Bara : aku telat pulang karna ada acara makan sama karyawan
Bara : kamu mau ku beliin apa?Nasha mendengus membaca chat Bara tersebut.
Harusnya Bara tidak perlu ikut, kan?
Tapi, Bara manajer baru di kantornya saat ini. Mungkin saja acara makan penyambutan bos baru. Seperti halnya saat Nasha masih bekerja, jika ada manajer baru, mereka akan makan bersama sebagai wujud penyambutan bos mereka.
Nasha hanya mengirim emotikan jempol, tapi kemudian ia tersadar.
Harusnya ia mengabaikan saja, bukan?
Kenapa pula ia membalas chat Bara?Hendak menarik chat-nya, tapi Bara telah membacanya dan pria itu membalasnya dengan stiker senyuman manis.
Setelahnya Nasha memutus mengunci ponselnya. Tatapannya tertuju pada langit-langit kamar. Tangannya pun mengusap perutnya yang saat ini tidak rata lagi. "Papa mu lagi makan enak, lupa sama kita Nak," adunya pada anaknya tersebut. "Papa mu nyebelin."
Nasha terdiam sejenak, tapi elusannya pada perutnya tidak berhenti. "Nanti kalau kamu lahir, terus gede jangan kayak Papa mu, ya? Harus kayak Mama. Sikapnya Mama yang pekerja keras, mandiri. Mukanya Mama yang cantik, imut menggemaskan." Nasha terkikik karena perkataannya sendiri, lalu melanjutkan, "Em kecuali jangan pendek kayak Mama. Kayak Papa aja yang tingginya kayak tiang listrik itu."
Nasha bermonolog sendiri hingga merasa kantuk. Memutuskan untuk tidur. Jika Bara membeli makanan untuknya, besok saja ia makan.***
Bara tiba di rumah, ia turun dari motor. Melihat Sena yang telah berada di rumah, pria itu sedang memeriksa ban motornya. Melihat kondisi ban motor bagian belakang. Keduanya saling bertatapan. Dengan sopan Bara mengangguk pelan lalu pamit masuk ke dalam rumah. Menemukan dapur dan kamar-kamar semua lampunya telah mati. Tersisa ruang tamu saja yang lampunya menyala.
Masuk ke kamar Nasha, ia melihat istrinya itu telah terlelap dengan posisi membelakangi dirinya yang saat ini berdiri di depan pintu. Menutup pintu dengan pelan, ia kembali menatap ke arah ranjang. Nasha menyisakan tempat tidur untuknya.
Segera ia melepas pakaian kerjanya, meraih handuk lalu kembali keluar dari kamar untuk ke kamar mandi.
Beberapa saat kemudian, masuk ke kamar. Memakai pakaian lalu bergabung tidur bersama Nasha.
Posisi Bara terlentang menatap langit-langit kamar, lalu menoleh ke arah Nasha yang posisinya masih belum berubah. Tangannya naik perlahan untuk menyentuh lengan Nasha. "Sha," panggilnya pelan.
Dirasa tidur Nasha benar-benar lelap, ia pun merubah posisi tidurnya menjadi miring menghadap ke arah Nasha lalu memeluk wanita itu. Hanya jika tidur, Bara merasa Nasha-nya yang dulu. Jika dalam keadaan sadar Nasha berubah. Ia tidak bisa berdekatan dengan istrinya tersebut.
Tapi, Bara sadar seiring berjalannya waktu mereka kembali dekat meski ada rasa canggung satu sama lain. Apalagi ketika usia kandungan Nasha bertambah, Bara menyadari jika Nasha senantiasa selalu ingin berada di dekatnya, atau mungkin lebih tepatnya anaknya.
Tangannya terulur ke arah perut Nasha. Mengusapnya lembut. Lalu memasukkan ke balik baju Nasha untuk merasakan secara langsung.
"Kamu udah bobok juga? Atau nungguin Papa pulang?" ujar Bara pelan seakan bicara pada anaknya.
Bara tersentak saat Nasha menggeliat, ia segera menarik tangannya. Berhenti mengelus perut Nasha. Mengerjap pelan saat Nasha menoleh ke arahnya. Ia siap menerima amukan Nasha karena sudah lancang memeluk Nasha bahkan mengelus perutnya.
"Sha..." Bara hendak meminta maaf, tapi Nasha menyela.
"Kamu baru pulang?"
Sekali lagi Bara mengerjap pelan, ia menatap lekat Nasha yang matanya begitu sayu. Terlihat sangat mengantuk.
"Hm... iya. Maaf udah gangguin kamu," ujar Bara pelan. Lalu menepuk pelan lengan Nasha, menyuruh Nasha untuk tidur kembali.
"Usap lagi." Bara hanya diam saja saat Nasha meraih tangannya untuk mengusap perut Nasha yang kembali menghadap ke depan. Memejamkan mata. Menggengam tangan Bara yang tidak mengelus perutnya.
Bara semakin merepatkan tubuhnya di punggung Nasha, lalu menumpukan dagunya di pundak Nasha usai mengecupnya pelan.Memang sudah berbulan-bulan mereka menikah. Hidup satu rumah, satu kamar. Tapi selama itu Bara merasa jauh dari Nasha, baru kali ini kembali lagi dekat dengan Nasha.
"Maafin aku," ujar Bara tulus. Kembali mengingat kesalahan yang ia perbuat. Sosok yang begitu mencintainya, meski ia telah melakukan kesalahan, Nasha tetap baik padanya. Hanya menutupi dengan sikap sinis yang selalu di lontarkan padanya.
"Emh... Bara...baku nyuruh kamu usap perutku aja. Kenapa di bawah juga?" Nasha menoleh pada Bara hingga jarak wajah mereka begitu dekat.
Sebelum Nasha bicara, Bara membungkam bibir Nasha. Mengecupnya dengan mesra.
***
Nasha mengerjap pelan saat bangun. Ia menatap wajah Bara yang begitu dekat dengan wajahnya. Lalu tangannya yang memeluk dada Bara yang telanjang, kemudian turun hingga masuk ke balik selimut.
Nasha menyentuh itu...
Membuatnya tersentak, lalu terbangun sepenuhnya. Melotot menatap Bara yang juga akhirnya bangun. Lalu tersenyum cerah, tapi kemudian mengaduh sakit saat ia memukul wajah Bara menggunakan bantal.
"Gak usah senyum!!" ujar Nasha ketus. Ia merangkak untuk turun dari ranjang, tidak mengacuhkan dirinya yang telanjang. Meraih pakaiannya lalu memakainya.
Sebelum keluar, ia menatap tajam Bara yang menatapnya heran. "Sekali lagi kamu... em maksud gue, lo ambil kesempatan dalam kesempitan... lo..." Nasha tidak tau harus mengatakan apa. "Ya.. lo..." tangan Nasha menunjuk tak tentu lalu mendengus kesal. Kemudian keluar dari kamar.
Bara mendengus geli melihat tingkah Nasha.
Siapa yang ambil kesempatan dalam kesempitan?
"Bara, kamu gak mau 'itu-itu?" tanya Nasha setelah Bara berhenti menciumnya.
"Itu-itu apa?" tanya Bara tidak mengerti.
Bola mata Nasha mengedar, malu menatap Bara. "Em... jenguk anak mu. Kamu gak mau jenguk anak mu?"
Bara semakin tidak mengerti membuat Nasha memdengus kesal, lalu menaiki tubuh Bara. Dan akhirnya Bara mengerti. Mengambil alih permainan panas mereka.
Jadi, siapa yang ambil kesempatan dalam kesempitan?
Nasha mengerang frustasi di dalam kamar mandi usai membasuh wajahnya.
***
See you the next chapter
Salam manis dari NanasManis😉
23/09/21
KAMU SEDANG MEMBACA
Bittersweet Promise
Romance•Bittersweet Series 3• _____________ Berjanji untuk saling setia. Berjanji untuk saling menjaga. Berjanji untuk saling mengerti. Apalah jadinya jika itu hanya sebuah kata 'janji'. _____________ start: 17/08/21 end: 04/10/21 _____________ Copyright...