Chapter Twenty Seven: Her Fault

1.3K 42 0
                                    


"Ga, makasih ya kemarin lo udah nemenin gue beli kado buat ulang tahun Mama. Beberapa hari ini juga lo selalu nemenin gue disaat gue butuh lo, makasih banget. Lo emang orang yang baik, Ga."Ujar Vanya dengan senyuman hangatnya.

Saat ini mereka sedang berada di mobil, setelah mengantar Vanya membeli kue untuk ulang tahun Mamanya hari ini. Tadinya gadis itu berencana ingin membuat sendiri, tapi setelah liat resep dan cara melakukannya lewat youtube ternyata lebih sulit dari yang ia kira.

Daripada nanti hasilnya gagal dan tidak ada kue, lebih baik Vanya membeli saja. Lebih praktis juga.

Dan sebenernya hari ini Vanya berencana ingin pergi sendiri loh. Tapi tiba-tiba saja Arga menelponnya, menanyakannya sekarang dia sedang sibuk atau tidak. Bila tidak sibuk, Arga ingin membawanya pergi jalan-jalan.

Arga tersenyum,"Santai aja Van. Gue udah bilang kan sama lo? Kalau lo butuh gue, langsung telpon gue. Gue akan selalu ada buat lo."

"Tapi kenapa? Apa karena gue bakal jadi adik tiri lo, makanya lo peduli sama gue?"

"Ya tadinya bisa dibilang gitu. Tapi sekarang gak lagi. Gue merasa lo gak cocok jadi adik tiri gue."

"Iya kan? Lo juga pasti gak setuju kan sama rencana pernikahan mereka? Lo-"

"Dengerin gue dulu. Gue belum selesai ngomong."Potong Arga membuat Vanya seketika menutup mulutnya.

"Vanya, lo itu gak cocok jadi adik tiri gue. Lo lebih cocok jadi pacar gue."Ulangnya lagi diakhiri senyuman manisnya.

Vanya mendelik kesal,"Padahal gue udah serius dengerin, gue kira lo mau ngomong apa. Jangan bercanda deh, Ga. Lo gak paham situasi banget deh."

Alis Arga terangkat sebelah,"Siapa yang bercanda? Gue serius."

Vanya menatap Arga dengan tatapan sulit diartikan,"Ga, lo serius? Lo suka sama gue?!"Tanyanya heboh.

Sedetik kemudian Arga tertawa lepas membuat Vanya merasa heran kenapa lelaki itu tiba-tiba tertawa. Padahal ucapan Vanya tadi tidak ada unsur kelucuan sama sekali, loh.

"Hahaha, maaf maaf. Gue bercanda Vanya. Lo heboh banget sih."Kekehnya.

Vanya mendengus kesal,"Lo emang bener-bener ya. Nyebelin banget sih lo!"Kesalnya lalu memalingkan wajah ke jendela.

Arga mulai menjalankan mobilnya keluar dari parkiran depan toko kue tersebut dan mengemudikannya dengan kecepatan normal.

"Oh iya Van, kalau gue beneran suka sama lo gimana?"Tanya Arga memecah keheningan yang tercipta diantara mereka.

Vanya meliriknya sekilas,"Lebih baik jangan. Jangan suka sama gue."

"Kenapa? Karena lo masih belum move on dari mantan lo? Lo masih cinta sama dia kan?"Tanya Arga kembali membuat Vanya terkejut. Daripada lelaki itu tau soal hubungannya dengan Adrian?

"Laki-laki yang kita temuin waktu itu saat di mall, mantan pacar lo kan?"

Vanya mendengus gusar lalu memalingkan wajahnya kembali menatap jendela. Karena Arga mengungkit soal Adrian, hati Vanya terasa sesak kembali dengan hubungan mereka yang sudah kandas sekarang.

Dalam hatinya, masih terukir dengan jelas nama Adrian. Ia sangat mencintainya karena Adrian adalah cinta pertamanya. Dan memang benar, cinta pertama itu menyakitkan dan kadang sulit dilupakan.

"Lo gak perlu tau. Itu urusan gue."Balas Vanya dingin.

"Tapi cewek yang sama mantan pacar lo waktu itu siapa, Van? Cewek itu juga lagi hamil kan? Jangan-jangan lo putus karena diselingkuhin sama pacar lo?"Sepertinya Arga sengaja ingin memancing Vanya menceritakan masalahnya.

SHAQILA [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang