28

1.7K 158 0
                                    

"Semua orang melihat kita" Ucap Renjun yang melihat orang-orang menatapnya aneh.

"Karena kau manis hyung"

"Lee Haechan aku serius, ini gara-gara kau! Aku masih pakai baju tidur dan terlihat aneh sekarang" Penampilan Renjun sekarang adalah menggunakan topi dan masker hitam dengan baju tidur warna pink nya.
Mereka membeli topi dan masker saat dijalan tadi, itu pun juga diingatkan oleh supir yang menyebalkan menurut Haechan tadi.

"Maafkan aku"

"Aish kau membuatku malu"

"Kau tak berubah, masih pemarah" Ucap Haechan dengan nada merajuknya.

"Ayo kita duduk disana" Renjun menunjuk tepi pantai yang tidak terlalu banyak orang, ia tak menggubris Haechan yang berniat merajuk.

"Kau mau duduk dipasir? Kalau baju kita basah bagaimana?"

"Kau tak melihat disana ada tikar? Matamu rabun senja?"

"Yaa hyung!!, kau ditaksi tadi baru saja bilang merindukanku sambil menangis. Kenapa sekarang kembali menjadi singa betina?"

"Haechan aku masih kesal karena kau, ingat itu!" Lalu Renjun pergi menuju tepi pantai yang ia tunjuk tadi meninggalkan Haechan yang masih mencaci Renjun dalam hatinya.

"Yaa tunggu aku~" Haechan mengejar Renjun.

"Wahh cantiknya" Ucap Renjun yang sudah duduk ditikarnya sambil memandang langit yang mulai berwarna orange.

"Lebih cantikan kau hyung" Haechan mulai dengan gombalannya.

"Aku dari dulu ingin sekali melihat sunset ditepi pantai, tapi tak pernah kesampaian. Dan kau sekarang membawaku kesini, terima kasih Haechan-ah" Renjun menyandarkan kepalanya dibahu Haechan.

"Biarkan aku membuatmu bahagia untuk hari ini" Ucap Haechan sambil mengelus rambut Renjun.

"Hah?" Renjun tak mengerti perkataan Haechan, apa yang Haechan maksud 'untuk hari ini'?

"Apanya yang hah? Nafasmu bau tau" Ucap Haechan menggoda Renjun.

"Kau hanya ingin membuatku bahagia hari ini saja?"

"Aku tak bilang begitu, kapan?"

"Kau menyebalkan!" Renjun duduk tegap tak lagi menyender kebahu Haechan.

"Jangan marah Renjun-ah, aku hanya bercanda" Bujuk Haechan tapi sang kekasih masih memalingkan wajahnya.

Haechan menangkup pipi Renjun dan menatap matanya. Lalu Haechan menurunkan masker Renjun sampai dagu dan nampaklah wajah manis yang tersembunyi dibaliknya.

"K-kau mau apa?" Tanya Renjun gugup, tak mungkinkan mereka berciuman disini, apa Lee Haechan itu sudah gila?

"Kau tak mau ya?"

"Bukan begitu, tapi ini ditempat umum Haechan"

"Disini juga tak ada orang sayang, mereka yang dibelakang itu sibuk dengan ponselnya masing-masing" Haechan menunjuk dua orang yang berada jauh dibelakangnya.

Mendengar Haechan memanggilnya sayang, Renjun malu! Sudah lama ia tak mendengar panggilan itu, walaupun ia membenci panggilan itu pada awalnya tapi sekarang jantungnya bekerja lebih keras saat Haechan melontarkan kata itu.

Haechan membuka maskernya dan kembali menangkup pipi Renjun.
"Bolehkah?" Tanya Haechan memastikan.
Renjun mengangguk pelan sambil menahan malunya.

Haechan mendekatkan wajahnya dan langsung melumat bibir merah muda Renjun.

Haechan merindukan bibir ini.

Wajah ini.

Orang ini.

'Maaf' batin Haechan.

Ciuman mereka berlangsung lama, Sunset yang Renjun tunggu-tunggu daritadi terlewat karena ciuman Haechan.

"Aku melewatkan sunsetnyaa" Ucap Renjun merengek.

"Ini semua gara-gara kau, dasar mesum" Lanjut Renjun memaki Haechan.

Haechan diam. Dia salah apa?. Mesum? Apa Renjun baru saja menyebutnya mesum? Kalau saja ini bukan Renjun, pasti Haechan akan memaki nya sekarang ini juga.

"Maafkan aku"

"Aku tidak mau tau, kau harus membawaku lagi lain kali" Ucap Renjun.

"Ya! Kenapa kau diam saja?" Ucap Renjun yang melihat Haechan diam, tak mengiyakan permintaannya.

"Ah hyung, ayo kita buat istana pasir, siapa yang paling bagus dan cepat selesai dia yang menang" Ucap Haechan, ia berdiri dan pergi mencari tempat yang cocok untuk mendirikan istananya.

"Lee Haech-" Ucapan Renjun terputus kala ponsel nya berdering.

"Halo?"

"Hyung kenapa lama? Apa kau akan menginap disana? Kalau manager tau kau dan Haechan tak ada didorm habislah kau" Ucap Chenle panjang lebar.

"Aku akan pulang nanti, ahh bolehkah aku minta tolong?"

"Tolong apa?"

"Tolong belikan aku kue, sekarang hari jadiku dengan Haechan yang ke-100"

"Dasar bucin"

"Jangan lupa lilinnya ya"

"Baiklah, aku tutup ya"

"Tunggu, apakah kalian boleh pergi dulu dari dorm? Aku ingin berdua dengan Haechan saja nanti"

"Kau! Aku tidak mau"

"Ayolah Zhong Chenle, apakah kau ingin melihatku menangis lagi?"

"Ah baiklah, tapi aku tak tau kalau nanti yang lain tidak mau ya" Kalau Renjun sudah mengancam, ia tak bisa menolaknya.

"Tolong bujuk mereka demi aku Chenle-ya"

"Aish baiklah" Chenle langsung menutup panggilannya.

"Apa Haechan lupa sekarang hari apa?" Ucap Renjun bermonolog.

Renjun berdiri dan langsung menyusul Haechan yang sedang membangun istananya, bahkan istana Haechan nampak seperti tumpukan pasir tak berbentuk.

"Ayo pulang" Ajak Renjun.

"Kau tak mau bermain pasir dulu?"

"Tak mau Haechan, aku lelah. Ayo pulang"

"Kau pasti takut kalah denganku"

"Istana mu saja tak berbentuk, jangan terlalu percaya diri" Ucap Renjun tajam.

"Ah hatiku sakit"

"Jangan banyak drama, ayo pulang" Renju menarik tangan Haechan dan pergi mencari taksi.

"Ah kenapa tak ada taksi? Biasanya ada disini"

"Ayo pesan taksi online saja" Usul Haechan. Haechan membuka ponselnya dan hendak memesan taksi online.

"Ahh itu ada taksi, ayo kita naik itu saja" Renjun melambai-lambaikan tangannya memanggil taksi itu.
Taksi itu berhenti dan langsung melaju membawa Haechan dan Renjun menuju dorm mereka.

T

B

C

Chapter selanjutnya harus kuat hati kuat mental ya 🙂

Semoga suka!

Why Should I? (HyuckRen)✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang