Nasha mengedarkan pandangannya ke arah lain, enggan bersitatap dengan Bara yang memasang helm ke kepalanya. Tidak lupa memasang pengait helm. Lalu menyuruhnya untuk naik ke motor.
Sebelum Bara melajukan motor, pria itu kembali bertanya padanya, "Beneran mau naik motor? Gimana kalau kita naik taksi aja?"
Nasha mendengus pelan, ia menepuk pundak Bara menyuruh pria itu segera melajukan motornya. "Gak usah banyak bicara! Cepetan kita ke rumah Odit. Di sana udah ada June sama Viora. Mereka nanti habisin makanan!"
Bara pun tidak membantah, mengemudikan motor tersebut dengan kecepatan sedang menuju ke rumah Odit.
Beberapa saat kemudian mereka tiba. Nasha segera turun dari motor. Melepas helm-nya, memberikannya pada Bara yang juga telah turun. "Emang ada acara apa sih?" tanya Bara. Mengikuti Nasha masuk ke rumah tersebut.
"Odit sama Akram rujuk." Bara mengangguk pelan. Pantas saja ada mobil Akram terparkir di carport rumah tersebut. Di rumah tersebut hanya tersisa teman-teman Odit. Keluarga Odit maupun Akram telah pulang beberapa menit yang lalu.
"Telat! Lo udah gak kebagian makanan!" sahut June pada Nasha yang langsung menatapnya kesal. June hanya tertawa, lalu melirik Bara yang mengekor seperti anak ayam di belakang Nasha.
"Woi Bar! Gue kira lo gak datang? Pantas aja Nasha gak minta jemput."
"Ngapain Nasha minta jemput lo? Kan ada gue," sahut Bara agak kesal menatap June yang mendengus pelan.
"Udah baikan nih?" tanya Odit menggoda yang baru saja tiba di meja makan untuk memberikan piring untuk Nasha dan Bara.
"Lo aja yang udah cere, rujuk Dit. Apalagi Nasha ama Bara yang udah nikah. Bakal baikan lah," sahut Viora membuat Nasha mendelik tajam pada temannya itu.
"Akram mana?" tanya Bara setelah menerima piring dari Odit.
"Em... kelonin Zidny di kamar. Nanti keluar kok."
"Gue kira lo kurung Dit. Takut kabur lagi." Kini giliran Nasha yang menggoda Odit yang langsung melengos. Menawarkan Bara makanan.
"Walaupun kabur, tapi kalau udah takdir mah bakal balik lagi." Viora menimpali.
"Sisa lo nih yang jomblo, Vi. Kapan laku lo? Terima aja lamarannya Pak Haji." Nasha tertawa puas melihat ekspresi Viora yang siap memakannya.
"Ekhm... ngapain ngarepin duda bangkotan. Kalau di sebelah ada anak bujangnya Pak Junaidi yang masih perjaka ting ting," June menyahut dengan percaya diri. Saat Viora menatapnya, June tersenyum manis membuat Viora meraup wajahnya kasar. Merasa jijik padanya.
Yang lain tertawa.
"Kalau disuruh milih, mending gue nikah ama Pak Haji daripada lo!"
"Segitu bencinya lo sama gue, Vi. Apa salah gue?!" sahut June dramatis seraya memegang pundak Viora, tapi dengan cepat Viora menepis tangannya.
***
"Bara, gue pengen makan martabak." Bara tersentak saat kepala Nasha condong ke depan. Ia menoleh sekilas lalu kembali fokus ke depan. Segera mengangguk.
Apa Nasha tidak kenyang? Di rumah Odit tadi Nasha makan banyak, apalagi berbagai kudapan tadi dimakan istrinya itu.
Ah atau mungkin karena efek Nasha yang sedang hamil?
Setelah menemukan penjual martabak, hanya Bara yang turun dari motor. Nasha duduk mengamati penjual martabak yang membuat adonan seraya mengusap perutnya. "Kamu bikin Mama gendut, Nak. Kalau Papa mu selingkuh gara-gara Mama gendut, salau kamu, ya?" Lalu Nasha berpikir sejenak. "Eh enggak deh. Salah Papa mu karena dia gak setia, kan? Harusnya nerima Mama apa adanya. Mau kurus atau gendut."
"Lagi ngomongin apa sih?" Nasha menegakkan kepala menatap Bara yang menghampirinya.
"Awas kalau lo selingkuh lagi!"
Bara hanya mampu menghela nafas pelan. Menatap Nasha yang tatapannya begitu tajam. "Abis ini kamu mau apa lagi?" tanya Bara lembut. Sukses membuat ekspresi Nasha berubah.
"Mau kebab. Eh bukan gue ya, tapi anak lo!"
"Oke!"
"Apapun yang dia mau turutin aja".
Bara mengingat percakapannya dengan Akram. Bertanya apa memang ibu hamil itu sikapnya sering berubah-ubah. Atau sebut saja mengalami mood swing. Dan benar. Akram pun mengatakan jika Odit seperti itu. Bahkan marah-marah terus. Kurang lebih seperti Nasha.
"Habisin." Bara menerima kebab dari Nasha. Istrinya itu hanya memakannya sedikit. Meski merasa kenyang, ia tetap menghabiskannya.
"Kita pulang, ya?" Ajak Bara pulang yang langsung diangguki Nasha. Selama perjalanan mereka hanya saling berdiam hingga tiba di rumah.
Merebahkan tubuh di atas ranjang setelah mengganti pakaian mereka.
Saat Bara hendak memejamkan mata, Nasha beesuara membuat Bara mengurungkan niat untuk tidur.
"Gue mau boker."
"Hm?" Bara menoleh dengan tatapan bingung.
"Gue mau boker. Temenin gue."
Mereka pun keluar dari kamar. Bara mengekor di belakang.
"Mau ngapain lo?" tanya Nasha dengan mata melotot pada Bara yang ikut masuk ke kamar mandi.
"Nemenin kamu boker, kan?"
Nasha menghela nafas pelan. "Lo di luar aja. Di depan pintu!"
Bara pun menemani Nasha. Duduk di depan kamar mandi. Menunggu Nasha buang air besar di dalam sana.
Begitu hening karena penghuni rumah yang lain sedang tidur dan malam juga telah larut.
"Bar!" Bara tersentak mendengar panggilan Nasha dari balik kamar mandi.
"Kenapa Sha?"
"Ajak gue ngobrol dong!"
Bara menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Ngobrol apaan? Em... kamu masih boker?"
"Iyalah! Kalau enggak, ngapain gue masih di dalam?!"
Bara meringis pelan. Mencoba mencari topik pembahasan. "Em... Sha, gak mau nentuin nama anak kita gitu?"
"Lah cepet banget? Perut gue baru lima bulan."
"Ya... lebih cepat lebih baik, kan? Siapa tau aja nanti aku gak sempat ngasih nama anak kita."
Nasha berpikir sejenak. "Masa kita nentuin nama anak kita pas gue boker sih Bar?"
Bara tertawa pelan di luar sana. Kemudian suara dentuman keras keluar yang berasal dari dalam kamar mandi.
"Jangan ketawa lo!!" Ancam Nasha pada Bara untuk menutupi rasa malunya.
Bara sendiri berusaha keras menahan tawa seraya mengusap kedua matanya yang berair.
***
See you the next chapter
Salam manis dari NanasManis😉
24/09/21
KAMU SEDANG MEMBACA
Bittersweet Promise
Romance•Bittersweet Series 3• _____________ Berjanji untuk saling setia. Berjanji untuk saling menjaga. Berjanji untuk saling mengerti. Apalah jadinya jika itu hanya sebuah kata 'janji'. _____________ start: 17/08/21 end: 04/10/21 _____________ Copyright...