Bagian 32 : Oleh-Oleh

5.2K 565 11
                                    

Nasha menyerahkan kemeja yang baru ia setrika pada Bara. Segera Bara memaikainya dan Nasha memilih duduk di tepi ranjang, mengamati suaminya tersebut.

Pantas saja Imelda mengejar-ngejar suaminya, juga beberapa karyawan di tempat kerja Bara kerap kali melirik suaminya tersebut. Hal yang ia tangkap saat acara ulang tahun tempat kerja Bara saat itu. Membuatnya merasa bangga karena ia yang menjadi istrinya Bara. Mengingatkan saat masa sekolah dulu. Bara termasuk idola sekolah, meski tidak setenar Akram. Tapi, ada beberapa saingan yang mendekati Bara. Namun, pada akhirnya dirinyalah yang dipacari Bara.

Tanpa sadar ia tersenyum lalu tersentak saat Bara mengecup bibirnya.

"Lagi mikirin apa sih? Senyum-senyum gitu." Nasha mendongak membalas tatapan Bara yang kini tersenyum geli.

"Kan hari ini kamu gajian." Nasha tersenyum lebar. Tentu tidak akan memberitahu Bara jika senyumnya karena ia merasa bangga menjadi istri pria tersebut. "Pokoknya kamu harus traktir aku makan!"

"Kan kamu yang pegang uangnya, Mah." Nasha menyengir.

"Tapi, nanti kita keluar makan, ya?"

"Bareng Papa, Mama, Bang Sena dan Nawang?"

Nasha terdiam sejenak, lalu mengangguk. Sesekali mengajak kedua orang tuanya juga adiknya makan di luar, bukan ide yang buruk.

"Bang Sena gak usah diajak. Dia kan pelit." Bara hanya tertawa, lalu mereka keluar. Bara tidak sarapan di rumah memilih sarapan di kantor saja nanti.

Sepeninggalan Bara, Nasha kembali masuk ke rumah.

Tatapannya tertuju pada ruang dapur,  di sana terdengar suara pertengkaran antara Mama dan Sena. Menyibak tirai, ia melihat Sena yang dipaksa minum obat oleh Mama.

Memang kakaknya itu sangat takut meminum obat. "Badannya aja gede, tapi dipaksa minum obat," cibir Nasha pada Sena membuat pria itu berdecak pelan.

Suara seseorang yang menyerukan salam menarik atensi mereka.

Sena yang tadinya duduk lemas mendadak tegak, tidak lupa merapikan rambutnya yang agak berantakan.

Nasha yang melihat itu semakin mencibir kakaknya.

Tirai tersibak, lalu muncul Viora yang tersenyum lebar pada Mama. Kemudian menatap Nasha. "Nih, pesenan lo."

Memberikan kresek plastik berisi kotak plastik yang isinya manisan pesanan Nasha.

"Bukannya lo nyuruh Bara yang ambil nanti. Kenapa lo yang anterin?" tanya Nasha heran karena kemarin saat ia memesan, Viora mengatakan ia menyuruh Bara saja karena tidak bisa mengantarnya ke sini.

"Pasti Vio mau jenguk gue, ya? Tau aja sih kalau gue lagi sakit," Sena yang menyahut membuat tiga pasang mata langsung tertuju padanya.

"Gue gak tau kalau lo sakit, Bang." Nasha tertawa puas. Menertawai kakaknya yang kini berekspresi masam, sementara Viora acuh tak acuh. "Gue malas aja di rumah. Jadi, pake alesan keluar buat bawain manisan lo."

"Jangan bilang, di rumah lo Pak Aji lagi nongkrong?" Nasha kembali tergelak saat mendengar Viora berdecak pelan.

"Jadi beneran kalau Pak Aji itu mau dijodohin sama kamu?" Kini Mama bersuara membuat Viora langsung menggeleng keras.

"Enggak Tante. Aku gak mau lah sama aki-aki."

"Tapi duitnya banyak, Vi. Bukannya lo mau jadi juragan kos-kosan? Kesempatan tuh," ejek Nasha membuat Viora menyesal ke sini.

"Jangan mau Vi. Mending lo sama gue aja," sahut Sena menyengir lebar. "Gue bukan pengangguran lagi. Udah punya kerjaan."

"Mending lo minum obat deh, Bang." Setelah mengatakan itu Viora pamit pada Mama yang tertawa, begitupun Nasha.

Nasha mengikuti Viora hingga keluar. "Nanti siang lo mau ke rumah Odit?"

"Emang dia udah balik? Bukannya masih lama ya bulan madunya?" tanya Nasha heran.

"Lagi hamidun kali."

"Cepet banget?!" ekspresi Nasha terkejut.

"Lo lupa Zidny hadir cuma dibikin dalam waktu semalam?" Nasha kini tertawa, tapi kemudian terdiam saat mendengar sambungan perkataan Viora. "Lo juga kan cuma semalam bikinnya?"

"Kampret!"

***

Seperti perkataan Viora tadi pagi, kini Nasha berada di rumah Odit. Mengumpulkan oleh-oleh sebanyak-banyaknya. Mumpung Viora belum datang, apalagi June. Sementara oleh-oleh untuk Salena nanti dikirim karena tempat tinggal temannya itu berada di kota lain.

Dan seperti perkataan Viora tadi juga, jika kepulangan Odit secara mendadak karena temannya itu hamil.

"Emang Akram gak pake pengaman? Atau lo gak minum pil?" usai mengumpulkan oleh-oleh, Nasha mendekat ke arah Odit yang duduk malas di atas ranjang. Seperti kehamilan Odit yang pertama, temannya itu terlihat seperti kehilangan semangat.

"Akram udah mau punya anak. Katanya karena Nini udah gede," jawab Odit lemas. Membuat Nasha teringat akan dirinya juga saat awal kehamilannya. Tapi karena Odit yang memang memiliki fisik yang lemah juga manja, sudah pasti kondisinya seperti ini.

"Mami!" Seruan tersebut menarik perhatian mereka. Gadis berseragam sekolah dasar tersebut menghampiri Maminya. "Hai Aunty Nana!" sapa Zidny pada Nasha.

Nasha berdecak gemas, menjawil pipi Zindy yang merah karena saking putihnya gadis bermata sayu tersebut. "Mudah-mudahan anak gue kayak gini nanti," gumamnya seraya mengelus perutnya.

"Nini bakal punya adek lho," ujar Zidny seraya mengelus perut Maminya menatap Nasha.

"Nini mau punya adek apa? Laki-laki atau perempuan?" tanya Nasha.

"Perempuan! Biar bisa main boneka bareng. Iya kan, Mi?" Zidny beralih pada Maminya yang senantiasa mengusap rambut panjangnya.

Sebelum Odit menyahut. Akram yang baru masuk ke kamar, mendahului. "Laki-laki dong."

Zidny langsung merengut tidak suka. "Gak mau laki-laki! Nanti nakal kayak Zian dan Dayyan, nyebelin kayak Regan yang gak mau main sama aku!" Menyebut semua nama sepupunya.

"Papi!" tegur Odit karena Akram semakin menggoda Zidny jika nanti adiknya seorang laki-laki membuat Zidny nyaris menangis. Segera Akram meraih Zidny dalam gendongannya. Mengajak Zidny untuk mengganti pakaian.

"Emang lo gak geli manggil Akram, 'Papi'?" Odit beralih pada Nasha dan langsung terkikik melihat ekspresi Nasha yang agak geli.

"Awalnya agak gimana gitu. Tapi Nana sering negur gue, katanya kalau gue panggil Akram nama aja di depannya Zidny, nanti Zidny bakal ngikutin."

Nasha terdiam.

Harus terbiasa ya...

***

See you the next chapter
Salam manis dari NanasManis😉
30/09/21

Bittersweet PromiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang