Epilog

17K 942 57
                                    

"Shara!"

Teriak Nasha saat tidak mendengar suara putri semata wayangnya yang sedang bermain. Kening Nasha mengernyit. Ia yang sedang menjemur, segera masuk ke dalam rumah. Mencari keberadaan Shara. Putrinya yang berusia dua tahun tersebut.

Saat mendengar suara benda jatuh dari dalam kamar, segera ia ke sana dan menemukan Shara sedang bermain.

Bermain dengan peralatan make up-nya!!!

"Astaga Nak!" pekik Nasha tertahan membuat Shara yang menusuk-nusuk eyeshadow miliknya tersentak lalu menoleh kemudian tersenyum dengan wajah lugunya membuat Nasha kesal dan gemas dalam waktu bersamaan.

Segera Nasha meraih tubuh Shara. Menggendong Shara keluar dari kamar dan mencuci kedua tangan putrinya tersebut. "Kamu tuh ya, makin hari makin nakal!" desis Nasha gemas seraya menggelitik perut Shara yang tergelak-gelak.

"Mam-mama," gumam Shara seraya kedua tangannya menjangkau wajah Nasha seakan ingin membujuk Nasha.

Nasha mendengus geli, ia meminta Shara untuk mengecup pipinya. "Kasih Mamah cium dulu dong." Segera pipi dikecup Shara lalu Shara meminta susu.

Segera Nasha melepaskan kancing bagian atas baju dasternya lalu membiarkan Shara menghisap puncak dada sebelah kanannya. Sementara ia duduk meraih ponselnya.

Kedatangan Mama menyita perhatian Nasha, Mama sedang membawa makan siang untuknya membuat Nasha menyengir. "Mama tau aja kalau aku belum makan."

Mama hanya mendengus pelan, mulai menyiapkan Nasha makan siang karena melihat susunya sedang minum susu.

"Shara udah dua tahun lho Sha. Udah gede dia, harusnya kamu berhentiin dia nyusu di kamu," ujar Mama.

"Nanti dia nangis."

"Jangan diturutin. Beliin dia susu formula. Emang kamu mau Shara nyusu terus di kamu?"

Nasha hanya diam, Shara berhent, lalu turun dari pangkuannya kemudian melangkah menuju ke arah neneknya.

Mama langsung meraih tubuh cucunya kemudian menyuruh Nasha makan.

"Kamu gak pa-pa berdua aja di sini? Atau mau Mama suruh Nawang nemenin kamu?"

Nasha memang sudah tidak serumah dengan Mama.

"Gak usah. Bisa-bisa berasku habis nanti." Nasha tertawa saat Mama mencubit punggung tangannya. Kemudian ia menawarkan Shara makan, tapi Shara segera menggeleng.

Mama menunduk, menangkup wajah Shara lalu memberikan ciuman bertubi-tubi pada wajah mungil Shara yang membuat gadis mungil itu tergelak-gelak. "Ini anak makin hari makin mirip Papanya ya?"

Gerakan Nasha mengunyah berhenti, lalu tersenyum tipis.

"Kan anaknya Bara, Ma. Masa mirip tetangga sih?"

Keduanya menolah.

"Sayang!" Pekik Nasha senang, lalu berdiri kemudian menghambur memeluk Bara. Bahkan melingkarkan kedua kakinya di pinggang Bara yang segera menahan tubuhnya.

Mama berdecak pelan melihat kelakuan Nasha. Seharusnya Shara yang bertingkah seperti itu.

Segera ia menurunkan cucunya hingga cucunya tersebut ke arah orang tuanya.

"Hei, anaknya Papah." Bara menurunkan Nasha lalu beralih menggendong Shara.

"Mamah kira Papah besok pulangnya?" ujar Nasha pada Bara. Bara memang dari luar kota karena urusan pekerjaan.

"Sengaja gak ngasih tau Mamah biar surprise."

"Bawa oleh-oleh, gak?"

"Bawa dong!"

Nasha mengecup pipi Bara lalu beralih pada oleh-oleh yang di bawa Bara, tidak lupa mengajak Mama.

Sedangkan Bara tengah asik menuntaskan rindu pada putri kecilnya yang merasa geli karena bulu-bulu di rahangnya. Sengaja menggesekkan pada leher Shara.

"Papah! Jangan dibikin nangis!" tegur Nasha pada Bara yang membuat Shara menjerit kesal.

***

"Nih tangan kurang ajar banget!" Bara tertawa geli saat Nasha menepis tangannya karena ia menyentuh payudara istrinya itu. Ia melongokan kepala menatap Shara yang telah terlelap. Telah berhenti menyusu pada Nasha.

Tangannya kembali merayap, mengusap payudara Nasha membuat Nasha kembali menepis tangannya.

Kemudian ia memeluk Nasha dari belakang, menaruh dagunya di ceruk leher Nasha. "Mah, kayaknya Shara udah bisa jadi kakak deh."

"Shara masih kecil. Apalagi dia belum berhenti nyusu dari aku. Nanti aja kalau Shara udah masuk TK."

"Iya deh," ujar Bara kemudian memberi kecupan di pipi Nasha. Tangannya yang memeluk perut Nasha turun hingga menyentuh paha dalam Nasha.

"Mah... mau ya?"

Nasha mengangguk pelan, Bara pun mulai merangsang istrinya hingga beberapa saat kemudian mulai memasukinya. Bergerak pelan sehingga mendengar desisan pelan Nasha.

Nasha mencengkeram kuat lengan Bara saat pelepasan dirinya. Kemudian mengusapnya pelan. Bekas jahitan yang ada di sana.

Bibirnya dikecup, ia menatap Bara yang berkeringat lalu melepas penyatuan mereka.

Keduanya mengatur nafas yang tersengal.

Segera Nasha masuk ke dalam pelukan Bara. Kembali mengusap lengan Bara tersebut.

Memori masa lalu membawanya kembali pada kejadian saat itu dimana ia yang mengira Bara meninggal.

Sangat kesal!

"Kenapa sih?" tegur Bara saat mendengar decakan keluar dari mulut Nasha. Istrinya itu membalas tatapannya.

"Aku tiba-tiba keinget pas kamu kecelakaan. June sialan itu!" desis Nasha kesal.

Bara tertawa, ia mengeratkan pelukannya pada Nasha.

"Kalau aku inget itu. Bener-bener pengen nyekik June!" gerutu Nasha kesal. Kerap kali mengingat hal tersebut. Rasa kesalnya pada June menguar begitu saja meski telah lama berlalu.

Nasha yang menangis tergugu tidak tau harus melakukan apa lagi. Tidak tau apakah ia bisa menjalani hari-hari ke depannya saat tau Bara telah tiada. Tidak tau apakah semua ini nyata atau hanya mimpi belaka.

Kemudian, ia kembali berdiri. Mendekat ke arah jasad Bara lagi. Dengan tangan gemetar menurunkan kain yang menutupi wajah jasad tersebut.

Seketika air mata Nasha surut. Mengerjap pelan mencerna segalanya. "Lah kok?"

Kenapa bukan Bara?

Apa mayatnya tertukar?

"Sus, kenapa ini bukan suami saya?!!" Pekik Nasha antara lega dan entahlah perasaan Nasha tercampur aduk.

Viora yang menatap itu melongo.

"Em... jadi bukan suami ibu? Mayat ini namanya Bara," jelas suster tersebut yang terlihat bingung.

"Sha..."

Mereka menoleh ke arah sosok Bara yang lengannya diperban, ada beberapa luka lecet di tubuh pria itu.

Di sebelahnya ada June yang menyengir. "Gue tadi cuma nanya di mana pasien atas nama Bara. Gak nyebut nama lengkapnya Bara," jelas June seraya meringis pelan. "Lagian ciri-ciri kecelakaannya sama."

Nasha mengerjap pelan berusaha mencerna segalanya yang terjadi. Ia menoleh menatap mayat yang ditangisi lagi lalu menatap Bara.

"Jadi, air mata-mata gue sia-sia?" Setelahnya Nasha pingsan saat itu juga.

***

Hm😊
Salam manis dari NanasManis
04/10/21

Bittersweet PromiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang