Part.50

759 63 2
                                    

Satu minggu pun berlalu, dan besok tepat jam sembilan pagi ia harus hadir di pertengahan kedua sahabatnya yang akan menjalin ikatan halal yang halal, antara yakin dan. Karena kita tidak tau kapan jodoh kita datang, dan jodoh yang adaa difikiran kita saat ini adalah sosok manusia yang akan meminang kita, bahkan sosok tersebut adalah sosok yang selama ini kita impikan, namun kita salah.Bahwasanya, jodoh kita bisa saja ajal, karena ia juga bisa datang kapan saja sesuai catatan dilauh mahfuds.

Kring...kring.

"Hallo, maaf ini siapa ya?".tanya Adiba kepada orang yang sedang terhubung dengan dirinya di telfon.

"Dib ini Gue, kak Ahmad".balas Ahmad.

"Kak Ahmad, knp telfon Adiba malam-malam begin-".

"Dib, Lo bisa turun nggak?, Gue mau ngomong penting sama Lo!".potong Ahmad dengan nada serius.

"Turun kemana?".tanya Adiba dengan raut kebingungan.

"Depan teras rumas Lo".

"Kakak ngapain disit-".

"Udah buruan nggak usah banyak cingcong".potong Ahmad.

Adiba, yang dari tadi ucapannya dipotong oleh Ahmad sedikit merasa kesal, sekaligus ia juga merasa bingung dengan Ahmad, yang secara tiba-tiba kerumahnya, dan ia pun sudah menunggu Adiba tepat didepan terasnya, Adiba pun memencet bel rumah yang di mana pertanda ia membutuhkan bantuan orang rumah untuk menuruni tangga, dan akhirnyba beberapa menit kemudian, kini Adiba sudah berada di teras, dan benar disana sudah memperlihatkan sosok Ahmad yang tengah duduk bersandar di motor ninja kesayanganya.

"Dib".panggil Ahmad sambil berdiri dari posisi duduknya.

"Iya ada apa kak, kakak kenapa malam-malam kesini, bukanya besok acara kakak buat ijab qobul?".tanya Adiba secara sepontan dengan sekali nafas.

"Iya-iya Gue tau Dib".sahut Ahmad dengan nada memelas.

"Kalau tau, kenapa kakak malah keluyuran malam-malam begini. Kan kalau ada hal penting yang mau diomongin sama Adiba bisa besok bukan, toh juga besok ketemu Adiba".sambung Adiba dengan nada kesal.

Ahmad yang mendengarkan omelan Adiba hanya bisa membisu, dan sambil tersenyum-senyum sendiri belagaknya orang yang sedang kesurupan, karena bagaimana pun, ia sudah lama tidak mendengar omelan dari mulut Adiba.

"Belum tentu kita besok bisa ketemu Dib".sahut Ahmad dengan nada santai.

"Kata siapa, Adiba besok datang kok".

"Bisa aja Lo nggak bisa datang karena ada kendala!!".sambung Ahmad.

"Iya juga sih, tapi Adiba berharap Adiba bisa datang diacara ijab qobul kakak titik".

"Ckk, serah Lo dah".gumam Ahmad sambil berdecak.

"Kakak emang mau ngomong apa, kalau nggak jadi ya udah sana buruan pulang terus istirahat_".

"Ini".potong Ahmad sambil memberikan satu buket bunga dan ia letakan tepat ditangan Adiba.

"Ini apa lagi?".tanya Adiba sambil memegang buket bunga tersebut.

"Bunga Dib".sahut Ahmad,"Gue titip sama Lo ya, dan inget Lo besok harus bawa itu bunga".sambung Ahmad.

"Kenapa harus dititipkan ke Adiba?, kenapa nggak kakak aja yang bawa?".sahut Adiba yang merasa aneh dengan tingkah Ahmad.

"Gue kesini, bawa motor Dib. Gue takut aja nanti itu bunga malah rusak, jadi nggak ada penolakan Lo harus jaga tu bunga dan bawa besok".jelas Ahmad.

"Iya-iya, ya udah sana pulan_".

"Dib, Gue minta maaf ya kalau ada salah sengaja atau tidak sengaja yang selama ini yang Gue lakuin sama Lo, Lo harus janji buat berjuang dan jangan menyerah sampai keponakan Gue lahir dengan selamat, izinkan dia melihat indahnya dunia ini oke, Lo harus jaga diri baik-baik. sesuai janji Gue, Gue bakalan tetap jenggukin Lo, bahkan nanti kalau keponakan Gue udah lahir Gue malah sering main kerumah ini".potong Ahmad, yang secara tiba-tiba mengubah topik pembicara-an, namun sisi lain Adiba yang mendengarkannya, merasa ikut sedih.

"Iya kak, Adiba udah maaf-fin kok. Dan terima kasih sudah menjadi sosok Abang yang baik bagi Adiba dan keluarga Adiba".ucap Adiba.

"Makasih, ya sudah Lo masuk gih. Setelah Lo masuk baru Gue pulang".

"Ya udah Adiba masuknya, hati-hati dijalan".

"Dib, disitu ada surat jangan lupa baca ya besok".teriak Ahmad.

Adiba, yang mendengar ucapan Ahmad hanya bisa tersenyum simpul, dan ia berfikir apakah ia lupa bahwa dirinya tidak dapat melihat, namun Adiba tidak mengambil masalah hal tersebut.

Bulan pun bersinar, damn langit dipenuhi dengan pernak-pernik yaitu bintang, dan ditambah lagi rintikan hujan yang sedang melaksakan tugasnya dari Allah untuk membasahi bumi ini, dan kini Adiba sedang menikmati suasana tersebut sehingga membuat ia terlelap tidur.

"Adiba, ayok bangun".ucap seseorang sambil membangunkan Adiba secara perlahan-lahan.

Adiba yang merasa terusik dengan suara bangunan tersebut, akhirnya ia memutuskan untuk bangun. Dan ternyata orang yang sedang membangunkanya adalah Umminya.

"Ummi, ada apa kok bangunin Adiba?, bukannya ini masih malam?".tanya Adiba sambil mengumpulkan nyawanya.

"I-iya sayang, kita harus pergi kerumah sakit".jawab Ani sambil terisak.

Deg....

"Rumah sakit?, siapa yang sakit Ummi?".tanya Adiba dengan khawatir.

"Kak Ahmad kecelaka-an sayang".sahut Ani sambil terisak, karena ia sudah tidak sanggup membendung air matanya.

Deg....

Dengan seketika, Adiba hanya dapat membisu bahkan ia tidak pernah menyangka bahwa orang yang beberapa jam tadi menemuinya, namun kini sedang terbaring diatas brankar, ia hanya bisa terisak sambil meremas ujung khimarnya, namun seketika ingatanya teringat dengan sosok sahabatnya yang pastinya sedang terpukul dengan kabar calon suaminya yang sedang dalam keadaan musibah, dan cepat ai mengajak Umminya uuntuk pergi kerumah sakit, karena bagaimana pun ia harus ada disamping sahabatnya dan ia juga harus menjadi penguatsekaligus sandaran untuk sahabatnya itu.

Beberapa jam kemudian, kini Adiba serta kedua orang tuanya sudah sampai di rumah sakit, daan pastinya dengan cepat ia menuju ruang ICU yang dimana, tempat Ahmad sedang ditangani oleh dorter.

"Adibaa".panggil seseorang sambil menghamburkan pelukannya ke arah Adiba, dan ia sudah tau bahwa orang tersebut adalah Asma, dengan cepat ia membalas pelukan Asma, dan ia harus kuat ia tidak boleh terlihat lemah apalagi ikut lemah bersamanya."A-Adiba Kak Ahmad".sambung Asma dengan nada terisak.

"I--ya As, kita doin untuk kebaikan kak Ahmad oke, kita nggak perlu berfikir yang aneh-aneh untuk kak Ahmad, kita serahkan semuanya kepada Allah biar ia yang mengatur takdir kak Ahmad"sahut Adiba sambil membelai punggung sahabatnya itu.

Ceklek.

B E R S A M B U N G

Mohon kuatkan mental kalian oke, author mohon maaf kalau buat kalian mellow😶

mohon doin buat Kak Ahmad ya temen-temen😫

Adiba Ayundia (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang