Bagian 34 : Tidak Mau Mengalah

7K 580 10
                                    

"Kenapa lo pulang?! Udah sana lo pergi sama selingkuhan lo itu?!" teriak Nasha diliputi amarah seraya melempar tas pakaiannya pada Bara.

"Kamu bener-bener gak ngehargain aku sebagai suami, Sha!" Suara Bara pun menggelegar membuat Nasha tersentak. Pertengkaran mereka mengundang orang tua Nasha. Segera melerai mereka.

Tanpa kata Bara pergi dari rumah itu, membawa tasnya. Tidak menghiraukan panggilan ayah mertuanya.

Entah sudah berapa kali Nasha menghembuskan nafas panjang yang menunjukkan jika ibu hamil itu benar-benar memiliki pikiran berat.

Matanya tertuju pada Odit yang menikmati berbagai macam buah. Meski Odit menawarinya, tapi ia menolak. Kedatangannya ke rumah Odit hanya untuk mengisi waktunya yang suntuk. Tinggal di rumah membuatnya merasa akan terserang depresi. Apalagi hubungannya dengan Bara seakan tidak bisa di selamatkan. Mungkin, jika anaknya lahir, Bara akan menggugat cerai dirinya.

"Lho kok balik? Kirain pulangnya malem?" Tatapan Nasha beralih pada Akram yang menghampiri Odit.

"Ada yang tertinggal," ujar Akram seraya membungkuk untuk mengusap perut Odit.

"Apa?"

"Hatiku." Lalu pasangan suami istri itu tertawa geli sementara Nasha tercengang. Ternyata pria itu bisa bersikap konyol juga? Apa tertular Odit?

"Jangan lihatin terus. Nanti lo kangen ama Bara. Mau juga digombalin," ujar Odit mengejek Nasha yang ekspresinya berubah kesal.

"Nini mana?" tanya Akram mencari keberadaan putrinya.

"Baru aja pergi. Dijemput Bang Malvin tadi bareng Regan. Katanya mau main bareng sama Sean juga." Akram mengangguk pelan, ia pamit untuk masuk ke kamar lebih dulu mengambil barang yang tertinggal, kemudian kembali keluar menghampiri istrinya. Memberinya kecupan singkat lalu pamit untuk kembali ke rumah sakit.

Melihat kemesraan Odit dan Akram membuat Nasha semakin nelangsa. Ia juga mau seperti itu...

"Nyesel kan lo ngusir Bara dari rumah?" Ejekan Odit membuat Nasha berdecak pelan. Lalu membela diri.

"Dia selingkuh Dit!"

Odit menggeleng pelan. Usia Nasha sudah dua puluh lima tahun, tapi kenapa masih berpikiran seperti seorang remaja?

"Bukannya Bara udah janji gak bakal ngulang kesalahannya lagi?"

"Dia kan tukang janji, Dit! Nyesel gue percaya sama dia!" sungut Nasha kesal. Mengingat perkataan Bara yang begitu lugas jika pria itu sedang keluar bersama teman wanitanya.

Odit menghela nafas pelan. "Terus, mau sampai kapan lo sama Bara kayak gini, Sha?"

"Mungkin gue bakal jadi janda," ujar Nasha lesuh.

"Jadi janda gak enak, apalagi lo bakal punya anak."

Nasha bungkam mendengar perkataan Odit. Ia mengelus perutnya.

"Lagian Bara kan ngomong keluar bareng temen ceweknya setelah dia tau lo keluar bareng June...."

"Masa dia cemburu sama June sih, Dit?!" Nasha masih tidak mengerti, kenapa Bara menaruh rasa cemburu pada June? Sudah jelas-jelas orientasi seksual June diragukan. Apakah pria itu normal atau tidak. Mengingat June yang tidak pernah bercerita jika menyukai perempuan, apalagi berkencan dengan perempuan.

"Akram aja cemburu sama June."

"Tapi June gak normal, Dit!"

"Eh tuh mulut!!" Mereka tersentak, bersamaan menoleh ke arah June yang baru masuk ke dalam rumah Odit bersama Viora. June berkacak pinggang menatap Nasha dan Odit dengan kesal. "Pantes aja dari tadi gue bersin. Ternyata lo berdua gibahin gue! Bener ya kata orang, kalau salah satu gak hadir pasti digibahin." Seperti biasa June dengan segala sikap dramanya. Berekspresi begitu tersakiti.

Bittersweet PromiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang