Chapter Twenty Three : Vanya Side (Broken Daughter)

1.4K 45 2
                                    


Vanya mengernyit heran melihat Papanya sedang mengobrol bersama seorang wanita paruh baya yang sepertinya teman sekolahnya dulu. Tatapan Vanya jatuh pada seorang laki-laki yang duduk di samping wanita itu, laki-laki yang seumuran dengannya.

Aris, Papa Vanya tersenyum melihat kedatangan Vanya,"Vanya, sini. Kenalan dulu sama Tante Lidya dan anaknya."

Vanya menurut, dia tersenyum kecil pada kedua orang itu,"Hai Tante, kenalin aku Vanya."

"Astaga jadi ini Vanya? Udah gede ya sekarang. Cantik banget."Puji Lidya dengan penampilan Vanya yang terlihat cantik dan semakin bertumbuh dewasa.

"Ah Tante bisa aja."

Lidya terkekeh lalu memegang bahu anaknya,"Vanya, ini Arga. Anak Tante. Dia beberapa bulan lebih tua dari kamu, tapi kalian masih seangkatan. Cuma sayang beda sekolah aja."Ujarnya.

Vanya dan Arga saling melempar pandangan satu sama lain. Arga tersenyum tipis yang dibalas tatapan sinis oleh Vanya.

Vanya mengakui bahwa Arga memang tampan, namun Vanya tidak tertarik. Karna hatinya masih milik Adrian sepenuhnya. Dan laki-laki yang Vanya inginkan saat ini hanya Adrian, Vanya sangat mencintainya.

"Oh iya saya denger katanya Arga mau pindah ke sekolah Vanya?"Tanya Aris.

Lidya menggeleng,"Tadi rencananya ingin begitu, tapi karna Arga sekarang sudah kelas 12 dan sebentar lagi ujian kelulusan jadi kalau pindah sekarang rasanya sudah telat sekali."Jawabnya menjelaskan.

"Ah iya juga sih. Sayang banget kalau pindah sekolah sekarang. Tapi jarak dari rumah kalian sekarang ke sekolah Arga itu lumayan jauh kan?"

"Iya memang. Tapi Arga sendiri tidak keberatan kok. Dia cuma harus berangkat pagi-pagi supaya gak terlambat."Lidya dan Aris tertawa

Vanya ingin sekali pergi ke kamarnya. Sungguh ia tak nyaman berada disini. Apalagi ditambah suasana hatinya kini yang sedang kacau. Di dalam pikirannya hanya ada Adrian, Adrian dan Adrian saja.

Arghh bagaimanapun caranya Vanya harus bisa merebut Adrian kembali. Adrian itu miliknya namun Shaqila merebutnya begitu saja darinya.

Padahal sikap Shaqila pada Adrian itu terlihat sangat cuek, ketus dan tidak tertarik tapi ternyata itu hanya topeng untuk menyembunyikan sifat aslinya.

Kalau memang saat itu Adrian mabuk kenapa Shaqila tidak menghindar atau berusaha untuk kabur? Shaqila malah pasrah begitu saja dengan keadaan. Oh apa memang itu adalah bagian dari rencananya.

Memikirkan Shaqila membuat Vanya menjadi semakin marah dan jijik padanya. Bodoh sekali dirinya dulu sempat bersahabat dengan perempuan munafik seperti Shaqila.

Arga melirik Vanya yang hanya diam. Seperti orang yang sedang banyak pikiran. Ia berdehem sebentar sebelum mengeluarkan suaranya,"Mama, Om Aris, Arga boleh ajak Vanya keluar sebentar?"

"Oh tentu aja boleh."Balas Aris dengan senang hati.

Arga mengirimkan kode pada Vanya agar gadis itu mengikutinya. Vanya berdecak kesal lalu terpaksa mengikuti Arga yang entah mengajaknya kemana.

•••

Sesampainya di taman belakang rumahnya, Vanya menatap Arga dengan kedua tangan dilipat di depan dada,"Lo mau ngomong apa?"

"Gue gak ada maksud apa-apa sih. Tadi gue liat kayaknya lo melamun, lagi mikirin apa sih?"

"Bukan urusan lo. Lo tuh bukan siapa-siapa gue. Gak usah ikut campur urusan gue. Terserah gue mau melamun kek atau apa kek, itu bukan urusan lo."Bentaknya.

SHAQILA [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang