Chapter 22 ☘️

818 123 10
                                    

Warning! Little bit NSFW!


~ℌ𝔞𝔭𝔭𝔶 ℜ𝔢𝔞𝔡𝔦𝔫𝔤~

Jarum jam perlahan-lahan mulai menunjukkan pukul tengah malam.

Namun (Name) masih berkutat dengan mesin jahitnya. Seluruh ruangan sudah gelap, sedangkan ruangan jahitnya masih menyala.

Meskipun lampu sudah menyala, tapi di bagian kiri depannya terdapat sebuah lampu khusus dirinya belajar agar semakin terang dan jelas penglihatannya terhadap jahitan di setiap bagian gaun.

Kantung mata menghitam, kacamata bertengger di matanya, serta rasa kantuk yang perlahan berperang dengan tubuhnya.

Tubuhnya memberikan kode agar (Name) segera tidur, mengistirahatkan diri dan menyuruhnya untuk melanjutkan kegiatan di esok hari.

Tubuhnya memang memerintahkannya begitu, tapi hatinya lebih menyuruhnya agar terus melakukan aktivitas menjahitnya.

"Emh...ayo...sebentar lagi..." Semangatnya agar tubuhnya mendukung aktivitasnya.

Sebelumnya, Baji sudah menyuruh (Name) agar langsung beristirahat ketika pulang dari rumah. Tapi (Name) membantah perintahnya dan lebih memilih untuk membereskan sebagian perkerjaannya.

"Akh!"

Tak sengaja, jari telunjuknya terkena jarum karena pandangannya yang kadang mengabur, kadang menjelas. Kepalanya pun ikut naik turun.

"Shhh..."

"Jangan sekarang..."

(Name) mengemut jari telunjuknya yang mengeluarkan cairan kental berwarna merah pekat.

Sementara jari jemari lainnya kembali berkerja. Agak susah menjahit dengan satu tangan, tetapi ia berusaha keras agar jahitannya tetap rapi dan tidak berantakan.

Ia sendiri tak masalah jika jarinya terluka. Karena ini sudah menjadi hal yang lumrah baginya semenjak kenal dengan dunia menjahit.

Tangannya beralih mengangkat gaun yang sudah ia jahit. Kemudian tubuhnya terangkat, kakinya melangkah menuju sudut ruangan yang disana terdapat beberapa manekin.

Jari jemari kemudian mulai memasukkan benang ke dalam jarum jahit. Kotak yang berisikan pernak pernik indah perlahan-lahan mulai menyusut karena (Name) mulai menempelkannya pada setiap inci gaun.

Menghela nafas lega. (Name) berteriak kesenangan di dalam hatinya. Tapi, sekaligus ia juga merasakan lelah dan juga teringat sesuatu.

"Ini baru satu pakaian yang ku jahit."

"Tapi..."

"Masih banyak yang harus ku kerjakan!"

(Name) tepar di atas karpet merah berbulu lembut. Lalu berguling-guling ke arah kanan dan kiri secara bergantian.

"Ittai!" Ia meringis ketika punggungnya seperti disengat listrik. Sangat sakit rasanya.

Pandangannya bergulir menatap jam yang sudah menunjukkan pukul setengah dua malam. Dan berarti, dirinya lumayan lama menjahit.

"Hah..."

"Besok aku harus berbelanja lagi dan juga..."

"Aku harus bersiap untuk malam harinya..." Ucapnya dengan desahan pelan diakhir kalimatnya.

Pandangannya sedikit demi sedikit mulai menggelap. Tubuhnya semakin lama melemah dan berakhir dengan dirinya yang tertidur di atas karpet.

Dari ambang pintu, terlihat sosok Baji yang tengah berdiri tegak. Pandangannya mengarah kepada (Name) yang tertidur pulas di karpet.

𝐋𝐨𝐬𝐭 𝐋𝐢𝐠𝐡𝐭 : 𝐓𝐨𝐤𝐲𝐨 𝐑𝐞𝐯𝐞𝐧𝐠𝐞𝐫𝐬 [ 𝐄𝐍𝐃 ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang