Part.38

1K 119 17
                                    

"Adiba tunggu, Adiba tunggu".panggil seseorang sambil menghampiri Adiba.

Adiba yang merasa di panggil sontak menoleh kebelakang, dan ternyata yang memanggilnya adalah Daffin. Dengan cepat ia melanjutkan perjalanannya, ia belum siap harus bertatapan muka dengannya, apa lagi sampai berbincang-bincang.

"Adiba tunggu Abang".ulang Daffin.

Namun nihil, Adiba tetap tidak menghiraukan panggilan tersebut, malahan ia menangis karena rasa sakit yang diberikan oleh Daffin belum pulih.

"Adiba".panggil Ahmad dengan muka datar,"itu Daffin manggilin kamu lho, masa malah Lo tinggal pergi sih?".sambung Ahmad.

"Gak papa, lagian juga pasti gak penting".balas Adiba.

"Gak usah so'tak, lagian Lo tau dari mana kalau gak penting ha?".

"Udah ah Adiba gak mau bahas soal ini, Adiba pamit dulu. Takut Ummi udah nungguin belanjaan Adiba, Wassalamualaikum".elak Adiba dan berlalu meninggalkan Ahmad.namun baru beberapa langkah, dengan sigap Ahmad menarik ujung belakang Khimar milik Adiba, sehingga membuat Adiba kesulitan melanjutkan langkahnya.

"Dia itu suami Lo, dan Lo tau kan kalau kunci Surga Lo sekarang sudah beralih diatas keridhoannya?, Jadi jangan cari masalah sama dia, dengan Lo cuekin dia apa lagi bikin dia marah. Maka ingat neraka ancaman untuk Lo".ancam Ahmad.

Deg....

Adiba yang mendengar penuturan Ahmad seketika merasa tertampar, dan apa yang barusan Ahmad bilang kepadanya sangat benar.

"Sekarang Lo samperin dia, siapa tau ada hal penting yang mau dibicarain sama Lo. Dan kalau udah selesai urusan Lo sama Daffin, datang aja ke parkiran Gue tunggu disana, dan jangan coba-coba pulang sendiri, karena sama aja Gue cari gara-gara sama Mama".sambung Ahmad dan berlalu meninggalkan Adiba yang masih terpatung.

Beberapa detik kemudian tiba-tiba Daffin sudah berada di dibelakang Adiba, yang kini ia rasakan adalah takut untuk mengucapkan salam kepada Adiba, dan tiba-tiba ia ingin mengurungkan niatnya untuk menyapa Adiba. Namun baru saja ia ingin membalikkan badannya tiba-tiba terdengar ucapan salam dari Adiba, karena ia sudah mengetahui bahwa Daffin sedang berada di belakangnya.

"Assalamualaikum bang".ucap Adiba.

Deg....

Daffin yang mendengar salam tersebut sepontan ia merasa kaget, "Waalaikumsalam warohmatullohi wabarokatu".balas Daffin.

"Maaf kalau Abang ganggu waktu kamu, dan pastinya kamu masih kecew-".

"Langsung ke inti saja bang, Adiba lagi gak mau bahas soal rumah tangga kita".potong Adiba dengan kepala tertunduk.

"B-baik!. Ini Abang mau ngasi beberapa jatah uang bulanan untuk kamu, dan maaf apa bila tidak banyak. Dan uang itu terserah buat apa yang kamu ingin beli, asal bermanfaat untuk kamu".sambung Daffin sambil mengelus amplop coklat dari saku baju kokonya.

"Tapi sebelumnya maaf bang, lebih baik Abang berikan kepada orang yang lebih membutuhkan saja. Dan selama ini Adiba juga kebutuhannya Alhamdulillah tercukupi".balas Adiba sambil mendorong amplop coklat tersebut secara perlahan-lahan.

"Kalau soal itu Abang sudah menyisihkan sendiri, namun soal hak istri maka tetap hak istri Dib, maka Abang minta tolong untuk terima uang ini".ucap Daffin dengan muka memelas.

"T-tap-".

Bruk...

Dengan sepontan Daffin menarik tangan Adiba kedalam dekapannya, ia sudah tidak bisa menahan rasa rindu yang selama ini ia tahan, selama Ia ingin bertemu dengan Adiba, selalu terhalang oleh Abah mertuanya.

Adiba Ayundia (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang