"Smile!"
Seruan Salena membuat Nasha terpaksa tersenyum. Temannya itu memotret dirinya yang kini mengenakan kebaya pengantin, juga riasan pada wajahnya. Karena hari ini adalah hari pernikahannya bersama Bara.
Padahal hari ini hari yang sangat ditunggu Nasha. Tapi, sejak Bara membuatnya kecewa, ia tidak menunggu momen tersebut. Malah ingin melarikan diri.
Hanya saja, ia tidak bisa. Ada sosok yang membuatnya terpaksa melakukan hal ini.
Mereka melakukan pemotretan di ruangan tersebut. Bersama para sahabatnya. Kerap kali Nasha ditegur karena tidak tersenyum.
Usai berfoto bersama, June keluar membawa serta Shalita dan Zidny yang juga hadir.
Di ruangan tersebut, tersisa Nasha, Odit, Salena dan Viora.
"Tuh muka kusut banget, Neng." Tegur Viora untuk kesekian kalinya.
"Gue gak mau nikah sama Bara!" Nasha merengek memasang ekspresi nelangsa. Kepalanya langsung di toyor Viora membuatnya hampir terjatuh. Ia menatap tajam Viora.
"Eh kalau lo gak mau nikah. Tuh perut gak rata terus. Bakal membuncit nanti. Lo mau dijadiin bahan gibah? Siapa suruh lo mabok-mabokan?" ujar Viora sengit membuat Nasha bungkam.
"Terima aja, Sha. Bara pernah ngelakuin kesalahan. Pasti dia udah intropeksi diri. Setiap manusia gak pernah luput dari kesalahan," ujar Odit membuat semua tatapan tertuju padanya.
"Makanya lo nerima Akram lagi?" ejek Viora membuat Odit memutar bola mata malas.
"Apa sih?" Odit berdecak pelan.
"Yang dibilang Odit ada benernya kok. Setiap orang punya kesempatan kedua, kan? Masa lo gak mau kasih Bara kesempatan kedua, Sha?" Kini Salena yang menyahut membuat Nasha terpekur.
"Gue masih sakit hati tau, gak," ujar Nasha seraya menunduk.
"Iya. Kita ngerti perasaan lo Sha. Tapi keadaan lo gak bisa buat lo memilih 'ya' atau 'enggak' nikah ama Bara, Sha. Mau atau gak mau, lo harus," sahut Odit seraya mengusap lengan Nasha dengan lembut. "Kayak gue dulu. Gue gak mau nikah sama Akram, gak siap banget. Tapi keadaan gue gak bisa bikin gue harus milih. Begitupun Salena, ya kan Len?"
Salena mengangguk pelan.
Nasha menatap Odit dan Salena secara bergantian. "Kalau gue berakhir kayak kalian?"
Kedua temannya itu bungkam.
"Gak ada yang tau akhirnya, Sha. Jangan jadiin Salena dan Odit patokan buat hubungan lo dan Bara nantinya. Siapa tau aja beda. Atau emang kalau sama, tapi mereka kembali bersama, kan?" sahut Viora.
"Ralat. Cuma Salena doang yang kembali bersama," ujar Odit.
Viora mencibir temannya itu yang masih saja membantah ingin kembali bersama Akram.
"Rileks, oke. Gak usah bayangin yang enggak-enggak. Jalani aja, Sha. Gue tau lo pasti bisa lalui hari-hari ke depannya," ujar Salena membuat Nasha tersenyum.
"Makasih guys! Sayang banget sama kalian."
***
Sepanjang hari Nasha memasang ekspresi bahagia dan itu sangat melelahkan baginya. Ia telah resmi menjadi istri Bara. Ingin rasanya membenturkan kepala agar ia terbangun dari mimpi buruknya.
Iya, ini mimpi buruk bagi Nasha. Meski dulu hal ini adalah mimpi indah bagi Nasha. Tapi, tidak lagi!
Tidak ada acara menginap di hotel untuk melakukan malam pertama. Nasha tidak sudi melakukan hal itu atau mengeluarkan uangnya hanya untuk menyewa kamar hotel.
Kembali ke rumahnya.
Mereka akan tinggal di rumah orang tua Nasha.
Karena Bara merupakan anak yatim piatu, pun semasa sekolah tinggal di rumah Om-nya.
Itulah alasan Nasha dulunya ingin menabung untuk membeli rumah setelah mereka menikah karena tidak ingin hidup menumpang. Tapi sekarang semuanya hancur. Itu semua gara-gara pria brengsek yang menjadi suaminya.
"Mau ngapain?!" seru Nasha menatap penuh permusuhan Bara yang mengurungkan niat naik ke ranjang.
"Tidur," jawab Bara dengan ekspresi terkejut karena Nasha berteriak padanya.
"Sempit tau! Mending lo tidur di bawah!" ujar Nasha ketus, melempar bantal pada Bara. Dengan sigap Bara menangkap bantal tersebut.
"Sha..." ujar Bara memelas, tapi tidak diacuhkan Nasha.
Nasha memunggungi Bara, memeluk bantal guling.
Bara terdiam menatap punggung Nasha lalu menghela nafas pelan. Menaruh bantal di lantai lalu meraih sarung untuk melapisi lantai tersebut.
Nasha menoleh dengan hati-hati, tidak ada Bara berdiri, berarti Bara telah tidur di lantai. "Matiin lampu!"
Pria itu kembali berdiri lalu mematikan lampu.
Tidak ada lagi percakapan di antara mereka. Padahal mereka belum tidur.
Hingga entah berapa lama Nasha terpekur, melamun. Nasha tidak bisa tidur membuatnya memutuskan untuk bangun. Ingin meneguk air.
Terdiam menatap Bara yang meringkuk di bawah lantai tersebut.
Menghela nafas pelan, ia meraih selimut lalu menyelimuti pria itu. Menatap wajah Bara yang terlelap.
Sekelebat bayangan saat Bara mencium seorang wanita membuatnya kembali meradang. Ia menutupi wajah Bara dengan selimut. Agak kasar membuat pria itu tersentak.
Lalu ia keluar dari kamar.
***
See you the next chapter
Salam manis dari NanasManis😉
06/09/21
KAMU SEDANG MEMBACA
Bittersweet Promise
Romance•Bittersweet Series 3• _____________ Berjanji untuk saling setia. Berjanji untuk saling menjaga. Berjanji untuk saling mengerti. Apalah jadinya jika itu hanya sebuah kata 'janji'. _____________ start: 17/08/21 end: 04/10/21 _____________ Copyright...