Bab 1

9.9K 191 0
                                    

Satu bulan setelah kejadian itu. Hari-hari yang Gaby lewati penuh dengan ketakutan pada El. Apalagi mereka sekelas dan satu bangku. Namun Gaby sebisa mungkin menghilangkan rasa takut itu. Ia sangat membenci El sampai mati karena keperawanannya telah hilang. Gaby sangat menyesal dan bersedih sepanjang hari. Apalagi yang mengambil itu lelaki brengsek namun tampan.

Hari-hari di kelas berada di sampingnya. Gaby tak pernah membuka suara. Ia jijik berbicara pada laki-laki brengsek itu. Bahkan menatapnya saja Gaby tak sudi Bayangkan saja El menatapnya biasa saja seperti tak ada masalah. Gaby sangat ingin membunuhnya jika itu di halalkan.

Bel istirahat berbunyi.

"Silahkan istirahat, jangan lupa di kerjakan prnya lusa di kumpulkan." Ucap Bu Lisna lalu melangkah pergi meninggalkan kelas.

Dengan cepat Gaby melangkah pergi menuju toilet. Gaby merasa sangat mual sedari tadi jam pelajaran berlangsung namun Gaby masih bisa menahannya. Sesampai di toilet Gaby muntah di wastafel.

Ia binggung, Gaby merasa ia tak memakan yang aneh-aneh namun menggapa ia sangat mual?.

Gaby memegang dahinya yang terasa pusing. Gaby rasa ia harus izin setengah hari sekolah. Ia harus periksa ke dokter. Gaby juga baru ingat sudah dua Minggu ia tidak kedatangan tamu.

Setelah mendapatkan surat izin dari guru piket. Gaby melangkah pergi meninggalkan pekarangan sekolah menuju rumah sakit menaiki Taxi.

Sesampai di rumah sakit, Gaby menunggu panggilan dokter. Tak lama nomor antriannya tiba. Gaby melangkah masuk ke dalam.

"Dengan Gaby? Apa keluhannya yang bisa dokter bantu?." Tanya dokter lembut bernama Juan.

"Begini dok, saya merasa mual padahal saya tidak memakan makanan yang aneh-aneh dan sudah dua Minggu saya tidak kedatangan tamu." Jawab Gaby sambil gemetaran ia tak sanggup bila menerima kenyataan Hamil.

"Oke, silahkan tiduran di brangkar biar saya cek."

Gaby merebahkan tubuhnya di atas kasur rumah sakit. Dokter Juan memeriksa.

"Setelah saya periksa, hasil pemeriksaanya Gaby di nyatakan hamil dua Minggu. Selamat."

"Apa dok? Hamil?." Tanya Gaby, tubuhnya gemetaran hebat ia tidak sanggup menerima kenyataan ini.

"Iya kamu hamil, kamu kenapa Gaby? Kamu terlihat ga senang?" Jawab dokter Juan.

"Gugurin kandungan ini dok sekarang juga. Saya ga mau hamil dok hikss..hikss..saya masih sekolah...hikss...hikss.." tangis Gaby pecah.

"Tenangin diri kamu Gaby. Memang kenapa kamu tidak menginginkan bayi ini?." Tanya dokter Juan lembut.

"Saya di perkosa dok sama laki-laki brengsek yang saya benci sampai mati. Jadi saya tidak akan pernah mau menggandung bayi ini." Jawab Gaby.

"Maaf Gaby dokter ga bisa gugurin kandungan kamu. Dokter ga mau nanggung dosa. Lebih baik saran dokter, kamu bicara sama laki-laki yang membuat kamu hamil minta pertanggung jawabannya." Ucap dokter Juan.

Gaby menggeleng "Saya ga mau dok sampai kapanpun saya tidak Sudi bersama dia,  kalau dokter tidak bisa membantu tidak apa-apa lebih baik saya pulang."

Gaby melangkah pergi meninggalkan ruangan dokter. Melangkah menuju jalanan berjalan tertatih-tatih sambil meneteskan air mata menuju sekolah. Ia harus kembali ke sekolah dan menenangkan diri.

Sesampai di sekolah Gaby langsung menuju rofftop. Tempat yang menurutnya bisa ia pakai untuk mengurangi kesedihannya.

Gaby menatap pemandangan gedung-gedung tinggi pencakar langit dengan tatapan sendu "Kenapa hiks..hikss.. kenapa gue harus ketemu sama cowok bajingan kayak dia hikss..hikss..gue ga sudi hamil anak dia hikss.hikss.."

Pushy Boy (Cowok Pemaksa) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang