Bagian 13 : Mendekati Gila

6.7K 605 12
                                    

Nasha melahap makanan di hadapannya, tidak mengacuhkan sosok ibunya yang mengomel setiap saat. Sebenarnya Nasha enggan pulang ke rumahnya karena akan mendengar omelan Mama seperti ini, apalagi dirinya yang kini pengangguran. Maka habislah kebaikan Nasha selama bertahun-tahun ini. Tidak sedikit pun diingat Mama.

Terpaksa tinggal kembali ke rumahnya karena Viora mengusirnya.

Emang kampret temannya itu!

Hanya karena ada yang ingin menyewa kos, ia yang tidak membayar uang muka disingkirkan. Kata Viora orang itu lebih penting daripada dirinya. Karena tau jika ia cuma akan tinggal, tidak akan membayar.

Nasha memang punya uang, tapi ia tidak ingin menghamburkan uangnya begitu saja. Juga tidak ingin memberitahu orang tuanya. Bisa-bisa ia diperas habis. Bukannya Nasha pelit. Hanya saja orang tua Nasha suka lupa diri jika punya banyak uang, apalagi kakaknya.

Nasha mendengus pelan saat ia hendak menambah nasi Mama menepis tangannya.

"Ma, aku mau nambah."

"Simpanin buat adik mu."

"Tapi Nawang udah makan tadi, Ma."

"Kamu itu makan mulu kerjaannya, bisa abis beras Mama."

"Ma, dua anak mu itu juga makan mulu kerjaannya. Apalagi si Nawang! Udah badan gembrot, makan mulu tuh anak."

"Ya kan karena gue punya mulut, Kak." Nasha menoleh pada adiknya yang baru lulus SMA itu. Memiliki tubuh gendut dan hobi makan. Bahkan kini merampas makanannya.

"Udah ih! Kenapa kalian berantem di depan makanan? Pamali tau." Mereka diinterupsi Papa yang bergabung di meja makan berukuran kecil tersebut. Papa menatap Mama yang menyusun piring di rak. "Ma bikinin kopi."

"Papa gak punya mata? Mama lagi ada kerjaan. Suruh tuh anak perempuan mu!" balas Mama sengit.

"Mentang-mentang Papa gak ada duit, Mama gak mau bikinin kopi. Kemarin-kemarin biar gak disuruh bikin, karena Papa kerja."

"Mama kan matre Pa," sahut Nasha mencibir Mama yang langsung memicing tajam.

"Kayak cowok mu itu kan yang kurang ajar!"

Nasha mendelik kesal pada Mama.

"Bertahun-tahun hidup sama kamu, kamu biayain dia. Tapi dia malah duain kamu. Makan tuh cinta!!" Mama mengambil cangkir lalu menuang air panas. Melihat itu Papa tersenyum geli melihat tingkah istrinya yang katanya enggan membuatkan kopi untuknya. Lalu wanita itu kembali melanjutkan perkataannya tentang Bara, mantan kekasih putri mereka.

"Kalau aja duit hasil kerja mu buat kamu sendiri. Kuliah, terus cari kerja yang layak kan kamu sendiri yang enak."

Nasha memutar bola mata malas. "Apa kabar Bang Sena? Aku gak pernah denger Mama omelin dia deh. Mama percuma aja kuliahin dia, habisin duit aja..."

"Heh! Heh! Itu mulut dijaga ya!" Mereka menoleh ke arah Sena yang baru datang. Lalu pria itu memamerkan jaket yang dipakainya. "Gue udah punya pekerjaan. Gak kayak lo, pengangguran!"

Nasha menatap Sena yang dengan bangga memamerkan jaket ojek online. Sedikit bersyukur karena akhirnya kakaknya itu tidak lagi bermalas-malasan.

Mama dengan bangga memuji Sena. Papa biasa saja, tetap meneguk kopi seraya merokok. Sementara Nawang langsung meminta uang pada Sena.

"Enak aja lu! Gue belum narik!" Sena langsung menjitak kepala Nawang yang mengaduh sakit.

Nasha menghela nafas pelan. Kehidupannya memang sangat sederhana. Bahkan saat ia masih kecil, pernah hanya sekali makan dalam sekali karena pekerjaan Papa yang waktu itu hanya kuli bangunan membuat Mama mencari pekerjaan hingga menjadi ART selama bertahun-tahun. Membuat ekonomi keluarga mereka cukup terpenuhi. Bahkan Mama bisa mengkuliahkan Sena.

Hingga setelah ia lulus SMA, ia pun memutuskan untuk bekerja. Membantu keuangan keluarganya. Menyuruh Mama untuk berhenti jadi ART setelah Sena lulus kuliah. Karena usia Mama yang sudah tidak muda lagi.

Meski Nasha belum bisa membiayai sepenuhnya keluarganya, tapi sebisanya.

***

Mata Nasha mengerjap pelan menatap test pack di tangannya. Dengan kaku ia keluar dari kamar mandi dan telah ditunggu oleh teman-temannya, kecuali June.

"Gimana hasilnya?" tanya Salena. Memang temannya itu datang berlibur dengan anak dan suaminya.

Telah memberitahu teman-temannya apa yang terjadi dua bulan yang lalu membuatnya mendapat cibiran tajam dan ejekan.

Ya namanya juga orang patah hati. Nasha kan butuh senang-senang. Tapi berakhir buruk.

Kini dua garis akan mengubah hidupnya sepenuhnya.

"Anterin gue aborsi."

Kepala Nasha langsung ditempeleng Viora membuat tubuh mungilnya rebah ke sofa.

"Inget dosa lo, goblok!" ujar Viora.

"Jangan Sha. Ada orang yang mau punya anak, tapi gak dikasih," kini Salena yang menyahut.

"Mending lo telepon Bara, terus suruh dia tanggung jawab, Sha." Odit pun menyahut membuat Nasha semakin berteriak frustasi.

"Bara anjing! Pasti dia sengaja hamilin gue. Huaaa!!"

Yang lain hanya mampu menghela nafas pelan melihat tingkah Nasha. Lalu wanita itu beringsut duduk, kemudian menatap Odit dan Salena. "Kok nasib kita sama?" Kedua temannya itu menyengir kaku. Sementara Viora melotot horor. Jangan sampai ia bernasib sial seperti teman-temannya.

"Gue gak mau sama Bara..."

"Ya terus gimana? Masa lo hamil tanpa nikah? Kita hidup bukan di luar negeri."

Nasha meremas rambutnya frustasi lalu berdiri. "Gue udah putusin! Gue bakal jadi single parent. Lagian Bara pasti gak mau tanggung jawab."

"Lo pikir enak jadi single parent, Sha? Hamil tanpa seorang suami?" sahut Odit membuat Nasha kembali duduk lemah.

Sepertinya Nasha hampir kehilangan kewarasannya.

Dasar Bara sialan!

***

See you the next chapter
Salam manis dari NanasManis😉

29/08/21

Bittersweet PromiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang