Chapter 16 ☘️

1.1K 158 12
                                    

~ℌ𝔞𝔭𝔭𝔶 ℜ𝔢𝔞𝔡𝔦𝔫𝔤~

Berdiri tegak berdiam diri menatap langit malam bertaburan ribuan bintang. Gemerlap malam seakan tersamarkan dengan cahaya bulan yang menerangi penjuru kota.

Dia (Name). Dirinya tengah berdiri di jendela. Angin malam sebenarnya tak baik bagi tubuhnya saat ini yang masih lemah, tapi dirinya yakin jika angin takkan membuatnya semakin parah.

Ia sempat menolak untuk duduk di kursi roda, lantaran tubuhnya sudah terlalu lelah duduk terus menerus.

"Rey, apa Ethan sudah tidur?"

Sosok di belakang dirinya mengalihkan pandangannya, menatap kearah dirinya yang berjalan mendekatinya.

"Ethan sudah tertidur. Sebentar lagi nii-chan akan datang kemari untuk mengambil Ethan," jawabnya. Sedangkan (Name) ber-oh menanggapinya.

"Berarti Ryuchi-nii pengunjung terakhir," gumamnya yang sedikit merasa senang menebak hal tersebut. Pasalnya (Name) sudah lelah melayani satu persatu orang yang datang menjenguknya.

Mulai dari guru, teman-temannya, bahkan anggota Touman yang sering ia ketahui sebagai petingginya. (Name) menglelah. Mulutnya dibuat ikut lelah karena terus diajak berbicara.

Hah, sangat membuatnya malas.

Tapi, harapan itu pupus begitu saja ketika pintu ruangannya terbuka dan menampilkan sosok perempuan sepantaran dengannya. Surai cokelat tuanya diikat ekor kuda, serta netra hijau zamrud miliknya yang begitu jernih ketika ditatap.

"Moshi-Moshi (Name)." Gadis itu berucap sembari menampilkan senyuman lebarnya.

Huft- untung saja Aoi yang datang dan bukan yang lainnya. Ia sangat beruntung jika yang datang adalah Aoi dan bukan yang lainnya.

"Ini, ku bawakan makanan kesukaan mu dan juga seri manga anime favorit mu." Aoi menyodorkan dua kantung plastik putih dan (Name), menerimanya dengan senang hati.

"Arigatou..." Ucapnya membuka isi dari kantung plastik tersebut dan benar saja, ada bakpao isi kacang serta mochi kesukaannya semenjak kecil. Lalu kantung plastik satunya berisikan beberapa buku seri manga anime favoritnya.

"Cepat sembuh! Aku selalu menunggu berkelahi lagi dengan mu (Name)!"

(Name) terkekeh mendengar permintaannya. Bukan Aoi namanya jika satu hari tanpa bertarung, bahkan saat baru menjalani masa pertemanan, (Name) dan Aoi selalu terlibat dalam berbagai hal pertarungan.

"Tentu saja. Kau pun jangan lupa mengasah teknik bertarung mu. Jangan sampai teknik bertarung mu terkalahkan oleh ku," ujar (Name) yang dibalas tawaan oleh Aoi.

"Aku tidak akan pernah menang melawan mu (Name). Kau itu berbeda jauh dengan ku. Seseorang yang berwujud seperti malaikati tapi berhati iblis itu bukan tandingan ku." Aoi sukses membuat (Name) menatapnya dirinya yang berjalan mendekati kursi di sebelahnya.

"Kau masih mengingat perkataan itu?" Alisnya naik ke atas.

"Aku masih mengingat nya (Name). Seorang iblis berwujud malaikat, itulah yang orang-orang kenal tentang dirimu," ucap Aoi yang mengingat panggilannya pada masa itu.

"Sudah lama bukan, aku tidak di panggil dengan sebutan itu?" (Name) beralih menatap Aoi dan duduk di kasur di sebelahnya.

"Yah...semenjak kau menghilang dan pensiun dari dunia berandalan, panggilan itu lenyap begitu saja." Aoi meraih telapak tangan milik (Name), menggenggamnya erat.

"Maka dari itu, tolong (Name)..."

"Kembalilah seperti dulu," pinta Aoi menatapnya dengan penuh keyakinan.

𝐋𝐨𝐬𝐭 𝐋𝐢𝐠𝐡𝐭 : 𝐓𝐨𝐤𝐲𝐨 𝐑𝐞𝐯𝐞𝐧𝐠𝐞𝐫𝐬 [ 𝐄𝐍𝐃 ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang