Chapter Eighteen : Fact About His Feeling

2.8K 141 2
                                    

Assalamualaikum..

Selamat membaca semuanya 💕

Yg lupa alur, boleh baca chapter sebelumnya

***

Shaqila masih memandang Adrian dengan lekat, meminta jawaban. Satu tangannya memegang erat sebuah album yang terdapat foto-fotonya hasil jepretan kamera Adrian.

"Jawab Yan, gue butuh penjelasan lo. Sampai kapan lo mau diem terus?"

Adrian menghela nafasnya. Ia menghirup nafasnya dalam-dalam mencoba memberanikan dirinya untuk mengungkap perasaan yang sebenarnya pada Shaqila, istrinya.

"Iya Qil. Itu memang foto kamu. Aku yang foto kamu diem-diem pake kamera aku. Semua itu aku lakukan karna aku cinta sama kamu, Shaqila. Aku udah lama suka sama kamu."

"Tapi, kenapa bisa? Kalau lo suka sama gue, kenapa lo jadian sama Vanya? Lo jadiin Vanya pelampiasan lo hah?!"

Adrian menggeleng,"Bukan gitu, Qila. Waktu itu aku memang ada niat untuk menyatakan perasaan aku sama kamu. Tapi aku liat kamu dekat sama cowok yang namanya Revan. Di hari aku mau menyatakan perasaan aku ke kamu, aku liat kalian pelukan di tengah lapangan dan semua murid nyorakin nama kalian. Aku berpikir kamu sama Revan udah pacaran, dan aku membatalkan niatku."

Shaqila mendengarkan penjelasan Adrian dengan teliti,"Dan di hari yang sama, Vanya datang nyatain perasaannya ke aku. Tanpa pikir panjang aku langsung nerima dia."

"Jadi bener, lo jadiin Vanya objek pelampiasan lo?"

Adrian kembali menghela nafasnya,"Aku kebawa emosi waktu itu. Aku cemburu. Aku nerima Vanya sebagai pacar aku tanpa berpikir apa yang terjadi setelahnya. Maaf."

"Selama setahun lo pacaran sama Vanya, berarti lo gak ada perasaan apapun sama dia?"

Adrian menggeleng,"Udah aku coba untuk mencintai Vanya, tapi gak bisa. Perasaaan aku juga masih sama seperti dulu, aku masih mencintai kamu Shaqila."

Kedua tangan Shaqila digenggam Adrian dengan lembut. Adrian tersenyum kecil,"Maaf ya Shaqila, aku baru bisa jujur soal perasaan aku ke kamu. Kalau sebenernya aku cinta kamu, bukan Vanya."

"Apa kejadian malam itu, lo juga yang ngerencanain? Lo pasti sengaja kan ngejebak gue biar gue nikah sama lo!"

Adrian kembali menggelengkan kepalanya,"Enggak Qila. Aku nggak ada rencana buruk kayak gitu. Yang terjadi malam itu murni karena aku mabuk."

Shaqila melepaskan kedua tangannya dari genggaman tangan Adrian. Wanita itu duduk di tepi ranjang lalu mengusap perutnya yang sudah sedikit terlihat membuncit.

Adrian berlutut di hadapan Shaqila. Ia mendongak menatap wanita itu dengan tatapan lembut yang membuat perempuan mana pun jatuh hati karenanya.

"Aku cinta sama kamu, Shaqila. Aku mau kita hidup bersama selamanya. Aku gak mau kita cerai setelah kamu melahirkan. Insya allah, aku akan berusaha menjadi suami yang baik untuk kamu dan Ayah yang hebat untuk anak kita nantinya."Ujar Adrian disertai senyum yang sangat tulus.

Lelaki itu sangat lega setelah menyatakan perasaan yang dipendamnya selama ini pada Shaqila, pujaan hatinya.

Adrian memang merasa bersalah dan menyesal telah berpacaran dengan Vanya. Coba saja, ia tidak mengambil kesimpulan sedangkal itu pasti hal itu tidak akan terjadi dan hubungan persahabatan Vanya dan Shaqila tidak akan hancur seperti sekarang.

Shaqila menghela nafasnya. Jujur perkataan Adrian membuatnya sangat terharu dan membuat desiran hangat di seluruh tubuhnya. Namun, ada perasaan lain yang mengganjal hatinya kini.

SHAQILA [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang