First Love | BAB 25

21.9K 1.7K 11
                                    

Kaila menatap Prisha yang sedang membereskan koper dengan tatapan sedih. Dia tidak rela teman paling polos yang pernah ia punya kembali ke Palembang lebih cepat dari prediksi mereka.

Di dekat mereka, Galih dan Dilan pun merasakan hal yang sama. Mereka semua tidak rela gadis itu kembali ke Palembang. Namun, mereka juga tidak bisa melakukan apa-apa.

"Sha, gagal dong rencana kita mau nonton bareng filmnya Kak Galih." Kaila membuka suara.

Sambil memasukkan baju-bajunya ke koper, Prisha tersenyum kecil. "Nanti kita bisa nonton di bioskop online sambil video call, kok."

Setelah dirasa koper pertamanya penuh, Prisha menutupnya dan beralih membuka koper kedua. Gadis itu hanya membawa barang-barang yang menurutnya penting saja mengingat kepulangannya ini sangat mendadak. Sisanya akan diurus oleh sepupunya yang tinggal di Jakarta.

"Keep in touch ya, Sha," ujar Dilan. "Sering-sering berkirim kabar sama kita."

"Iya, Dilan."

"Dilan juga jangan musuhin Kaila terus," lanjut Prisha sambil terkekeh geli karena Dilan langsung mendelik pada Kaila.

"Nggak janji gue."

Kaila membantu memasukkan sepatu Prisha ke dalam koper. Itu adalah barang terakhir yang akan dibawanya ke Palembang. Kemudian, Prisha menutup kembali kopernya dan diletakkan di depan pintu kamar.

"Ah, sedih gue nggak ada temen cerita lagi." Kaila menggerutu pelan.

"Kamu masih bisa telfon Sha, La."

"Nggak seru kalau telfon doang."

Mendengar itu, sekali lagi Prisha terkekeh. Pandangannya kemudian beralih pada Galih yang hanya diam sejak setelah pembicaraan mereka di pantry beberapa jam lalu selesai.

Galih langsung berdiri dari duduknya saat tersadar kalau Prisha sudah menyelesaikan packing. Lantas berkata, "Ayo ke bandara, sekarang udah jam enam pagi. Prisha harus terbang jam delapan."

Mereka semua pun mengangguk, lalu mengikuti Galih yang sudah berjalan keluar lebih dulu. Sepertinya mood laki-laki itu sangat buruk saat tahu kalau gadis favorite-nya akan jauh lagi seperti sebelumnya, sebelum mereka kuliah.

***

Keempat cucu Adam tersebut sudah sampai di Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta. Mereka berjalan dari parkiran menuju ke pintu keberangkatan yang akan dimasuki oleh Prisha.

Galih melangkah sendirian di paling depan, lumayan jauh berjarak dengan Prisha, Dilan, serta Kaila. Lelaki itu menarik kedua koper Prisha dengan kedua tangannya tanpa memedulikan tatapan dari orang-orang yang mengenalinya di bandara tersebut.

Galih terlihat percaya diri dengan balutan kaus berwarna hitam dan celana pendek cargo yang ia kenakan. Walau begitu, dalam hatinya sedang merasakan hal yang campur aduk. Kesal, gelisah, juga sedih.

Langkah Galih terhenti di dekat pengecekan barang yang ada di Terminal 1. Tidak lama dari itu, ketiganya menyusul.

Prisha segera mengambil kedua kopernya dari tangan Galih, lalu tersenyum dan mengucapkan terima kasih. Prisha tidak tahu seperti apa yang Galih rasakan saat ini, tidak juga bisa melihat dari matanya karena lelaki itu sedang mengenakan kacamata hitam.

Karena Galih tidak membuka suara sama sekali bahkan tidak membalas ucapan terima kasihnya, Prisha beralih menatap Dilan dan Kaila. "Kalian berdua nanti kapan-kapan main ke Palembang, ya."

First Love (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang