"Ini ada uang jalannya kan?"
Nasha memukul pundak Viora, menyuruh Viora segera melajukan motornya. Viora tentu menggerutu, kalau saja Nasha tidak hamil sudah pasti mendorong Nasha turun dari motor. Segera keduanya ke mall.
Karena katanya, Nasha sedang ngidam pengen ke mall, makanya Viora menemani wanita itu.
"Kok lo gak minta ditemenin Bara sih?"
"Bara gak punya motor! Dan gue pengen naik motor ke mall," ujar Nasha seraya melepas helm. Mereka telah tiba di mall.
Viora menatap aneh Nasha. Memang begini ya kalau ibu hamil ngidam?
Mereka masuk ke mall dan berkeliling membuat Viora kembali kesal karena lelah berjalan dan tidak tau ke mana tujuan Nasha sebenarnya. "Sha, jangan bilang lo emang cuma mau jalan-jalan aja di sini?" tanyanya menekan kata 'jalan-jalan'.
Nasha menyengir membuat Viora memutar arah, hendak meninggalkan Nasha, tapi Nasha menahan lengannya. "Ya udah deh. Kita makan. Lo mau makan apa?"
Viora tersenyum lebar dan perasaan Nasha menjadi tidak enak.
Seharusnya Nasha yang menentukan tempat mereka makan. Apalagi temannya satu ini banyak makan, sebelas dua belas dengan June.
"Bara udah dapat kerjaan. Besok dia udah mulai kerja," ujar Nasha disela mereka makan.
"Bagus dong. Biar lo gak ngecap dia numpang hidup doang kan?"
Nasha mendengus kesal mendengar sindiran Viora. "Dia kerja di LeGo."
Kunyahan Viora berhenti. "Jadi tukang ojek?"
"Kerja di kantornya. Bagian keuangan. Jadi manajer."
Kening Viora mengernyit saat melihat eksresi Nasha yang lusuh. Harusnya Nasha bahagia, kan? Suaminya dapat kerjaan. Apalagi di LeGo dan jadi manajer.
"Terus kenapa muka lo kusut gitu?"
Nasha meletakkan sendok lalu meneguk air. "Kalau Bara selingkuh lagi?"
"Ya tinggalin, bego!" ujar Viora langsung. Lalu menambahkan. "Tapi kan Bara udah janji gak bakal ngulang lagi. Dan kalau lo gak mau Bara selingkuh lagi, mending lo ubah sikap jutek dan cuek lo ke dia."
"Maksud lo?"
Viora memutar bola mata malas saat Nasha terlihat tidak mengerti. "Jadi Nasha kayak dulu waktu lo pacaran sama Bara. Tapi jangan bucin amat. Cukup lo gak cuek dan ketus. Mau gimana pun Bara itu suami lo."
Nasha terpekur mendengar rentetan perkataan Viora. Sadar, jika kelakuannya pada Bara memang sudah berlebihan.
Tapi, jika ia berubah menjadi manis. Nanti Bara malah menganggapnya matre. Karena sikapnya berubah setelah pria itu mendapat pekerjaan.
"Nanti Bara ngatain gue matre, Vi. Kalau gue langsung bersikap manis ke dia."
"Kan emang lo matre." Viora tertawa.
"Itu lo kampret." Rasanya Nasha ingin melempar Viora menggunakan piring, kemudian ia berujar saat mengingat sesuatu. "Asal lo tau, yang ngasih Bara kerjaan si Saren."
"Saren siapa?" tanya Viora lalu menyuapkan makanan masuk ke mulutnya.
"Doi lo. Si kampret yang sering ledekin lo. Yang ganti nama lo jadi Fiona."
Makanan yang berada di mulut Viora tersembur keluar dan mengenai wajah Nasha yang berhenti tertawa. "Vio!"
***
Nasha berhenti menyisir rambutnya. Ia berdiri dan langsung berhadapan dengan Bara yang baru masuk ke kamar. Pria itu baru saja dari membantu Papa yang membersihkan masjid.
Terjadi kecanggungan di antara mereka.
Nasha membuang pandangannya, tanpa menatap Bara ia menunjuk paper bag. "Tu-tuh kemeja buat lo kerja besok."
Lalu keluar dari kamar, melewati Bara begitu saja.
Bara terdiam, ia lalu meraih paper bag tersebut. Memeriksa isinya. Ada dua kemeja serta celana kain. Juga ada parfum yang dibeli Nasha.
Mendengus geli, ia menaruh paper bag tersebut.
Kenapa Nasha jadi gengsian seperti ini?
Dan karena sikap Nasha seperti itu membuatnya pun merasa canggung. Pun tidak tau harus melakukan apa.
Ponselnya berdenting, ia mengecek dan ada chat masuk dari Saren.
Saren: gue pinjemin. Asal lo rawat dengan baik.
Saren: dan jangan sampai lo jual!!Bara berpikir sejenak. Lalu membalasnya.
Gue kasih tau Nasha dulu.
Lalu keluar dari kamar. Melihat Nasha yang berada di dapur. Sedang duduk di kursi menikmati salad buah.
Keduanya bertatapan.
"Em... Saren mau minjemin aku motornya buat kupake pergi kantor. Menurut kamu gimana?""Ya terserah lo mau nerima atau enggak."
Bara pun membalas chat Saren dan Nasha diam-diam mengamati Bara. "Tuh anak kenapa baek banget ke lo?"
"Hah?" Bara membalas tatapan Nasha.
"Saren kenapa baek ama lo?" ulang Nasha.
"Mungkin keinget pas sekolah dulu, gue sering ngasih lihat dia tugas sekolah." Bara tersenyum geli. Meski tidak sekelas dengan Saren, tapi jurusan mereka sama dan guru yang mengajar pun sama. Makanya mereka sering mendapat tugas yang sama dan Saren kerap kali minta jawaban.
Bara menatap kotak donat di atas meja, lalu menatap Nasha yang kembali menikmati salad-nya.
"Aku boleh makan ini?"
Nasha menatap Bara yang menunjuk kotak donat tersebut lalu mengangguk cuek. Kemudian berdiri untuk menaruh mangkuk bekas salad buahnya yang telah habis di tempat cuci piring.
"Sha."
Nasha menoleh saat Bara memanggilnya. Pria itu tersenyum. "Makasih udah beliin aku pakaian dan parfum."
Nasha hanya berdehem pelan lalu keluar dari dapur. Sebelum masuk ke kamar, ia bertemu dengan Nawang. "Kelakuan lo kayak abege kasmaran aja. Salting mulu lo."
Nasha mengacungkan kepalan tangan pada adiknya yang tertawa menggodanya.
"Bang Bara! Kak Nasha salting gara-gara lo!"
Dan Nawang dijadikan samsak oleh Nasha.
***
Nanas gemes sama pasangan ini🤭
See you the next chapter
Salam manis dari NanasManis😉
22/09/21
KAMU SEDANG MEMBACA
Bittersweet Promise
Romance•Bittersweet Series 3• _____________ Berjanji untuk saling setia. Berjanji untuk saling menjaga. Berjanji untuk saling mengerti. Apalah jadinya jika itu hanya sebuah kata 'janji'. _____________ start: 17/08/21 end: 04/10/21 _____________ Copyright...