Part.17

1.3K 129 3
                                    

"Tak seharusnya kita ragu perihal takdir
sebab selembar daun pun sudah Allah atur
jatuh kapan dan dimana".


Dengan tubuh yang lemas dan mata sebam, Adiba berusaha bangkit dari keterpurukannya,karena baginya berlama-lama menangis pun tidak akan menyelesaikan masalahnya.

Kini Adiba sedang berada di dalam Taxi,ia hanya bisa diam dan dalam keadaan tatapannya kosong sambil melihat jalanan. namun ia tidak pernah lepas dari doa serta sholawat,ia hanya bisa serahkan semuanya kepada Allah SWT.

"Mbak sudah sampai".ucap sopir Taxi  yang membuyarkan lamunan Adiba.

Adiba yang mendengar panggilan dari tukang Taxi, seketika dibuat kaget dan dengan cepat ia memberikan selembar uang kepada sopir Taxi.

"Ini pak".

"Terimakasih mbak".

"Iya sama-sama pak".balas Adiba dengan senyum ramah di balik cadarnya dan berlalu menuju rumah sakit.

Dan tanpa menunggu lama Adiba secepat mungkin menuju tempat Administrasi untuk menanyakan ruang yang ditempati oleh suaminya.

"Permisi mbak, saya mau bertanya dimana ruang inap atas nama Daffin Faaz Ilman?".tanya Adiba dengan raut khawatir.

"Sebentar saya cek dulu-ya".balas penjaga Administrasi.

Tidak lama kemudian penjaga Administrasi pun memberi tau Adiba ruang inap Daffin.

"Atas nama Daffin Faaz Ilman sedang di rawat diruang inap no 18 Mbak".ucap Penjaga Administrasi.

"Owh baik, terimakasih".ucap Adiba dan bergegas menuju ruangan.

Namun sesampai ruang inap Daffin Adiba melihat seorang wanita paruh baya keluar dari ruang tersebut,secepat mungkin Adiba memanggil wanita tersebut.

"D-Dok m-maaf saya mau tanya bagaimana keadaan suami saya?".tanya Adiba dengan nada gugup.

"Apa kah anda keluarga dari pasein".tanya Dokter tersebut.

"I-iya saya istrinya".

"Baik saya akan memberi tau, mari keruangan saya".ajak dokter tersebut menuju ruangannya.

Sesampai di ruangan yang dimana serba putih yang dipenuhi alat-alat medis yang tersusun rapi.

"Jadi begini Mbak,suami Mbak saat Ini sedang dalam keadaan koma,dan kami dari pihak rumah sakit belum bisa memberi tau kapan pasien bisa siuman kembali".jelas Dokter tersebut kepada Adiba.

Deg......

Seketika bulir bening meluncur kearah pipi Adiba sehingga membuat cadarnya basah, ia sangat terpukul dan sekaligus tak rela apa bila kehilangan sosok Daffin.

"S-saya mohon dok,selamatkan suami s-saya".ucap Adiba dengan isakan.

"Insyaallah kami akan berusaha sebisa mungkin untuk menyelamatkan suami Mbak,karena itu sudah sebagian tugas kami".balas sang dokter.

"Kalau boleh tau,apa kah boleh saya melihat suami saya?".

"Iya boleh Mbak, silahkan!".balas seorang dokter sambil mempersilakan Adiba untuk menemui Daffin.

Adiba Ayundia (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang