Chapter Twenty Four : Bad News

1.4K 60 1
                                    


Shaqila menuruni anak-anak tangga dengan perlahan dan sangat hati-hati. Memang Shaqila sebaiknya tidak boleh naik turun tangga terus karena usia kehamilannya kini sudah berusia hampir 6 bulan. Sangat rawan takut terjadi hal yang tidak diinginkan dan mempengaruhi janin yang ada di dalam kandungannya.

Sebenarnya Shaqila juga ingin pindah ke kamar di lantai bawah, lebih tepatnya di depan ruang tamu. Namun karena sudah lama tidak dipakai, jadi kamarnya harus dibersihkan lebih dulu.

"Sayang, hati-hati turun tangganya. Duh aku khawatir sama kamu, mulai sekarang kamar kita pindah yang di depan ruang tamu ya?"Ujar Adrian mendekati Shaqila dan menuntunnya duduk di sofa ruang keluarga.

"Emangnya kamarnya udah bersih ya?"

"Udah sayang. Udah aku pindah-pindahin juga tadi pagi barang-barang kita ke kamar."

Shaqila meminum segelas susu hamil yang dibuatkan Adrian hingga habis tak tersisa. Adrian tersenyum sambil mengelus perut Shaqila yang sudah membuncit. Dapat ia rasakan tendangan kecil dari dalam sana.

"Iya sayang, ini Daddy. Kamu kangen Daddy ya? seneng banget nih kayaknya."Ujar Adrian seolah-olah sedang mengobrol dengan anaknya.

Adrian tertawa kecil saat anaknya itu merespon kembali dengan sebuah tendangan. Shaqila tersenyum bahagia melihat interaksi ayah dan juga anaknya ini. Ah ia jadi tidak sabar menunggu kehadiran janin dalam kandungannya ini lahir ke dunia. Pasti hidup dirinya dan Adrian akan semakin sempurna.

"Kamu berangkat ke sekolah sana, nanti telat loh. 15 menit lagi gerbang ditutup."Ujar Shaqila memberitahu suaminya itu.

"Ah masih lama sayang, aku masih mau disini sama kamu."Rengek Adrian sambil memeluk Shaqila dengan manja.

Shaqila terkekeh,"Kamu kenapa sih yan? Jadi manja gini, gak kayak Adrian biasanya."

"Emang gak boleh manja-manja sama istri sendiri?"

"Iya tapi gak sekarang Adrian, kamu kan harus berangkat sekolah. Belajar yang bener biar pas ujian nanti kamu bisa ngerjainnya trus lulus deh."Ujar Shaqila menasehati.

"Iya sayang. Nurut aja deh aku sama istri. Bu Sisi belum datang ya?"Bu Sisi adalah guru yang mengajari Shaqila selama masa Home schooling.

"Belum. Paling masih di jalan."

Adrian mengangguk lalu mencium perut buncit istrinya dan mengusapnya dengan sayang,"Daddy berangkat sekolah dulu ya sayang. Kamu jangan buat Mommy kecapean ya. Bantu Daddy jaga Mommy selama Daddy gak ada ya."Ucapnya.

Adrian mencium kening Shaqila lalu turun mengecup bibir itu sekilas,"Aku berangkat sekolah dulu. Kamu hati-hati di rumah. Kabarin aku kalau butuh sesuatu."

Shaqila mengangguk,"Kamu juga Hati-hati di jalan. Jangan ngebut."Lalu Shaqila mengantar Adrian hingga ke teras rumah.

•••

"Aduh perut gue kenyang banget. Mie ayam mbak Idah emang gak ada lawan."Ucap Haikal sambil mengusap perutnya merasa begah. Sepertinya ia makan terlalu berlebihan tadi.

"Selain gebetan lo yang banyak ternyata lo juga banyak makan ya? Kalau lo gini terus, bisa-bisa perut sixpack lo hilang Kal."Kata Aldo.

"Ya gak bakal lah. Walaupun gue makannya banyak tapi gue kan rutin olahraga. Gak kayak lo abis makan langsung tidur."

Aldo merasa tertohok sekali perkataan Haikal yang sesuai sekali dengan fakta. Ia jadi tak bisa membalas ucapan Haikal.

"Kalian berdua emang murid gak ada akhlak ya, yang lain masih pada belajar lo malah enak-enakan makan disini."Kata Adrian menatap kedua teman di hadapannya dengan bersedekap dada.

SHAQILA [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang