Part 11

2.3K 210 13
                                    

Venus menggandeng lengan Rico, ia berjalan memasuki sebuah restoran mewah. Dari kejauhan seorang wanita cantik melambaikan tangannya pada Rico. Rico membalas lambaian tangan calon Istrinya itu.

Wanita itu tersenyum hangat, "Ini anak kamu?" Rico mengangguk. Venus menyalimi tangan calon Istri Ayahnya itu.

Segera Rico dan Venus duduk. Venus menatap lekat wanita di depannya. Cantik dengan rambut sebahu berwarna hitam legam, dress coklat bercampur cream itu terlihat sangat pas di tubuh langsingnya.

"Aku, Elena." Wanita itu mengulurkan tangannya di atas meja. Venus membalas uluran tangan itu, "Venus, tan."

"Kamu udah lama nunggu?" tanya Rico dengan raut tidak enak.

Elena menggeleng cepat, "Nggak, kok! Belum lama." Balasnya sambil tersenyum ramah. Rico menatap hangat Elena yang tersenyum, senyuman yang membuat Rico berani untuk menikah.

"Kamu mau pesan apa, Mas?" tanya Elena yang membuat Venus senyam-senyum sendiri.

"Samain aja sama kamu," jawabnya. Elena bertanya pada Venus, "Kalau kamu mau pesan apa, Venus?"

Venus menggeleng, "Aku cuma haus, jadi pesan jus jeruk aja, tan."

Rico menoleh dengan dahi mengkerut, "Kamu harus makan lho!" Venus tetap menggeleng.

"Ya sudah biarin, Mas. Nanti kalau Venus lapar bisa pesan lagi." Setelah memberitahu apa yang dipesan pada pelayan mereka pun menunggu makanan tiba.

Venus masih mengembangkan senyumnya, "Kenapa gak dari dulu aja Ayah nikah?" Elena yang mendengar ucapan Venus lantas menatap Rico.

Segera Venus mengusap bahu Rico saat melihat perubahan raut wajah laki-laki itu yang mendadak menjadi sedih, "Maafin Cia, Yah. Cia gak bermaksud. Cia cuma senang aja, akhirnya Ayah bisa membuka hati." Ujarnya pelan. Elena mengusap punggung tangan Rico mencoba meredakan kesedihan laki-laki itu. Elena memang sudah tau semuanya, Rico menceritakan tanpa ada rahasia apapun yang di tutupi. Rico menegakkan tubuhnya, lalu mengusap tangan Venus dan Elena, seakan memberitahu jika ia baik-baik saja.

Saat makanan tiba, mereka menikmatinya. Kecuali, Venus yang memperhatikan Rico dan Elena. Terkadang sedikit kekehan keluar dari mulut gadis itu saat melihat Elena menegur Rico karena berantakan saat makan. Dan ekspresi Rico membuat Venus terkekeh seperti suami-suami takut istri.

Sambil menyeruput jusnya Venus menatap Rico yang tertawa kecil melihat dirinya dan Elena. Tiba-tiba kejadian sembilan tahun lalu berputar di kepalanya.

Venus yang berusia delapan tahun bersama Gema dan Megan, mengunjungi makam Claudia saat itu.

Megan, Gema dan Venus turun dari mobil dan berjalan memasuki area pemakaman.

"Kita mau jenguk Mama, Pa?" tanya Venus yang berada di tengah-tengah antara Megan dan Gema. Gema mengangguk.

Venus mendongak menatap Megan, "Mama!" panggilnya.

Megan tersenyum seraya menjawab, "Kenapa sayang?"

"Nanti Mama sama Mama Claudia nggak boleh berantem ya," ujar Venus sambil menggerakkan telunjuknya ke kanan dan ke kiri dengan cepat.

Megan mengelus kepala Venus, "Nggak dong. Claudia juga Mama kamu, jadi Mama gak bakal berantem." Jawabnya dengan kekehan kecil. Gema yang mendengarnya hanya tersenyum penuh kesedihan.

Setelah sampai di makam Claudia, mereka melihat Rico yang sedang tertunduk penuh kesedihan di depan makam anaknya yang tidak jauh dari makam Claudia. Venus memperhatikan Rico dari kejauhan. Megan mengajak Venus dan Gema untuk mengirimkan doa terlebih dahulu untuk Claudia. Setelah selesai berdoa, Gema menghampiri Rico yang sejak tadi sudah melihatnya.

Kini Venus mengusap tanah di depannya, "Mama tidur yang tenang ya. Mama gak perlu khawatir lagi. Sekarang udah ada Mama Megan." Katanya sambil tersenyum ceria. Megan menatap makam Claudia lalu menatap putrinya secara bergantian, matanya mulai berkaca-kaca.

"Mama harus bahagia," ujar Venus lalu mencium batu nisan yang bertuliskan nama Claudia. Setelah itu Venus berdiri menghampiri Gema yang sedang bersama Rico. Sedangkan Megan masih berada di makam Claudia.

Venus berdiri agak jauh di belakang Papanya dan Rico. Ia mendengar tangisan Rico yang terdengar sangat sedih. Venus mendengar Gema yang berbicara dengan Rico tetapi laki-laki itu hanya mengucapkan jika ia merindukan anaknya. Segera Venus berlari kecil dan menubruk punggung Rico, Venus memeluk laki-laki itu.

Rico terkejut begitu juga Gema. Venus memeluk leher Rico erat, "Ayah!" gumamnya. Seketika tubuh Rico membeku. Venus kembali bergumam, "Cia boleh kan panggil Om Ayah?" Rico hanya mengangguk cepat sambil menangis keras. Lantas Venus melepas pelukannya dan memeluk Rico dari depan.

Ia melirik Gema yang sedang menatapnya, "Boleh kan, Pa?" Gema mengangguk sambil mengusap pipi tembam Venus.

Rico melepas pelukannya, ia menatap Venus lekat. Tangan Venus mengusap air mata Rico yang membasahi wajah laki-laki itu.

"Papa juga pernah nangis kok, jadi kalau Ayah mau nangis lagi nggak apa-apa. Kata Mama, menangis meringankan hati kita yang berat." Venus tersenyum lebar, lalu memeluk Rico lagi.

"Hey!" Rico menoel-noel bahu Venus. Venus langsung berjengit kaget.

"Kamu kenapa?" tanya Rico menatap khawatir Venus.

Venus menggeleng lalu menunjukkan deretan giginya, "Sekarang aku lapar, Yah."

Elena yang melihatnya terkekeh, betapa menggemaskannya Venus, pikirnya.
Rico mengacak-acak rambut Venus sambil tertawa kecil.

💅

Tbc

Venus Dipelukan Neptunus [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang