Chapter Fiveteen: Adrian Perhatian?

3.5K 182 5
                                    


Shaqila menghela nafas. Ia baru saja menyelesaikan home schooling nya. Dan sekarang Shaqila merasa bosan tak tahu harus melakukan apa. Ia ingin membantu Bi Nindi, namun Bi Nindi melarangnya dan menyuruhnya untuk beristirahat saja di kamar.

Shaqila merasa sudah seperti orang sakit parah yang beristirahat seharian tanpa melakukan apapun. Oh ayolah, Shaqila bosan. Ia masih sehat. Dirinya hanya hamil bukan lumpuh, ia masih bisa mengerjakan pekerjaan yang tidak terlalu berat dan membuatnya lelah.

Di rumah sebesar ini hanya ada Shaqila dan Bi Nindi saja. Karena kedua orang tua Adrian sibuk bekerja dari pagi hingga malam, sedangkan Adrian masih berada di sekolahnya.

Terkadang, Shaqila merindukan masa sekolahnya. Ia merindukan Cleo dan juga Revan. Andai saja kejadian malam itu tidak terjadi, Shaqila masih bisa bersekolah hingga kini. Andaikan..

Tok tok tok

"Non Shaqila, boleh bibi masuk?"Ucap Bi Nindi dari luat kamar.

"Masuk aja bi. Gak aku kunci pintunya."

Bi Nindi membuka pintu dan melangkah mendekat pada Shaqila yang duduk diatas ranjang,"Non maaf, ada Tuan Aidan, Nyonya Luna sama Tuan Sagara datang."

Kedua mata Shaqila seketika berbinar,"Beneran?"

"Iya non."

Shaqila segera melangkah cepat menuju ruang tamu dengan raut wajah ceria. Ia sangat merindukan Ayah, Bunda, Sagara dan juga Shafira. Sayang sekali Shafira tidak ikut, karena gadis itu masih berada di sekolahnya.

"Jangan lari-lari, sayang!"Peringat Aidan yang dibalas kekehan polos oleh Shaqila.

"I miss you, Dad."Shaqila memeluk tubuh Aidan dengan erat.

Aidan tersenyum kecil sambil mengusap rambut putrinya dengan sayang,"Ayah juga rindu sekali sama kamu. Gimana kabar kamu?"

"Baik Ayah."

Shaqila beralih ke pelukan Luna lalu Sagara. Setelahnya Shaqila mempersilahkan mereka duduk kembali. Bi Nindi datang membawa minuman dan sedikit cemilan untuk keluarga Shaqila.

"Kamu disini cuma berdua aja?"Tanya Aidan yang diangguki Shaqila.

"Memangnya Mama dan Papa suami kamu kemana?"

"Mama sama Papa kerja, Ayah. Mereka pulang biasanya mendekati Maghrib."

"Kalau kamu sendirian disini, mending kamu tinggal di rumah kami saja. Ayah takut kamu kesepian."

"Nanti aku bicarain sama Adrian. Kalau dia setuju, besok aku ke rumah."

"Home schooling kamu lancar?"Tanya Sagara pada adik kesayangannya. Dia merasa sangat kehilangan saat Shaqila tidak tinggal lagi di rumah.

Shaqila mengangguk,"Lancar kak."

"Maaf ya. Kamu jadi home schooling. Ayah udah berusaha keras membujuk kepala sekolah dan para guru agar memperbolehkan kamu belajar di sekolah lagi, tapi mereka gak kasih izin."Ujar Aidan merasa bersalah karena telah membuat salah satu putrinya menderita.

Shaqila tersenyum tipis,"Gak apa-apa Ayah. Yang penting aku masih bisa ikut ujian nanti. Aku masih ada harapan buat lulus tahun ini."

Sagara menarik tubuh Shaqila agar bersandar di dadanya lalu mencium puncak kepalanya dengan lembut. Sungguh, Sagara sangat menyayangi Shaqila. Ia harap Adrian dapat membahagiakan Shaqila dan tidak akan menyakitinya.

"Kamu bahagia kan, sayang?"Tanya Luna dengan suara lirih.

"Bunda, Ayah sama kak Saga jangan khawatir. Aku bahagia kok."Jawab Shaqila dengan senyum kecilnya.

SHAQILA [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang