Part.46

713 69 0
                                    

"Adiba".panggil Ani sambil menaiki anak tangga untuk menuju kamar putri semata wayangnya tersebut. sesampai didepan kamar Adiba dengan segera Ani membuka pintu kamar Adiba dan saat pintu terbuka tiba-tiba memperlihatkan Adiba yang sedang melipat mukena, dan Ani yang sudah mengetahui kebiasaan Adiba di jam 10:30 WIB, seketika mulutnya menerbitkan sebuah senyuman pertanda ia sangat bangga terhadap Adiba.

"Assalamualaikum"ucap Ani sambil menghampiri Adiba.

"Waalaikumsallam, apa itu Ummi?."balas Adiba, sambil memastikan bahwa orang yang masuk kedalam kamarnya adalah umminya.

"Iya ini sayang".balas Ani sambil mengusap-usap pipi cabi milik Adiba.

"Owh Ummi, kenapa Ummi nggak ketuk pintu dulu, kalua Ummi ketuk pintukan pastinya Adiba nggak akan tanya seperti tadi, karena Ummi taukan Adiba sekarang mengalami tu-".

"Nggak papa sayang, karena Ummi tau kalau jam segini pasti kamu lagi sholat dhuha bukan?."potong Ani, sekaligus ia menghindari ucapan Adiba yang akan ia lontarkan kepadanya, karena bagi dirinya seburuk apapun keadaan Adiba bahwa cinta dan kasih sayangnya tidak akan pernah luntur sedikit pun, karena baginya memiliki anak seperti Adiba adalah sebuah keberuntungan yang tak ternilai.

"Owh iya, sekalian Ummi mau pamit. Ummi mau keluar sebentar sekaligus belanja bulanan, dan pastinya sekalian beli susu untuk kamu biar calon cucu Ummi yang ada diperut kamu sehat dan bugar".ucap Ani sambil mengelus-ngelus perut buncit Adiba.

"Heheh Ummi mah bisa aja, owh iya Adiba boleh nggak ikut Ummi belanja bulanan?".

"Emm,,bagaimana ya. Bukanya Ummi ngelarang, tapi lebih baik kamu dirumah aja, dan lagian usia kandungan kamu sudah memasuki 8 bulan jadi nggak boleh terlalu kecapean. Dan Ummi juga nggak mau terjadi sesuatu sama calon cucu Ummi sekaligus kamu".tolak Ani secara lemah lembut, agar ia tidak menyakiti perasaan Adiba.

Adiba yang mendapatkan penolakan secara halus dengan seketika ia menurut dengan perkataan Umminya, dan sekaligus bukan saatnya lagi ia harus bersifat kekanak-kanakan ataupun keras kepala karena baginya pemikiran seperti itu bukan lagi ada pada dirinya, karena lagi pula sebentar lagi ia akan menjadi seorang ibu dari malaikat kecil yang sedang ia kandung sekarang.

"Baik Ummi, tapi Ummi harus ingat kalua Ummi butuh bantuan jangan lupa hubungi Adiba, pasti Adiba datang untuk Ummi".balas Adiba.

"Iya sayang, Insya Allah nanti bakalan langsung kabari kamu, dan ingat kamu jangan sekali-kali turun tangga dalam keadaan sendirian dan Ummi nggak mau kamu kecapean, jadi sekarang tugas kamu cukup istirahat dan menjaga kesehatan buat buah hati kamu, faham?".pesan Ani kepada Adiba , karena diposisi lain ia sangat berat meninggalkan Adiba dirumah dalam keadaan sendirian, namu diposisi lain ia harus belanja bulanan karena jika tidak pastinya keluarganya siang sekaligus malam nanti tidak dapat makan.

"Ya udah Ummi pergi dulunya, ingat pesan Ummi. Assalamualaikum".pamit Ani dan berlalu meninggalkan Adiba didalam kamarnya.

"Waalaikumsallam warohmatullohi wabarokatu".balas Adiba dan beralih menyalakan murotal untuk mendengarkan cuplikan tausiah dari beberapa ustadz favoritnya.

Dan berselang beberapa jam kemudian kini Ani sudah sampai disebuah toko suwalayan dan tepatnya adalah indomaret, namun saat ia ingin membayar belanjaanya seketika ia dikejutkan dengan keteledoranya yang dimana lupa membawa dompet , dan diposisi lain ia kini merasa sangat bigung bahkan ia tidak tau harus meminta tolong dengan siapa, dan saat ia ingin menelfon Adiba namun sayangnya ia tidak memiliki kouta internet.

"Jadi semua totalnya lima ratus lima puluh ribu Bu".ucap wanita penjaga kasir.

"A-anu Mbak , bisa tidak barang saya didimpan dulu, soalnya saya lupa membawa dompet".balas Ani dengan nada terbata-bata sekaligus badanya yang sudah berubah menjadi panas dingin.

Adiba Ayundia (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang