Ekspresi June tertekuk masam dan itu membuat Nasha semakin tertawa. Merasa bahagia melihat ekspresi menderita temannya itu. Merasa diperas karena ia yang minta ditraktir ini-itu. Memang, sudah menjadi kebiasaan pria itu mentraktir dirinya, atau lebih tepatnya paksaan.
Sebenarnya, bukan hanya dirinya jika June telah gajian maka akan ditraktir pria itu, ada Viora juga Odit, meski temannya yang satu itu punya uang melimpah, tapi tetap saja namanya traktiran, siapa yang tidak suka. Dan untuk Salena sangat jarang karena berada di kota lain.
Namun, kali ini berbeda. Hanya Nasha. Meski pasukannya berkurang, tapi tetap saja menguras sebagian gaji June karena Nasha bukan hanya diminta traktir makan di restoran mahal, malah meminta lagi untuk nongkrong di salah satu coffee shop yang mahal. Katanya Nasha ingin memposting foto baru di akun media sosialnya karena sudah lama sekali tidak memperhatikan akun media sosialnya yang berdebu semenjak ia menikah.
"Tuh muka kenapa sih? Mau disetrika dulu baru berhenti kusut?" ujar Nasha seraya mengulurkan tangannya untuk meraup wajah June. Lalu kembali terkikik.
"Abis ini udah, ya?! Lo gak boleh minta lagi! Bisa-bisa duit gue habis bukan buat kebutuhan gue, tapi malah traktir lo!"
Nasha berdecak pelan. "Baru juga seberapa Jun. Harusnya lo gak lupa, waktu sekolah dulu, gue sering traktir lo gorengan!"
Kali ini June yang berdecak kesal. Jika dibandingkan gorengan dengan minuman di hadapan mereka sekarang, jelas jauh berbeda.
"Tapi, gue tebak muka lo kusut bukan karena traktir gue deh." Mata Nasha memicing. Menebak jika June kesal bukan karena mentraktirnya.
"Setelah tau Odit hamil, nyokap gue nyuruh gue nikah, Sha," ujar June lemas. "Sekarang ngomel bukan karena gue yang malas mandi kalau di hari libur, tapi ngomel nyuruh gue nikah. Gimana gue mau nikah, pacar aja gak punya."
Nasha kali ini tertawa keras. Puas menertawakan June.
"Keselek baru tau rasa lo!" ujar June kesal. Seharusnya ia tidak curhat pada Nasha. Mau curhat pada Odit, tapi suami temannya itu begitu posesif. "Padahal gue baru dua puluh lima tahun, Sha."
"Bang Damar nikah di umur dua puluh lima, kan?" June mengangguk pelan. "Pasti nyokap lo ambil patokan dari Abang lo. Terus semua temen-temen lo udah nikah, terus punya anak."
"Vio belum nikah," sahut June. Lalu terdiam sejenak kemudian menyengir lebar. "Gue ajak Vio nikah aja ya, Sha?"
Kembali, Nasha tertawa. "Pak Aji aja Vio ogah, Jun. Apalagi sama lo!"
"Eh?! Jelaslah gue lebih dari aki-aki itu!" June mendengus kesal.
"Tapi, jangan karena desakan orang tua lo aja lo langsung mau nikah, Jun. Walaupun secara finansial lo udah mampu, tapi nikah itu butuh kesiapan mental juga fisik lo," ujar Nasha penuh kebijaksanaan membuat June menatap tercengang temannya itu. Apakah temannya itu sedang sakit?
"Lo sakit?!" Desak June seraya menyentuh kening Nasha. Sangat kasar sehingga membuat Nasha terperanjat mundur. Dengan kesal menepis tangan June.
"Apa sih lo?!"
Dan June pamit ke toilet lebih dulu. Sebelum June beranjak, Nasha berujar, "Gue mau pesen kue, ya?"
June mendengus pelan. "Serah lo! Asal lo bahagia!" Setelahnya pergi ke toilet meninggalkan Nasha yang tertawa lalu memanggil pelayan untuk memesan kue.
Nasha sedikit merasa terganggu karena mendengar tawa yang berasal dari belakang di posisinya duduk saat ini. Ia menoleh sekilas, lalu kembali menghadap ke depan. Kemudian ia tersadar.
Lalu kembali menoleh, salah satu dari enam wanita di bangku tersebut adalah sosok Imelda.
Tatapan keduanya bertemu lalu dengan cepat Imelda membuang pandangannya. Nasha masih memperhatikan para wanita itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bittersweet Promise
Romance•Bittersweet Series 3• _____________ Berjanji untuk saling setia. Berjanji untuk saling menjaga. Berjanji untuk saling mengerti. Apalah jadinya jika itu hanya sebuah kata 'janji'. _____________ start: 17/08/21 end: 04/10/21 _____________ Copyright...