau lo keinget dia!" cibir June, ia meneguk air setelah menghabiskan salad buatan Odit meski rasanya tidak terlalu enak. Temannya itu tersenyum lebar menatapnya. Memang, sebaik itu dirinya.

"Gue waktu hamil enggak kok. Malah pengen nempel di Mas Rasya mulu," Salena menyengir malu. "Em... cuma gak bisa sih karena waktu itu hubungan kita canggung. Jadi gue mendem aja kemauan gue."

"Kalau Odit?" sahut Viora menggoda Odit yang mendelik kesal.

"Gak ada."

"Perasaan dulu ada yang curhat kalau suka banget sama aroma matcha, makanya mau nempel di Akram mulu karena aroma badannya Akram itu wangi matcha," sahut Salena ikut menggoda Odit. Mengingat Odit pernah curhat padanya ketika Odit mengandung Zidny.

"Please deh berhenti ledekin gue!" Odit memutar bola mata malas.

"Terus sekarang lo masih suka aroma matcha?" tanya Nasha pada Odit.

"Enggak. Odit suka aroma ketek gue," June yang menjawab, lalu merangkul pundak Odit.

"Apa sih Jun?! Lo belum mandi! Lepasin gue!"

***

Nasha melepas sabuk pengaman dari tubuhnya, ia menatap June yang menengadahkan telapak tangan. "Tarifnya seratus ribu, Mbak."

Nasha menepuk keras tangan June membuat June mengaduh sakit lalu mengusap telapak tangan di pahanya agar berhenti sakit.

"Pelit amat lo. Gue lagi hamil June. Pahala anterin ibu hamil itu banyak. Kan lo banyak dosa. Makanya banyakin pahala lo."

"Jir! Kalau ngomong suka bener." Nasha tertawa, ia meraup wajah June yang ekspresinya masam.

"Eh tuh laki lo udah nungguin elo. Sayang banget ya sama lo."

Tatapan Nasha tertuju pada teras rumahnya, ada Bara berdiri di sana. Menatap ke arah mobil June. Seakan seperti suami yang siaga. Bahkan pria itu mulai melangkah mendekat.

"Nyebelin! Mood gue tiba-tiba anjlok," gerutu Nasha lalu turun dari mobil. June hanya terkikik, lalu menurunkan kaca mobil. Ia menyaksikan drama rumah tangga secara langsung. Nasha yang berujar ketus pada Bara saat Bara bertanya darimana wanita itu. Lalu Nasha masuk ke dalam rumah.

Bara membalas tatapannya.

Tatapan June berubah datar. "Nasha gak dari selingkuh kok." Lalu tersenyum sinis. Hendak menaikkan kaca mobil, tapi ia urungkan. Kembali berujar, "Kalau lo pikir sikap Nasha seperti ini karena lo gak punya pekerjaan lagi. Lo salah, Bar. Nasha bersikap seperti itu karena lo udah bikin dia kecewa."

Bara hanya diam mendengarkan June yang bicara.

"Gue tau setiap manusia pernah lakuin kesalahan. Ada yang namanya khilaf. Tapi kalau kesalahan itu udah lebih dari sekali, bukan khilaf lagi namanya. Nasha udah kasih lo kesempatan, jangan bikin dia kecewa lagi."

***


See you the next chapter
Salam manis dari NanasManis😉
12/09/21

Bittersweet PromiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang