BAB 9 || First Beat (1)

1.2K 57 5
                                    

Haii hooo
Balik lagi dengan aku. Ini kelanjutan ceritanya ya

Selamat membaca

----

Andrea menopang dagunya sembari melihat ke arah luar jendela kamar Maxel. Rintikan hujan turun membasahi bumi pagi ini seperti menghipnotis Andrea untuk melihatnya. Hampir dua jam lamanya dia berada diposisi seperti itu.

Pikiran Andrea melayang mengingat bahwa dirinya belum menyelesaikan misinya. Dua bulan, Andrea terjebak dalam mension mewah Maxel dan selama itu pula ia belum bisa bergerak secara leluasa.

"Sial ini lebih sulit dari yang kubayangkan." Gumam Andrea sembari memijit keningnya.

Andrea tidak menyangka akan lebih sulit dari perkiraannya untuk bisa menangkap Maxel. Perlahan Andrea menghela napas kembali memikirkan cara apa yang harus ia buat untuk menjatuhkan lawannya.

"Sedang apa kau?" Tanya seseorang dari samping yang membuat Andrea terperanjat kaget.

Andrea berdecak kesal saat Maxel mengagetkan dirinya. Pria tersebut menjatuhkan tubuhnya di samping Andrea.

"Sudah puas kau mengurungku dikamar ini?" Ucap Andrea sinis untuk pria yang tengah memejamkan matanya.

Andrea kini sering terbangun di kamar Maxel dan saat dirinya membuka mata pastilah pria itu sudah tidak berada di sampingnya lagi. Namun yang paling Andrea tidak sukai adalah pria tersebut selalu menguncinya dari luar seperti tidak mengizinkan dirinya pergi dari sana.

Ingin rasanya dia menghantam wajah tampan tersebut. Tangan Andrea mengepal kuat bersiap untuk melayangkan tinjunya. Namun sebelum itu terjadi Maxel membuka suara terlebih dahulu.

"Berani kau memukulku bersiaplah untuk mendapatkan hukuman melalui tubuhmu Andrea!" Ucap Maxel masih dengan memejamkan matanya.

Tangan Andrea menggantung diudara saat mendengar perkataan Maxel. Ia berdecih paham akan maksud pria itu. Andrea paham perkataan tersebut mengarah ke mana. Terdengar suara tawa dari Maxel yang membuatnya memutar bola matanya malas.

Maxel berdiri dari duduknya dan mengulurkan tangannya untuk disambut Andrea. Dengan malas Andrea menerima uluran tangan tersebut. Maxel menuntun dirinya untuk berjalan ke sebuah dinding yang berada tidak jauh dari mereka.

"Ayolah kau mengajakku untuk melihat dinding ini?"

Maxel menyungging senyumnya dia tidak berkata apa-apa ingin melihat respon selanjutnya dari Andrea. Lagi, Andrea memutar bola matanya malas saat tidak mendapatkan jawaban dari Maxel. Namun sesaat kemudian Andrea terdiam sejenak langsung menganggukan kepalanya tanda mengerti.

"Respon mu sungguh lambat Andrea." Ucap Maxel dengan nada mengejeknya.

Tiba-tiba cahaya biru keluar dari lubang kecil yang berada di hadapan mereka. Sangat-sangat kecil sampai Andrea sulit menyadarinya. Cahaya itu mendeteksi keduanya tidak lebih tepatnya Maxel.

Dinding tersebut terbelah menjadi pintu masuk. Maxel mempersilahkan Andrea untuk masuk terlebih dahulu. Mereka berdua menuruni anak tangga yang jumlahnya cukup lumayan untuk sampai kesebuah ruang yang penuh dengan barang. Andrea sedikit terkejut saat melihat ruangan tersebut.

"Astaga ruangan ini..., bukankah sebuah ruangan paling rahasia yang ku cari!" Batin Andrea yang masih terdiam di tempat.

Andrea mengetahui bahwa ini pasti ruangan yang selama ini diincarnya. Ia memiliki insting yang hebat dalam mengalisis sesuatu dan jarang sekali meleset.

"Ruangan ini adalah ruangan rahasia  yang kumiliki di mension ini." Ujar Maxel sembari duduk disofa ruang tersebut.

Benar bukan tebakan Andrea?

The secret of darkness (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang