"Eh ayo makan! Tenang aja biar gue yang bayar," ujar Nasha pada ketiga temannya. Lalu fokus ke Odit. "Hari ini dompet lo aman, Dit." Lalu terkikik karena biasanya Odit yang selalu mentraktir mereka.
Saat ini mereka ada di restoran pizza. Nasha mengajak mereka dan berkata akan mentraktir mereka.
"Serius lo, Sha?" tanya June, biasanya kalau soal traktiran makan ia paling suka dan langsung makan tanpa bertanya lagi. Tapi kali ini ia ingin memastikan.
Bukannya June meremehkan Nasha, hanya saja Nasha itu suka bohong. Bilangnya traktir malah ujung-ujungnya bayar sendiri.
"Iya Bang June. Lo tenang aja. Duit gue banyak kok." Nasha menyengir seraya menepuk tasnya.
Ekspresi Nasha tidaklah seperti orang patah hati. Malah sumringah dan semakin cerewet membuat teman-temannya merasa cukup lega. Apalagi hubungan Nasha dan Bara berjalan sangat lama kemudian putus karena Bara mendua. Jika mereka berada di posisi Nasha tentu tidak bisa seperti Nasha saat ini.
Atau mungkin saja Nasha menutupinya? Menutupi kesedihannya dengan sikapnya yang seperti biasa. Padahal nyatanya hatinya hancur lebur.
Mereka memaklumi hal itu. Jika berada di posisi Nasha, siapa yang tidak merasa sakit. Tentu sangat sakit.
Mereka makan bersama diselingi obrolan ringan.
"Inget lo jangan hamburin tuh duit!" Viora memberi peringatan pada Nasha. Ia memang senang ditraktir, tapi bukan berarti senang memeras temannya. Selalu mewanti-wanti Nasha agar tidak menghambur-hamburkan uang yang dikembalikan Bara. Meski itu uang Nasha. Lebih berguna jika dipakai berbisnis kan?
"Ck! Iya! Gue gak bego kali. Gue udah deposit sebagian uang itu, terus sisanya gue pake makan." Nasha berdecak kesal. Ia bagaikan anak kecil yang dinasehati.
"Duh pinternya," June tertawa seraya mengusap rambut Nasha membuat Nasha menepis tangan June karena tangan June berminyak.
"June kampret!" Memukul lengan pria itu.
June tertawa hingga tersedak, sehingga Odit dengan cepat menyodorkan air. "Makanya, makanannya ditelan dulu, baru ketawa."
"Jadi rencana lo ke depannya gimana? Mau kerja di mana?" tanya Viora. "Gue gak mau ya punya anak kos yang gak kerja. Bisa-bisa nanti gak bayar uang kos."
Nasha melongo mendengar perkataan Viora. Kenapa temannya itu sangat perhitungan? Tidak bisa kah Viora memberinya tumpangan gratis?
"Vi, gratis aja ya, buat gue?"
"Mending lo minggat deh. Walaupun kita temen. Bisnis tetep bisnis!" balas Viora sengit.
"Ya makanya lo tinggal di rumah gue, Sha," ujar Odit.
Nasha menyengir seraya menggeleng. "Gak deh, Dit. Gue gak biasa tinggal di rumah mewah."
Odit mencibir tanpa suara lalu lanjut makan. Sudah berapa kali ia mengatakan pada Nasha agar tinggal bersamanya, tapi Nasha enggan. Katanya tidak ingin menumpang.
"Lagian kalau gue tinggal di rumah lo. Nanti lo gak bisa bermesraan ama Papinya Zidny."
Odit tersedak, Viora tertawa mengejek sementara June menatap Odit dengan pandangan memicing.
"Lo ngomong apaan sih?" gerutu Odit kesal usai meneguk air.
"Lo kan abis liburan ama Akram..."
"Ada Zidny juga kali!" sela Odit, menghentikan perkataan June.
"Ya tetep aja lo abis liburan ama dia. Lo satu kamar ya ama dia?" Kini Nasha menyahut pada Odit.
"Apa sih? Mending kalian makan deh. Nanti dingin." Ketiganya mencibir Odit yang enggan menjawab pertanyaan Nasha.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bittersweet Promise
Romance•Bittersweet Series 3• _____________ Berjanji untuk saling setia. Berjanji untuk saling menjaga. Berjanji untuk saling mengerti. Apalah jadinya jika itu hanya sebuah kata 'janji'. _____________ start: 17/08/21 end: 04/10/21 _____________ Copyright...