Chapter Seven : Tanda-tanda?

2.9K 170 1
                                    


"Kak, jalan-jalan ayo."Ajak Shafira memohon sambil menghoyang-goyangkan lengan Shaqila agar kakaknya itu mau jalan pagi bersamanya.

"Males. Jalan sama pacar lo aja sana."Ketus Shaqila.

"Ih kakak tau sendiri hubungan aku sama Rafael lagi gak baik."

"Ya makanya cepet baikan sana. Gak baik tau lo menghindar terus. Nanti pacar lo kepincut cewek itu mau?"

Sontak Shafira menggeleng dan merapalkan doa pada tuhan agar hal itu tidak akan pernah terjadi. Dibalik sifat cuek dam gengsi Rafael, Shafira tau bila kekasihnya itu hanya mencintai dirinya.

"Gak mungkin. Rafael cinta sama aku. Dia gak mungkin berpaling, apalagi sama cewek norak itu. Bukan tipe Rafael."

"Tapi kalau Rafael nyaman sama dia, ya mungkin aja. Apalagi hubungan lo sama Rafael lagi gak baik 'kan?"

Shafira terdiam. Benar juga. Tak seharusnya ia diam. Shafira harus melawan cewek genit itu dengan kemesraan mereka berdua. Bukan malah memberikan pelakor itu kebebasan untuk mendekati pacarnya.

"Kakak bener. Aku harus ajak Rafael jalan sekarang."Kata Shafira lalu pergi menuju kamarnya.

Shaqila menggelengkan kepalanya dan memejamkan kedua matanya ingin meneruskan tidurnya namun rasa mual tiba-tiba saja datang menghampirinya. Shaqila menutup mulutnya dan beranjak turun menuju kamar mandi.

Huek

Huek

Huek

Shaqila mencoba memuntahkan seluruh isi perutnya, namun yang keluar hanya cairan putih saja. Shaqila membasuh mulutnya dengan air yang mengalir dari wastafel lalu menyandarkan punggungnya di tembok. Tubuhnya terasa lemas sekali.

"Ya ampun kak, kamu kenapa?"Tanya Luna khawatir. Tadi ia melewati kamar Shaqila, namun ia mendengar suara orang muntah dari dalam.

Shaqila tersenyum tipis,"Aku kayaknya masuk angin, Bunda."

"Yaudah ayo kamu tiduran dulu. Biar Bunda bikinin teh manis hangat buat kamu ya?"

Shaqila mengangguk lalu membaringkan tubuhnya diatas ranjang. Tak lama kemudian, Luna datang sambil membawa teh manis hangat untuk Shaqila. Shaqila menyeruput sedikit teh manis itu lalu membaringkan tubuhnya kembali.

Luna meletakkan cangkir diatas meja nakas. Wanita paruh baya itu duduk di tepi ranjang Shaqila dan menatapnya penuh kekhawatiran.

"Kamu sakit sayang?"

"Aku juga gak tau, Bunda. Kayaknya aku masuk angin deh."

"Kamu kecapekan kayaknya kak. Bunda tau kamu pengen lulus dengan nilai terbaik, tapi jangan maksain diri juga."Ujar Luna.

Shaqila tersenyum,"Iya Bunda, aku ngerti. Bunda tau sendiri keinginan aku untuk kuliah di luar negeri sangat tinggi, makanya aku fokus belajar supaya aku lulus sekolah dengan nilai terbaik. Atau aku dapat beasiswa."Jelasnya menjelaskan impiannya sejak kecil.

"Iya sayang Bunda tau. Tapi kamu harus menjaga kesehatan diri kamu sendiri."

"Aku gapapa kok Bunda. Cuma masuk angin biasa, istirahat bentar trus minum obat pasti sembuh."

Luna mencium puncak kepala Shaqila dengan sayang,"Yaudah kamu istirahat. Bunda pergi dulu. Teh manisnya jangan lupa dihabiskan."

Shaqila mengangguk.

***

"Loh sayang, kamu mau sekolah?"Tanya Luna heran melihat Shaqila datang lengkap memakai seragam sekolahnya.

SHAQILA [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang