Demi mendapat bonus, Nasha rela mengambil shift malam karena belum adanya karyawan baru setelah tiga karyawan resign.
Menghela nafas pelan, ia menguap seraya menatap jam tangannya. Sebentar lagi ia akan pulang. Ia harus sedikit bersabar. Nanti jika pulang, ia akan langsung tidur saja. Karena demi apapun Nasha sangat lelah dan mengantuk.
Menyambut customer terakhir yang ingin melakukan pembayaran. Setelahnya ia bersiap-siap untuk pulang.
"Eh hujan!"
"Hah? Serius lo?"
"Waduh! Mana gue gak bawa jas hujan lagi."
Obrolan tersebut membuat langkah Nasha berhenti saat masuk ke ruang karyawan. Segera ia memakai jaket dan mengganti sepatu hak tingginya menggunakan sandal jepit. Segera menghubungi Bara. Tapi, Bara tidak menjawab panggilannya.
Apa Bara telah tidur?
Kalau Nasha memesan taksi, biayanya tentu sangat mahal, apalagi saat ini hujan. Apakah Nasha menunggu hingga hujan berhenti? Apalagi ia sudah sangat mengantuk.
"Bara, kamu ngapain sih?!" gerutu Nasha kesal seraya masih berusaha menelepon Bara.
Apa gunanya mobil itu jika Bara enggan menjemputnya? Apalagi sekarang hujan.
Apa Bara sekarang dalam perjalanan untuk menjemputnya? Meski ia tidak memberitahu untuk dijemput karena saat ini sedang hujan?
Nasha menghentakkan kaki kesal, ia hendak menghubungi June, tapi chat masuk dari nomor tidak dikenal.
Nasha mengerutkan kening. Kedua matanya melotot saat melihat foto Bara yang berciuman dengan sosok wanita.
Bukan Imelda....
Entah siapa. Tapi Nasha tidak merasa asing dengan sosok tersebut.
Amarah Nasha meletup, apalagi saat seseorang itu mengirimkan alamat posisi Bara saat ini. Pria itu berada di sebuah restoran. Katanya sedang merayakan hari spesial wanita itu.
Nasha mati-matian kerja dan Bara sedang bersenang-senang dengan wanita lain?
Megusap kasar air matanya. Ia memasukkan tasnya ke dalam bagasi lalu mengendarai motornya. Tidak peduli jika ia basah kuyub dan kedinginan. Amarah, rasa sakit serta kekecewaan bercampur menjadi satu.
Sembilan tahun mereka bersama....
Nasha sangat mempercayai Bara. Nasha sangat mencintai Bara. Menyayangi Bara. Sangat berharap pada Bara.
Makanya ia lebih mengutamakan Bara. Bekerja keras agar Bara kuliah, agar nantinya pria itu dapat pekerjaannya yang layak kemudian mereka hidup tidak dengan pas-pasan. Tidak ingin anak mereka merasakan apa yang mereka rasakan. Menderita karena susahnya mencari uang.
Ternyata hanya Nasha yang memiliki impian tersebut.
Nasha menangis tersedu-sedu, mengendarai motornya. Menghalau hujan yang menerpanya.
Hingga ia tiba di restoran tersebut. Menyeka air matanya hingga menyisakan matanya yang memerah. Memegang helmnya. Ia masuk ke restoran tersebut. Tidak mengacuhkan orang-orang yang menatapnya.
Hati Nasha berdenyut sakit saat melihat Bara bersenang-senang, apalagi wanita di sebelahnya bergelayut manja di lengan Bara.
Tatapan Nasha dan Imelda bertemu, wanita itu menatapnya iba.
"Bara," panggilnya dengan suara bergetar, anatara menahan tangis dan kedinginan.
Bara melihatnya penuh keterkejutan. Pria itu menghampirinya dan ia segera melempar helm pada Bara lalu menghambur ke arah pria itu menarik rambut. "Sialan!! Dasar bajingan! Gue mati-matian nyari duit!! Dan lo seneng-seneng sama cewek lain!!"
"Sha..."
Plak!
Nasha menampar Bara menatap tajam pria itu lalu beralih pada selingkuhan Bara yang mematung di tempatnya. "Dan lo cewek murahan! Laki-laki ini gak bakal seperti sekarang kalau bukan karena gue!" Nasha mendorong dada Bara. Hendak maju untuk memberi pelajaran pada wanita itu, tapi Bara menyeretnya keluar. Bahkan membopongnya karena ia yang mengamuk.
Menendang perut Bara hingga ia akhirnya diturunkan sebelum mencapai mobil pria itu. Hampir saja ia jatuh kalau saja Bara tidak memegang lengannya, tapi segera ia tepis tangan Bara.
"Anjing!! Bangsat! Babi!!! Aaa!!" Nasha mengamuk kembali memukul Bara kini menggunakan sandal jepit yang ia lepaskan dari tangan kirinya. Di bawah guyuran air hujan mereka menjadi tontonan dan Nasha tidak mempedulikan lagi. Yang ada di kepalanya saat ini ingin melapiaskan sakit hatinya.
"Lo anggap gue apa, Bara sialan!! Anjing lo!!!" Nafas Nasha tersengal, berhenti memukul Bara yang berusaha menghentikannya. Menatap penuh kekecewaan pria itu.
Jika tidak ada air hujan sudah pasti sangat kentara jika air mata Nasha mengalir deras.
"Aku minta maaf...."
Nasha mendengus sinis lalu melempar Bara menggunakan sandal yang dipegangnya. Harusnya tadi Nasha tidak mengganti sepatu haknya.
"Gak usah lo minta maaf, bajingan! Sialan lo Bar!" Nasha berjongkok karena kedua kakinya lemas, saat Bara ingin menariknya berdiri, ia segera menepis tangan pria itu.
Nasha kembali menangis tersedu-sedu. Dengan suara yang hampir hilang. "Gue tau gue gak secantik cewek itu. Pakaian gue gak sekeren pakaian cewek itu. Gue cuma lulusan SMA. Gue cuma kerja jadi kasir di swalayan..." Nasha memukul dadanya, dadanya yang terasa sakit.
Mendongak menatap Bara yang menatapnya penuh rasa bersalah. "Gue emang banyak kurangnya, Bar. Tapi kenapa lo gak bilang... kenapa lo gak mutusin gue aja daripada lo duain gue... gue..." Nasha kembali menunduk, menutup mulutnya dan menangis tersendat-sendat.
"Sha, kamu tau kan hubungan kita udah sembilan tahun dan aku ngerasa..."
"Bosan? Jengah?!" Nasha kembali berdiri, mengusap wajahnya. Menatap Bara tajam. "Lo pikir gue gak rasain itu juga, Bar? Gue rasain bego! Tapi gue tetep bertahan! Karena gue cinta sama lo!" Nasha menunjuk Bara. "Gue sayang sama lo sialan! Yang bikin gue selalu berpikir ulang buat putus dari lo ataupun selingkuh dari lo karena impian kita, janji lo..."
Nasha menarik nafasnya panjang lalu membuangnya. "Impian kita buat bersama-sama sampai rambut kita memutih. Janji lo yang bakal nikahin gue..." Nasha meneguk ludahnya kasar. Rasanya terasa sakit.
Hingga ke hatinya. Setiap berdenyut menimbulkan rasa sakit yang teramat dalam.
"Lo yang buat janji dan lo yang lupain Bar, sialan lo!" Nasha melepas cincin pemberian Bara lalu melempar pada pria itu yang hanya diam sedari tadi. "Kita putus! Dan gue minta semua duit gue yang lo pake, lo harus kembaliin! Karena duit itu gak gue petik."
Setelah mengatakan itu, Nasha segera ke arah motornya, kembali mengendarai motornya. Hingga baru beberapa saat ia terjatuh di pinggir jalan.
Jatuh sendiri...
Di sebelah motornya ia menangis tersedu-sedu seraya menggumam minta tolong, padahal tidak ada yang luka, pun motornya ia biarkan jatuh juga.
***
See you the next chapter
Salam manis dari NanasManis😉26/08/21
KAMU SEDANG MEMBACA
Bittersweet Promise
Romance•Bittersweet Series 3• _____________ Berjanji untuk saling setia. Berjanji untuk saling menjaga. Berjanji untuk saling mengerti. Apalah jadinya jika itu hanya sebuah kata 'janji'. _____________ start: 17/08/21 end: 04/10/21 _____________ Copyright...