Chapter Twenty Five : Hospital

1.5K 54 1
                                    


"Dokter, gimana keadaan Mama saya?"Tanya Vanya cepat saat Dokter dan seorang suster keluar dari ruangan rawat Mamanya.

"Mama kamu sekarang sudah baik-baik saja. Dia hanya kecapekan. Usahakan supaya Mama kamu jangan bekerja terlalu lelah ya, usia Mamah kamu juga sudah tidak muda lagi jangan sampai Mama kamu drop."Ujarnya.

"Oh iya, ingatkan Mama kamu untuk makan dan minum teratur. Bekerja boleh tapi jangan terlalu lelah, apalagi sampai tidak makan dan minum secara teratur."Lanjut dokter tersebut menjelaskan kondisi Mama Vanya.

"Baik Dokter. Terima kasih."Vanya tersenyum. Setidaknya hatinya kini sudah tidak gelisah karena kondisi Mamanya sudah baik-baik saja.

"Selama dua hari ini, Mama kamu harus dirawat di rumah sakit. Karena kami harus memastikan kondisi Mama kamu benar-benar stabil kembali."Ujar Dokter tersebut.

Setelah Dokter dan Suster tersebut pergi, Vanya langsung masuk ke dalam ruangan Mamanya diikuti Adrian di belakangnya. Vanya duduk di kursi sambil memegang tangan Mamanya yang terdapat selang infus.

"Ma, ini Vanya. Syukurlah Mama gak apa-apa. Mama cepet bangun ya. Ada Vanya disini, Vanya akan jaga dan rawat Mama sebaik mungkin."Kata Vanya menatap Mamanya yang masih memejamkan matanya.

"Vanya, lo mau gue anter ke rumah gak ambil barang-barang lo sama Mama lo?"Tanya Adrian.

"Gak usah Yan, udah sama Mbak Ani kok."Mbak Ani adalah Asisten pribadi Mamanya yang menelponnya tadi.

Setengah jam kemudian, Novia perlahan membuka matanya. Ia menoleh ke samping menatap Vanya dan Adrian yang tersenyum senang.

"Mama, alhamdulillah Mama udah bangun. Mama butuh apa? Mama mau minum?"Tanya Vanya beruntun yang dibalas gelengan lemah oleh wanita paruh baya itu.

"Mama ada dimana, sayang?"

"Mama di rumah sakit. Tadi Mama pingsan. Ma, Mama boleh kerja tapi jangan sampai lupa waktu. Mama juga perlu jaga kesehatan Mama sendiri. Apalagi Mama lupa makan dan minum, Mama mau sakit emangnya?"Omel Vanya khawatir dengan kesehatan Mamanya.

Novia tersenyum,"Mama gak apa-apa sayang. Insya allah nanti Mama bakal inget kata-kata kamu."Lalu pandangannya tertuju pada Adrian.

"Loh kamu Adrian kan? Pacarnya Vanya?"

Vanya melirik Adrian lalu tersenyum kecut. Dulu mungkin iya Adrian masih menjadi pacarnya, namun sekarang semuanya sudah berbeda. Ia hanya masa lalunya yang bahkan tidak diinginkan sama sekali.

Adrian tersenyum,"Saya nganter Vanya kesini. Kondisi Tante gimana sekarang?"

"Alhamdulillah sudah membaik. Terima kasih ya kamu sudah menemani Vanya. Kamu memang laki-laki yang baik dan perhatian. Pantas saja Vanya sangat mencintai kamu."Ujar Novia membuat Vanya menundukkan kepalanya.

"Kamu tau gak Adrian? Vanya selalu menceritakan tentang kamu sama Tante bahkan tante sampai bosen dengernya. Katanya kamu ganteng, baik, cuek tapi perhatian, pintar dan populer."

"Waktu ulang tahun Vanya juga kita cuma bertemu dan mengobrol sebentar ya? Maafin Tante ya Adrian, Tante saat itu sibuk menyapa dan menjamu para tamu jadi Tante gak bisa ngobrol banyak sama kamu."Lanjutnya yang dibalas senyum tipis oleh Adrian.

"Iya Tante, gak apa-apa."

"Ma, udah ah jangan bahas soal Adrian terus. Aku mau cerita banyak hal sama Mama, tapi Mama harus makan dulu ya?"Vanya mengalihkan topik pembicaraan takut Adrian merasa tidak nyaman.

"Mama gak selera makan, sayang."

"Ma, jangan gini dong. Mama lagi sakit loh. Mama harus makan yang banyak supaya Mama cepet sembuh. Emangnya Mama mau sakit terus? Mama gak mau kerja lagi emangnya?"

SHAQILA [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang