part.29

1.1K 134 11
                                    

"perempuan harus menjadi mawar, yang dimana
dikelilingi oleh duri-duri, dan duri-duri itu tidak lain adalah menjaga rasa malunya sekaligus menjaga kesuciannya.

-Adiba.Ayundia

"Adiba masuk".ucap Daffin, dan berlalu meninggalkan Adiba yang masih setia berdiri didepan ambang pintu.

Adiba yang mendengar nada suruh Daffin, seketika merasa gugup, dan pastinya ia takut akan ada perdebatan lagi di antara mereka berdua.

Hufs...

"Bismillah, Insya Allah gak ada apa-apa".gumam Adiba dalam hati, sambil menutup pintu.

"Iya ada apa bang?".tanya Adiba sambil mendudukkan tubuhnya di sofa.

"Ngapain Ahmad kesini?".tanya Daffin dengan nada dingin.

"Kan kak Ahmad udah jelassin tadi, kalau kak Ahmad nganterin titipan Ummi".jelas Adiba dengan lemah lembut.

"Sejak kapan Ahmad kenal Ummi?".tanya Daffin seperti orang mengklarifikasi.

"Sejak kak Ahmad sebelum masuk Islam".

"Berarti kalian udah kenal dari dulu?".

"Iya bang".

"Oke kali ini Abang percaya, tapi inget ya Humaira,  kalau Sampek Abang liat kamu sama Ahmad berlebihan, maka jangan harap Abang maafin kamu".ucap Daffin.

"M-maksudnya berlebihan?".

"Ya bisa aja kan kamu diam-diam ketemuan sama Ahmad, atau gak jalan bareng sama dia, disaat Abang pergi ngajar".jelasa Daffin.

Deg...

Adiba yang mendengar ucapan Daffin seketika merasa hatinya teriris, bahkan Daffin menuduhnya yang enggak-enggak.

"Astagfirullah, kenapa Abang mikir begitu?".ucap Adiba dengan tertunduk.

"Abang hanya nebak, bukan nuduh kamu".ucap Daffin dan berlalu meninggalkan Adiba.

"Sabar Dib, you can definitely go through all these trials".gumam Adiba sambil mengusap-usap Dadanya dengan kelembutan.

Setelah selesai dengan perdebatan yang dimana tidak terlalu besar, akhirnya Adiba memutuskan untuk meneruskan aktifitasnya yang sempat terhenti, yaitu menyajikan makan malam.

Setelah selesai makan malam, dan Adiba juga sudah selesai menunaikan solat isya, akhirnya dia melanjutkan untuk menyetor hafalannya dengan Daffin.

"Abang".panggil Adiba kepada Daffin yang sedang membaca kitab kuning di ruang tamu.

"Hem".jawab Daffin dengan deheman, namun tatapannya masih fokus dengan kitab kuning yang ada ditangannya.

"Adiba mau nyetor hafalan boleh?".

"Mana!".jawab Daffin sambil meletakkan kitabnya di atas meja.

Adiba yang mendengar respon Daffin seketika tersenyum lebar, walaupun Daffin meresponnya dengan nada dingin, tapi semua itu Adiba maklumi, karena bagaimanapun itu sudah termasuk sifat bawaan Daffin.

Adiba Ayundia (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang