Chapter 14 ☘️

1.3K 197 36
                                    

Jangan lupa vote and komen nya.
Silahkan keluarkan perasaan lewat komenan kalian. Insyaallah jika author ada waktu, author akan jawab komentar kalian 😁

~ℌ𝔞𝔭𝔭𝔶 ℜ𝔢𝔞𝔡𝔦𝔫𝔤~

Cahaya putih nan terang menelusup masuk ke indera penglihatannya. Membangunkan sang empu yang tengah terbaring di sebuah ranjang.

Pemandangan serba putih mengelilinginya. (Name) yang masih linglung dengan tempat yang ia singgahi, lantas membuatnya mengangkat tubuh mungilnya untuk mengambil posisi duduk.

Namun, sebuah benda dapat ia rasakan tersimpan di bagian perutnya dan membuatnya tak bisa bergerak.

Pandangannya lalu bergulir menatap kearah tangannya yang terdapat sebuah jarum infus yang menempel di punggung tangannya dan juga pakaian yang ia kenakan sangat berbeda dengan sebelumnya.

Tak salah lagi jika sekarang dirinya tengah berada di rumah sakit. Entah apa yang telah terjadi padanya. Ia tak mengingat kejadian sebelumnya.

Apa dia mati? Atau mungkin hal lainnya yang membuatnya masuk rumah sakit? Entahlah, dia tak mengingat apapun.

(Name) menggelengkan kepalanya. Berniat menghilangkan pikiran negatif tentangnya dan beralih mengelus surai hitam lembut yang dapat ia tebak jika itu adalah Rey, adiknya.

"Onee-chan?"

Suara kecil memanggilnya dengan lembut, membuatnya menoleh untuk menatap wajah khas bangun tidur Rey. Rambut hitamnya sedikit berantakan, lalu mata yang sembab akibat menangis?

"Rey?"

"Kau menangis?"

Kedua telapak tangannya menangkup wajah milik Rey dan dengan lembut dirinya mengelus kantung matanya yang sedikit menghitam.

Senyuman tipis khasnya mengembang diwajahnya. Kedua lengannya ia rentangkan. Rey yang paham akan isyarat yang diberikan oleh kakaknya dengan sigap memeluknya erat.

"Onee-chan..."

Bulir-bulir bening perlahan menetes membasahi pipi serta pakaian yang kenakan oleh kakaknya. Samar-samar terlihat bayangan wajah kakaknya yang tengah tersenyum lembut dihadapannya, beserta wajah kakaknya di masa depan.

Senyuman yang membuat hati siapapun menghangat. Sentuhan lembut yang memabukkan serta pelukan hangat itu—

—Sirna. Semua hal yang membuatnya nyaman duduk di bangku dunia bersama kakaknya, sirna begitu saja. Kehidupan kakaknya di masa depan bertolak belakang dengan di masa saat ini.

Hey Rey, kau tahu cahaya bulan di atas sana?

Sudah ku katakan jangan tidur terlalu larut

Jangan terlalu memaksakan diri Rey

Bak seperti sebuah buku harian. Lembar demi lembar kertas terbuka menampilkan memori hari-hari sebelum sosok malaikat dihadapannya pergi untuk mengistirahatkan tubuhnya yang telah menyelesaikan rasa sakitnya selama di muka bumi.

Semua rasa sakit, penderitaan, beban hidupnya sudah pergi, beralih meninggalkan luka yang amat dalam di hatinya. Menorehkan kembali sebuah luka besar di lubuk hatinya setelah kakak laki-lakinya, Ryuchi, lalu malaikat dihadapannya ikut menyusul ke tempat kakaknya.

Kau lihat bulan di atas sana?

Indah bukan?

Rasa sesak di dadanya seakan mewakili perasaannya saat ini. Kekhawatiran dirinya terhadap sosok (Name) bukan hanya sekedar secuil hidupnya, tapi seluruh hidupnya. Bahkan nyawanya pun siap ia korbankan demi kakaknya.

𝐋𝐨𝐬𝐭 𝐋𝐢𝐠𝐡𝐭 : 𝐓𝐨𝐤𝐲𝐨 𝐑𝐞𝐯𝐞𝐧𝐠𝐞𝐫𝐬 [ 𝐄𝐍𝐃 ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang