Bab 11

3.4K 57 0
                                    

"Pemisi Non, Tuan Tama sudah sampai." Ucap Bi Jum sambil mengetuk pintu.

Gaby yang tengah menggeringkan rambutnya menggunakan hair dryer mematikan alat pengering rambut itu lalu beranjak berdiri membuka pintu.

"Makasih Bi informasinya." Balas Gaby lalu tersenyum kemudian melangkah turun ke lantai bawah.

Sesampai di lantai bawah Gaby menghampiri Tama yang tengah membaca majalah di ruang tamu.

"Sudah datang Tama? Ayo belajar di kamar saja hari ini saya agak sedikit lelah." Gaby melangkah menuju kamar di ikuti Tama.

Sesampai di kamar Gaby, Gaby mengunci pintu lalu duduk di karpet berbulu kamarnya.

Tama masih berdiri di ambang pintu "Tidak apa-apa Gaby belajar di sini? Saya hanya Khawatir Tuan El akan marah." Ucap Tama.

"Gapapa Tama, lagi pula kita hanya belajar, Santai saja." Balas Gaby.

"Baiklah Gaby, Mari kita belajar." Tama menghampiri Gaby lalu duduk di karpet berbulu kemudian membuka buku pelajaran.

Tama menjelaskan materi pelajaran Fisika hari ini dengan sabar pada Gaby. Gaby memperhatikan dengan teliti dengan tangan yang bertumpu pada meja belajar.

Setelah usai menjelaskan Materi Tama memberikan soal. Gaby mengerjakan dengan teliti.

Kruyykkkkk

Bunyi perut Tama keras hingga terdengar sampai telinga Gaby. Gaby menoleh menatap Tama "Kamu lapar Tama?" Tanya Gaby kemudian tertawa.

"Tidak, saya tidak lapar." Jawab Tama.

"Sudahlah Tama jangan berbohong perutmu megatakan lapar. Sebentar aku ambil makanan kamu tunggu di sini." Gaby beranjak berdiri lalu melangkah menuju dapur.

Tak lama Gaby kembali membawa nampan berisikan nasi goreng dan es teh manis. Gaby menghampiri Tama lalu memberikan padanya.

"Silahkan di makan Tama, kalau rasanya tidak enak maklum saja aku buat sendiri soalnya Bi Jum dan para maid yang lainnya sedang tidak ada membersihkan ruangan di rumah ini."

Tama masih menatap sepiring nasi goreng itu.

"Ayo di makan Tama, tidak perlu sungkan anggap saja kita teman."

"Baiklah." Tangan Tama terulur meraih piring itu lalu menyantapnya perlahan.

"Bagaimana rasanya enak engga?." Tanya Gaby penasaran.

"Enak Gaby." Balas Tama.

"Syukurlah." Ucap Gaby lalu tersenyum memperhatikan Tama kembali makan dengan lahap.

Sehabis makan.

"Terima kasih Gaby, saya sangat merepotkan. Bila Tuan El tau saya pasti kena hajar."

"Tenanglah Tama, Tuan mu yang menyebalkan itu tidak akan tau karena di sini tidak ada cctv dan penyadap suara. Aku yang memerintahkan El sendiri untuk memberiku sedikit privasi." Ucap Gaby.

"Kalau begitu saya merasa lega Gaby. Sekali lagi terimakasih." Balas Tama.

"Sama-sama, aku mau bilang maaf juga sama kamu Tama kalau kemarin aku bentak kamu dan usir kamu. Maklum saja setiap mengingat Tuanmu aku merasa sangat emosi." Ucap Gaby.

"Tidak apa-apa Gaby, saya mengerti." Balas Tama.

"Syukurlah kalau begitu, aku kembali mengerjakan soalnya ya." Gaby kembali mengisi soal yang di berikan Tama.

Selesai mengerjakan soal, Gaby memberikan bukunya untuk di periksa Tama.

Tama memeriksa jawaban Gaby,  Gaby merasa sangat menggantuk lantas merebahkan tubuhnya di atas meja.

Selesai memeriksa jawaban Gaby, Tama menoleh ke samping mendapati Gaby malah tertidur. Tama menggelengkan kepalanya. Mungkin karena efek ibu hamil yang gampang cepat lelah Tama memakluminya.

Tama memperhatikan wajah Gaby yang tidur dari dekat, Sangat cantik sekali pantas saja Tuannya begitu mencintainya apalagi di tambah sifat Gaby yang sangat baik hati.

Jika saja Gaby bukan punya Tuannya Tama sangat menyukai Gaby.  Seandainya saja Tama menemukan Gaby terlebih dahulu di bandingkan Tuannya. Tama akan sangat beruntung.

Tangan Tama terulur merapikan rambut yang menutupi wajah Gaby lalu dengan cepat Tama merapikan bukunya kemudian melangkah pergi dari kamar Gaby untuk pulang takut ketahuan oleh El.

Pukul 08.00 Malam, El baru kembali ke rumah. Setelah pulang sekolah ia harus bekerja di perusahaan Ayahnya. Ayahnya tidak akan memberinya uang cuma-cuma apalagi sekarang ia sudah menikah punya Gaby yang harus di nafkahi. Pesan ayahnya jika berani berbuat berani bertanggung jawab.

El melangkah menaiki anak tangga menuju kamarnya membersihkan tubuhnya yang penuh dengan keringat setelah seharian beraktivitas.

Selesai mandi, El melangkah menuju kamar Gaby untuk memeriksa keadaannya. Kedua bola mata El melihat Gaby tidur dengan sebagian tubuhnya bertumpuh di atas meja. El  menghampiri Gaby lalu menggendongnya dengan ala bride style ke atas kasur.

El menarik selimut Gaby hingga bidang dadanya lalu mengecup kening Gaby lembut "Selamat tidur Princess El."

El mematikan lampu tidurnya lalu melangkah keluar menuju kamarnya yang tepat bersebelahan dengan Gaby.

El memasuki kamarnya lalu merebahkan tubuhnya di atas kasur king zize kemudian tidur.

**********

Pukul 08.00 wib Pagi, Gaby terbangun dari tidurnya. Seingatnya kemarin sore ia tidur di atas meja. Kenapa Tiba-tiba di kasur?.

"Bodoh lah gue ga mikirin siapa yang mindahin gue." Ucap Gaby lalu melangkah menuju kamar mandi melakukan ritualnya.

Sehabis mandi, Gaby melangkah menuju meja makan di bawah.

"Selamat pagi Bi Jum." Sapa Gaby ceria lalu duduk di kursi.

"Pagi nyonya yang cantik." Balas Bi Jum.

"Terima kasih bi, aku biasa aja kok hehe." Ucap Gaby.

"Sama sama nyonya, oiya nyonya Tuan El kok tumben ya belum keluar kamar, biasanya jam setengah 7 sudah sarapan?." Tanya bi Jum.

"Saya kurang tau Bi, sebentar saya Cek ya Bi." Gaby beranjak dari kursi melangkah menuju kamar El.

Setiba di kamar El, Gaby mengetuk pintu.

Tidak ada sahutan dari dalam.

Gaby membuka kenop pintu, ternyata tidak di kunci. Kedua bola mata Gaby melihat El masih tidur dengan selimut tebal yang menutupi tubuhnya.

Gaby menggelengkan kepalanya lalu menghampiri El kemudian duduk di tepi ranjang El.

"El, bangun kamu kenapa ga sekolah? Udah terlambat loh. Tumben kamu ga sekolah?" Tanya Gaby sambil membuka selimut El.

El tak merespon masih saja tidur.

"El, bangun kamu sarapan dulu kalau ga sekolah." Gaby menggoyangkan lengan El yang kekar.

Panas sekali!.

"El kamu demam?" Tanya Gaby sambil menaruh tangannya di kening El.

"Sebentar aku ambil bubur sama obat dulu kamu harus minum obat El." Gaby beranjak dari kasur El melangkah menuju dapur.

Walaupun Gaby sangat dendam pada El hingga mendarah daging namun ia masih punya sisi kemanusiaan.

**********

Tbc

Pushy Boy (Cowok Pemaksa) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang