Chapter 27 ☘️

679 65 12
                                        

~ℌ𝔞𝔭𝔭𝔶 ℜ𝔢𝔞𝔡𝔦𝔫𝔤~

(Name) berjalan dengan lemahnya menuju pinggiran taman. Satu persatu tanaman disekitarnya ia cabut dan lempar tak beraturan.

Ia mendengus kesal lantaran mengingat ucapan kakaknya di pagi hari yang membahas perkerjaannya dan membuat otaknya panas di pagi hari. Kakak laki-lakinya yang satu ini memang tak memiliki hati jika bersangkutan dengan perkerjaannya.

Memang dirinya yang menjadi pewaris perusahaan ayahnya itu dan ini adalah urusannya dan ini haknya, jadi harusnya kakaknya tidak mengurusinya.

(Name) sempat lelah menghadapi sosok kakaknya yang kadang keras kepala ketika menyangkut soal perkerjaannya. Ingin sekali ia membantahnya tapi apa daya, jika kakaknya marah, mirip sekali dengan kompor 20 sumbu.

"Huaaa! Aku lelah dengan ini semua!" (Name) berteriak sekencang mungkin, meluapkan emosinya lewat suaranya. Untung saja taman sudah sepi, jadi ia tak akan ragu ingin berteriak sekencang mungkin.

Tanpa rasa ragu, (Name) membanting tubuhnya ke tanah dan berguling-guling hingga kepalanya pusing dan pandangannya berputar-putar bak komedi putar.

Puas dengan kegabutannya yang berguling-guling, (Name) dengan bodohnya berdiri, tapi nasibnya tak begitu beruntung sekarang. Tubuhnya tiba-tiba oleng ke samping dan mengenai batang pohon, terlebih lagi kepalanya yang terkena terlebih dulu.

"Astaga...kenapa kesialan selalu datang pada ku..." ucap (Name) merutuki kesialannya pada hari ini. Dari awal bangun tidur saja sudah ada banyak kesialan menimpanya. Mulai jatuh dari kasur, terpeleset di tangga, lalu jatuh ke bak mandi dan lainnya.

Lupakan.

Sebuah tangan terulur menariknya. Setelah menjelaskan pandangan, ia dapat melihat teman perempuannya, Aoi berdiri di depannya.

"Kau jatuh (Name)," ujar Aoi duduk di sebelahnya, begitu juga dengannya. Aoi menjulurkan tangannya yang terdapat sebotol ramune kesukaannya dan (Name).

(Name) meraihnya dan mulai berusaha untuk menekan bagian penutupnya dan berhasil membuat masuk ke dalam, tapi sialnya ia terkena cipratan soda dari minumannya.

Aoi yang melihatnya tertawa lepas. Wajah (Name) sekarang basah dan dipenuhi dengan busa dari soda ramunenya.

"Sial bet sih gua hari ini," ucap (Name) menyenderkan kepalanya di bahu Aoi sembari meneguk ramune miliknya.

Selanjutnya, tanpa sadar (Name) terus mengoceh tentang kesialannya hari ini, bahkan tentang kakaknya yang membicarakan tentang perkerjaannya ikut ia katakan.

Aoi menyimak penjelasan panjang lebarnya dan tak ada niatan untuk memotongnya. Toh, biarkan saja, temannya sedang meluapkan apa yang ia rasakan padanya.

Hal ini bukanlah hal yang aneh, tapi hal yang wajar, karena temannya itu terkadang butuh sandaran untuk beristirahat dari depresinya dan ia selalu ada jika (Name) berada di dalam fase tersebut.

"Masih bertengkar dengan kakak mu (Name)?" Tanya Aoi ketika temannya itu sudah berhenti bicara.

(Name) menggeleng. "Tidak, hanya masalahnya yang bertambah Aoi."

"Kakak ku terus mempermasalahkan perusahaan ayah ku yang sekarang di pegang olehnya dan siap untuk diwariskan kepada ku," jawab (Name) masih dengan wajah lelahnya.

Lawan bicaranya merespon dengan tawaan kecil dan elusan lembut di kepalanya. Aoi berharap yang ia lakukan dapat mengurangi stresnya pikiran (Name) dan juga agar (Name) merasa tenang.

Ia tahu bagaimana beratnya menjalani hidup seperti (Name), karena di umur yang lumayan masih terbilang sangat kecil, kedua orang tuanya meninggal. Lalu ada kakaknya yang sementara waktu pergi keluar negeri untuk mengurusi beberapa perkerjaan keluarganya dan harus membuatnya hidup mandiri mulai dari kelas 6 SD.

𝐋𝐨𝐬𝐭 𝐋𝐢𝐠𝐡𝐭 : 𝐓𝐨𝐤𝐲𝐨 𝐑𝐞𝐯𝐞𝐧𝐠𝐞𝐫𝐬 [ 𝐄𝐍𝐃 ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang