Chapter 12 ☘️

1.5K 229 52
                                        

Jangan lupa klik vote dan silahkan komen sesuka kalian.
Maaf jika chapter kali ini kurang memuaskan.
Hatur nuhun (~‾▿‾)~

~ℌ𝔞𝔭𝔭𝔶 ℜ𝔢𝔞𝔡𝔦𝔫𝔤~

"AYO MULAI!"

Seruan seseorang terdengar dari jarak jauh maupun dekat. Teriakannya seakan memberikan sebuah perintah kepada dua kubu yang berada di arah berlawanan.

Mikey, selaku orang yang menyerukan perintah tersebut membuat orang-orang berlarian dan saling melempar tinju satu sama lain.

Tak jauh dari tempat kejadian, nampak seorang perempuan bersurai hitam panjang tengah berdiri menatap ke arah terjadinya perkelahian antar Touman dan Moebius.

Tepat di sebelahnya terdapat seorang lelaki yang sama dengan dirinya tengah memperhatikan perkelahian.

Dari raut wajahnya, sudah dapat terlihat jika dia mengkhawatirkan sesuatu. Satu tangannya terulur untuk menepuk pundaknya pelan.

"Hei Takemichi," panggilnya yang membuatnya tersadar dari lamunannya. "disaat seperti ini kau bisa-bisanya melamun. Apa kau tak melihat perkelahian di depan mu ini?" Sambungnya.

"Kau bisa saja menjadi sasaran tinju dari salah seorang mereka, Takemichi."

Takemichi terdiam sejenak, mencerna ucapan perempuan di sebelahnya itu. "Maaf (Name)-san, tapi aku sedang mengkhawatirkan seseorang."

Telapak tangannya yang sedari tadi sudah basah karena keringatnya mengepal erat hingga urat-urat di tangannya terbentuk. Pandangannya tertuju kepada sosok Draken yang tengah berkelahi dengan pelipisnya yang bercucuran darah.

Dari sudut pandangannya, (Name) sudah mengerti jika Takemichi mengkhawatirkan Draken.

Nafas berat ia hembuskan perlahan. Lengan yukata miliknya ia lipat hingga sikut. Ikatan pada rambutnya ia eratkan, beserta dengan anak rambutnya ia rapihkan.

"Kau ingin menyelamatkannya kan?"

"Serahkan saja kepada ku," ucap (Name) dengan senyuman tipis terukir di wajahnya. Sementara Takemichi dibuat bungkam oleh ucapannya.

"Kau ingin menyelamatkan Draken dari seseorang yang bernama Kiyomasa bukan?" Ucap (Name) yang membuat Takemichi tertegun mendengarnya.

Pasalnya, bagaimana (Name) dapat menebak pikirannya dengan sangat mudah? Jangan ditanya lagi, karena ini sudah menjadi kebiasaan turun temurun dari keluarga (Name).

'Bisa-bisanya sosok seperti (Name)-san lebih mementingkan orang lain di banding dirinya yang lebih menderita menderita.'

'(Name)-san, sebenarnya kau adalah sosok yang paling berpengaruh terhadap Mikey-kun.'

'Disaat kepergian mu dunia Mikey-kun seakan-akan berubah menjadi gelap dan tiada cahaya yang bersinar dibandingkan dengan dirinya yang sekarang,' batin Takemichi ketika melihat (Name) yang begitu yakin dengan ucapannya.

"Tapi (Name)-san, apa kau yakin ingin melakukan hal itu?" Tanyanya. (Name) terdiam sejenak kemudian mengangguk kecil mengiyakan ucapannya.

"Yeah, aku tidak keberatan sedikit pun. Lagi pula hitung-hitung bermain setelah lamanya aku tidak berkelahi."

"Jika kau ingin membantu ku, kau bisa memberikan instruksi kepada ku sekarang juga. Tidak usah memikirkan jika nyawa ku akan dibawa pergi oleh malaikat sekalipun," tutur (Name) yang membuat Takemichi sedikit menatapnya horor.

𝐋𝐨𝐬𝐭 𝐋𝐢𝐠𝐡𝐭 : 𝐓𝐨𝐤𝐲𝐨 𝐑𝐞𝐯𝐞𝐧𝐠𝐞𝐫𝐬 [ 𝐄𝐍𝐃 ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang