Nasha bangun kesiangan, mungkin karena kelelahan. Kemarin jalan-jalan ke mall lalu marah-marah hingga pulang malam karena makan bersama June dan Viora.
Matanya melirik ke bawah lantai, Bara tidur di sana, seperti halnya saat awal pernikahan mereka. Tentu saja Bara sudah tidak ada karena saat ini sudah pukul 11 siang.
Meregangkan badannya, ia segera bangun. Keluar dari kamar untuk menuju ke kamar mandi. Menuntaskan panggilan alam. Setelahnya, keluar dari sana. Ia melihat Mama yang memanaskan sesuatu. Aromanya begitu enak.
"Mama manasin apa?" tanyanya seraya menuang air ke gelas lalu duduk untuk meneguk air. Tangan kirinya yang tidak memegang gelas memukul pelan pinggulnya karena merasa pegal di sana.
"Semalem Bara beliin kamu makanan," sahut Mama tanpa menatapnya. Mama sedang mengambil piring.
Nasha terdiam. Ia menaruh gelas di atas meja. Pun berhenti memukul pinggulnya.
Setelah memanaskan makanan tersebut, Mama menaruhnya di meja. Nasha melihat jika makanan tersebut adalah pesanannya semalam di tempat makan itu.
"Kamu kalau gak mau jadi janda, ubah sikap mu ke suami mu!"
Nasha berdecak pelan. "Mama ngomong gitu karena Bara udah punya kerjaan, kan? Bukannya Mama gak suka sama Bara?"
Kini gantian Mama yang berdecak pelan. "Terserah kamu! Harusnya kamu belajar dari dua temen mu yang pernah janda. Atau lebih tepatnya belajar sama Odit yang punya anak terus cerai. Walaupun Odit punya banyak duit, tapi Mama tau kalau dia juga kesusahan ngurus anak. Apalagi kamu. Kalau pisah dari Bara. Bukan soal materi, Nak. Tapi kasih sayang buat anak kamu nantinya."
"Kok Mama doain aku jadi janda sih?" ujar Nasha kesal.
"Mama gak doain kamu. Mama cuma mau nasehatin kamu. Kalau gak mau kesampaian, ya kamu baik-baik sama suami mu." Setelah mengatakan wejangan tersebut, Mama pergi meninggalkan Nasha yang terpekur. Lalu memilih menikmat makanan yang di panaskan Mama.
Seharusnya dari kemarin makanan ini masuk ke dalam perutnya dan anaknya menikmati. Tapi karena perempuan kampret itu, ia tertunda menikmatinya.
***
Seperti saran Mama, Nasha telah berkomunikasi dengan Odit. Meminta saran pada wanita itu. Mengganggu waktu wanita itu yang sedang berduaan dengan suaminya. Meski Odit menggerutu, tapi Odit tetap meladeni dirinya.
"Jadi lo salahin gue?!" tanya Nasha tidak terima karena Odit menyalahkan dirinya.
"Iya. Sikap lo udah keterlaluan, Sha. Lagian kan cewek itu yang bikin lo marah, kenapa juga lo marah sama Bara?"
Nasha terdiam mendengar perkataan Odit. Apa yang dikatakan Odit ada benarnya juga.
Tapi....
Masa Nasha yang salah?
"Emang lo lupa Sha? Bukannya cewek itu suka sama Bara kan, kata lo waktu itu cewek itu yang ngasih tau lo kalau Bara selingkuh sama janda. Terus kata lo lagi, sumber terpercaya---tetangga kos lo dulu ngomong kalau perasaan cewek itu gak dibales Bara makanya dia hancurin hubungan Bara dengan janda itu, juga dengan lo."
Kenapa semua yang dikatakan Odit ada benarnya?
Apa mungkin Imelda kembali ingin merusak hubungannya dengan Bara karena tidak terima Bara menikah dengannya?Ini tidak bisa dibiarkan!
Nasha tidak mau jadi janda!
"Te-terus gue harus apa?"
Di seberang sana Odit mendengus geli mendengar nada suara Nasha yang mencicit. Tau jika temannya saat ini telah menyadari kesalahannya.
"Di sana udah mau siang, kan? Gimana kalau lo samperin Bara bawain dia makan siang. Udah lama kan lo gak masakin dia."
KAMU SEDANG MEMBACA
Bittersweet Promise
Romance•Bittersweet Series 3• _____________ Berjanji untuk saling setia. Berjanji untuk saling menjaga. Berjanji untuk saling mengerti. Apalah jadinya jika itu hanya sebuah kata 'janji'. _____________ start: 17/08/21 end: 04/10/21 _____________ Copyright...