Part 13

1.7K 181 12
                                    

Venus melebarkan matanya saat melihat jam di handphone menunjukan pukul 06:45. Langsung ia singkirkan selimut yang menutupi tubuhnya dengan kasar. Buru-buru ia masuk ke dalam kamar mandi.

"Mati gue telat!" rutuknya. Ia menyelesaikan mandinya tanpa membutuhkan waktu yang lama.

Venus memakai bajunya dengan terburu-buru. Lalu ia bercermin di depan cermin besar miliknya.

"Tunggu! Kancing baju gue ngapa miring gini!" ujarnya, lalu kembali mengancingkan seragamnya dengan benar.

Ia merampas tas dan berlari kecil menuruni tangga.

"Aduh jangan lari-lari Kak!" teriak Megan.

"Mama kenapa nggak bangunin aku?" teriaknya sembari ke meja makan untuk meminum susu yang sudah di buatkan oleh Mamanya.

"Mama udah bangunin kamu!" Megan menggelengkan kepalanya melihat anaknya yang sama seperti dirinya dahulu.

Venus menyalimi tangan Mamanya lalu berlari keluar rumah. Ia berlari sembari memainkan handphone untuk melihat jam. Gadis itu masih berlari sembari mencari taksi atau ojek di jalan.

Sampai di jalan ia masih berlari dengan napas terengah.

Brak!

Venus jatuh tersungkur di jalan raya.

Tin! Tin!

Gadis itu menutup matanya saat melihat mobil yang melaju ke arahnya.

Kritt!

Ia masih menutup matanya saat mendengar decitan rem yang berbunyi. Jantungnya sangat berdebar.

Tidak lama pengemudi mobil itu keluar dari mobil dan langsung menghampiri Venus.

"Kamu nggak apa-apa?"

Suara itu, suara yang Venus kenal. Perlahan matanya mulai terbuka. Venus langsung menghambur ke dalam pelukan Neptunus hingga laki-laki itu tersungkur ke belakang. Mereka berdua menjadi tersungkur di jalanan.

Venus meneteskan air matanya karena sangat terkejut.

"Hey ..., kamu nggak apa-apa? Maafin saya Venus." Venus masih diam saat mendengar suara Neptunus.

Perlahan Venus mulai bangun dan terduduk. Neptunus mengusap siku Venus yang lecet. Ia juga melihat lutut gadis itu yang berdarah.

"Kita kerumah sakit," ujarnya yang sudah menggendong Venus.

Venus duduk di kursi samping Neptunus.

"Aku nggak mau kerumah sakit." Akhirnya gadis itu mulai berbicara walaupun sedikit gemetar karena terkejut. Air matanya masih menetes, cerita Mamanya tentang Claudia yang meninggal karena kecelakaan membuat dirinya menjadi takut.

"Maaf." Venus hanya mendengar tanpa menjawab ucapan Neptunus. Ia menatap keluar jendela dengan lamunannya.

Entah kemana Neptunus akan membawa dirinya pergi. Sekarang pikirannya menjadi takut saat membayangkan bagaimana kecelakaan Mamanya dan Mama Claudia bisa terjadi.

Venus melirik Neptunus yang memberhentikan mobilnya di sebuah apartemen mewah.

"Kita obati luka kamu." Kata laki-laki itu yang keluar dari mobil lalu memutar jalannya dan membuka pintu mobil untuk Venus.

Neptunus kembali menggendong Venus walaupun gadis itu sudah berontak ingin berjalan sendiri. Sampai akhrinya ia membenamkan wajahnya di leher Neptunus karena malu.

Neptunus menaiki lift menuju lantai 20, Venus masih diam di gendongan laki-laki dewasa yang berpakaian kantor itu.

Sesampainya di apartemen milik Neptunus, laki-laki itu menurunkan Venus di sofa lalu ia mengambil alat p3k. Venus menunduk untuk melihat lututnya yang berdarah. Sekarang nyeri di lututnya sangat terasa.

Laki-laki yang sudah membuka jas dan menggulung lengan kemejanya itu sudah datang sembari membawa kotak p3k.

"Saya obatin dulu ya." Ucapnya. Venus hanya diam memperhatikan Neptunus yang berada di dekatnya. Perlahan Neptunus membersihkan luka gadis itu lalu memberinya obat.

Sekarang Neptunus duduk disamping Venus, "Maafin saya." Ungkapnya tulus.

Venus mengangguk, "Maafin aku juga. Aku yang salah Om. Aku emang udah jatuh karena buru-buru takut telat."

"Sekarang kamu udah telat," ujar Neptunus.

"Om juga nggak masuk kerja?" tanya Venus dengan wajah heran. Masalahnya Neptunus berangkat dari arah berlawanan dengan apartemen laki-laki itu apa memang Neptunus memiliki dua rumah.

"Nggak apa-apa." Jawabnya dengan kekehan kecil.

"Om dari mana? Mau berangkat kerja?" tanya gadis itu yang sepertinya sudah mulai tenang.

"Saya menginap dirumah Mama, jadi berangkat kerja dari arah berlawanan dari apartemen saya." Jelasnya. Venus mengangguk mengerti.

Neptunus melirik rok Venus yang kotor, "Rok kamu kotor."

Segera Venus merapatkan kakinya dan memegang roknya kuat, "Om Nunu mesum." Tuduhnya tidak suka.

Neptunus menggeleng, "Nggak, bukan itu." Laki-laki itu menggaruk tengkuknya. "Kalau mau ganti nanti saya pesan dari Mall yang ada di lantai dasar."

"Nggak usah Om. Ini nggak terlalu kotor kok!" ujarnya dengan senyuman yang lebar.

Krukk!

Venus memegang perutnya. Sedangkan Neptunus menatap gadis itu sembari menahan tawanya.

"Kamu mau makan apa? Nanti saya pesan." Tawar Neptunus, laki-laki itu segera bangkit dari duduknya.

Venus ikut berdiri walau lututnya masih sakit, Neptunus yang melihatnya langsung menghampiri Venus dan memegangi bahu gadis itu.

"Duduk aja," ujar Neptunus yang terlihat khawatir.

"Mending masak aja Om. Aku bisa kok masak walaupun masak nasi goreng, hehe." Gadis itu tersenyum lebar membuat Neptunus memandang wajah Venus lama. Kemudian ia tersadar dan langsung menuntun Venus ke arah dapur miliknya.

"Aku bukan anak kecil, nggak usah di gandeng." Sebalnya.

"Kamu emang masih kecil," jawab Neptunus membuat Venus mencebikkan bibirnya kesal.

"Aku udah besar, kalau Om mau nikahin aku sekarang juga aku siap." Celetuk Venus membuat Neptunus memberhentikan langkahnya sembari menatap gadis itu dengan tatapan heran.

"Masih kecil, kamu aja masih pake seragam sekolah." Ledeknya.

Venus yang sebal mendengarnya lalu berjalan mendahului Neptunus dengan langkah yang tertatih-tatih.

Neptunus berjalan cepat ke arah Venus dan memegang bahu gadis itu, Venus melepaskan tangan Neptunus yang berada di bahunya.

"Om modus ya," tuduh gadis itu sembari memicingkan matanya sinis.

Neptunus terdiam seraya menggeleng.

"Nggak apa-apa aku suka!" ujarnya sembari tertawa dan Neptunus hanya terdiam sembari menggelengkan kepalanya melihat respon Venus yang aneh.

💅

Tbc

Venus Dipelukan Neptunus [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang