First Love | BAB 5

28.3K 2.3K 100
                                    

Palembang, 2014.

Seorang gadis duduk di sofa ruang keluarga rumahnya sambil memegang remote televisi.

Mata gadis itu tidak lepas dari layar televisi yang ada di hadapannya. Ah, lebih tepatnya, dari sesosok lelaki yang kini muncul di layar televisi tersebut.

Lelaki itu ... Galih Lesmana.

Melihat wajah penuh binar Galih, membuat Prisha merasa sedih. Karena, hal itu mengingatkannya akan kejadian yang sudah lalu.

Sesaat setelah Prisha menyatakan rasa sukanya pada Galih, lelaki itu berubah seratus delapan puluh derajat. Prisha seperti tidak mengenalnya lagi.

Galih menghindar dari Prisha sejak saat itu. Dia bukan lagi kakak laki-laki yang selalu bisa Prisha andalkan dan mintai bantuan.

Jika Prisha datang ke rumahnya, maka Galih akan masuk ke dalam kamar. Alhasil Prisha hanya akan bermain dengan si kecil, Gilang.

Hebatnya, Galih bisa menutupi masalah mereka dari bundanya dan orangtua Prisha. Seolah mereka tidak ada apa-apa. Seolah ia tidak sedang menghindari tetangganya sejak kecil itu.

Tidak sekali-dua kali Ayana bertanya kenapa Galih malah masuk ke kamar saat Prisha datang, namun lelaki itu selalu punya alasan yang tepat. Mengerjakan tugas, misalnya.

Puncaknya adalah beberapa bulan yang lalu saat Prisha baru saja naik ke kelas tiga SMP. Hari itu adalah hari pertama masuk sekolah lagi setelah libur kenaikan kelas, Prisha yang merasa kangen pun lansung mampir ke rumah Galih sepulang sekolahnya, tidak peduli lelaki itu menghindar.

Yang terpenting adalah ia melihat keberadaannya.

Namun, bukannya melihat keberadaannya, Prisha malah mendapat berita buruk dari Ayana.

Galih berangkat ke Jakarta.

Lelaki itu ditawari casting film oleh adik dari almarhum ayahnya yang bekerja sebagai seorang sutradara di sana.

Dengan alibi butuh wajah baru untuk film yang diangkat dari novel tersebut, adik dari almarhum ayahnya pun menawari Galih menjadi artisnya karena dia pikir lelaki itu punya bakat akting.

Mungkin, selain ingin membantu keuangan keluarga dan menjadi mandiri, karena kondisinya dengan Prisha juga lah Galih berangkat ke Jakarta.

Dan, minggu lalu, akhirnya film yang dibintangi oleh Galih rilis di bioskop. Masyarakat menyambut artis pendatang baru itu dengan senang hati. Penonton-nya mencapai satu jutaan di minggu pertama film tersebut liris mengingat film itu memang diangkat dari cerita novel best seller juga.

Prisha menerawang layar televisi di depannya. Pandangannya kosong ketika melihat Galih tersenyum lebar di sana sambil diwawancarai wartawan soal film-nya.

Prisha sudah lama tidak melihat senyum itu.

Senyum yang selalu berhasil menular padanya.

Kali ini, senyum itu juga menular pada Prisha. Namun, Prisha bukan menimbulkan senyum hangat pada bibirnya, melainkan senyum miris.

Prisha tahu sesuatu, meskipun dia sering terlihat polos, ia sudah menginjak masa remaja dan banyak temannya yang sudah menjalin hubungan percintaan masa remaja.

Jadi, dia tentu tahu kalau di balik beberapa kejadian ini adalah bentuk penolakan Galih terhadapnya.

"Kangen, ya?" Suara Edrea menginterupsi kekosongan Prisha.

First Love (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang